Mahasiswa UGM bikin aplikasi pembelajaran untuk disleksia
Merdeka.com - Mahasiswa UGM membuat aplikasi untuk membantu belajar para pengidap disleksia usia lima sampai tujuh tahun. Di Indonesia sendiri disleksia ini belum mendapat perhatian. Padahal berdasarkan data WHO 10 persen dari penduduk dunia adalah pengidap Disleksia.
Disleksia sendiri merupakan salah satu kesulitan belajar berbahasa yang terjadi pada anak-anak dengan tingkat kecerdasan normal atau di atas rata-rata.
Kurangnya perhatian itulah yang menggugah Muhammad Risqi Utama Saputra (Mahasiswa S2 jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi), Vina Sectian Amretadewi (jurusan Teknik Elektro dan Teknik Informasi), Taufik Almasyhur (jurusan Teknik Elektro dan Teknik Informasi), dan Mega Asiyah Nirmala (Magister Manajemen) membuat sebuah aplikasi belajar membaca untuk membantu anak-anak pengidap diseleksia yang kesulitan belajar membaca.
-
Kenapa anak disleksia sulit membaca? Kondisi ini mengganggu cara otak memanfaatkan bahasa lisan untuk 'memecahkan kode' tulisan. Otak mengalami kesulitan dalam memproses apa yang dibaca, terutama dalam memecah kata menjadi suara atau mengaitkan huruf dengan suara saat membaca.
-
Apa saja yang sulit dipelajari anak disleksia? Keterlambatan dalam pemrosesan tersebut dapat memengaruhi berbagai aspek berikut:Membaca menjadi lambat karena kesulitan dalam memproses dan memahami kata-kata.Kesulitan dalam menulis dan mengeja.Masalah dalam menyimpan kata-kata beserta artinya dalam memori.Kesulitan dalam menyusun kalimat untuk menyampaikan ide yang lebih kompleks.
-
Kenapa orang mengalami disleksia? Meskipun penyebab utama disleksia belum sepenuhnya dipahami, banyak penelitian menunjukkan bahwa kondisi ini memiliki komponen genetik yang signifikan.
-
Apa yang membuat disleksia menjadi tantangan? Disleksia dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek kehidupan individu yang mengalaminya.
-
Siapa yang berisiko terkena disleksia? Anak yang memiliki orang tua dengan disleksia memiliki kemungkinan 30% hingga 50% untuk mewarisi kondisi tersebut.
-
Bagaimana cara mengatasi disleksia? Meskipun demikian, kondisi ini dapat dikelola dan tidak seharusnya menjadi penghalang bagi pencapaian sukses.
Menurut Riski banyak pihak yang menganggap bahwa penderita disleksia adalah anak yang bodoh dan malas belajar. Meskipun disleksia adalah kelainan yang tidak bisa disembuhkan, namun bukan berarti dibiarkan saja.
"Walaupun tidak bisa disembuhkan, tetapi kita bisa membantu para penderita disleksia untuk mengatasi problem mereka dalam membaca. Sebenarnya disleksia bukan cuma bahasa tapi juga mengalami kesulitan dalam ingatan jangka pendek, persepsi arah, konsep waktu," kata Risqi.
Dia menilai selama ini metode yang digunakan dalam menerapi pengidap disleksia tidak menarik dan masih sangat teksbook, sehingga semakin membebani para pengidap disleksia. Aplikasi Leksipal buatan Risqi dan kawan-kawannya yang tergabung dalam NextIn Indonesia merupakan aplikasi pembelajaran yang dikemas dalam beragam permainan.
Setidaknya ada 12 kategori yang dikembangkan Risqi dan kawan-kawan yakni bentuk dan pola, Persamaan, perbedaan, dan perbandingan, ingat jangka pendek, asosiasi obyek, persepsi arah, urutan aktivitas, pemahaman tempat, konsep waktu, keterampilan sosial, huruf, suku kata dan kata, dan kalimat sederhana.
"LexiPal ini kami buat berdasarkan kebutuhan para pengidap disleksia umur lima hingga tujuh tahun," tambahnya.
Pada bulan Januari 2013, tim Risqi dan kawan ini mendapatkan juara ke-2 Mandiri Young Technopreneur Award, sehingga mereka berhak mendapatkan project capital dari Bank Mandiri untuk menyempurnakan aplikasi LexiPal dan mengimplementasikannya ke beberapa institusi di Indonesia.
Dengan project capital tersebut, tim NextIn Indonesia melakukan riset yang lebih mendalam tentang Disleksia di kantor pusat asosiasi disleksia Indonesia di Bandung. LexiPal kemudian dikembangkan lagi berdasarkan hasil riset tersebut, dikoreksi oleh tim ahli dari Asosiasi disleksia Indonesia, diujicobakan ke 40 anak disleksia, hingga akhirnya dinyatakan lulus validasi oleh asosiasi disleksia Indonesia. (mdk/tyo)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berdasarkan data dari UNESCO, Indonesia merupakan negara dengan tingkat minat baca terendah kedua di dunia.
Baca SelengkapnyaIa pun menjelaskan seminarnya menggunakan bahasa isyarat.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah mahasiswa difabel yang menjadi lulusan terbaik dan tercepat di kampusnya.
Baca SelengkapnyaSebuah video yang diunggah oleh akun Instagram seorang guru @julaehaju menunjukan mirisnya kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.
Baca SelengkapnyaHyperlexia adalah kemampuan membaca anak yang melampaui kewajaran.
Baca SelengkapnyaMatematika pelajaran yang masih dianggap sulit bagi sebagian siswa sekolah.
Baca SelengkapnyaMereka berjuang keras untuk menggapai di bangku SMA agar bisa masuk kampus favorit melalui jalur prestasi.
Baca SelengkapnyaAcara ini menargetkan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dari sisi tenaga pendidik melalui program digital bootcamp dan simulasi uji kompetensi guru.
Baca SelengkapnyaKarya mahasiswa UNY ini berhasih meraih peringkat 2 dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa Divisi Inovasi Teknologi Digital Pendidikan tahun 2023.
Baca SelengkapnyaHendra berhasil mendobrak stigma bahwa guru penyandang disabilitas hanya bisa mengajar anak dengan kebutuhan khusus.
Baca SelengkapnyaKapolri Listyo Sigit Prabowo beri semangat ke disabilitas berprestasi jago komputer hingga diminta wajib lanjut S2.
Baca SelengkapnyaSesi penerimaan ijazah dua wisudawan tersebut disambut haru sekaligus tepuk tangan meriah.
Baca Selengkapnya