Mahasiswa UNS bikin beton pondasi basement dari limbah kertas
Merdeka.com - Limbah kertas tak selamanya kotor dan tak berguna. Oleh mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, limbah tersebut bisa menjadi barang berharga dan sangat berguna.
Tiga mahasiswa D3 Teknik Sipil UNS, Girinda Rahman Budiarta, Fajar Indah Nur Hidayana dan Farchan Nova Geraldine, berinovasi dalam pembuatan beton. Mereka mencampur limbah kertas dengan batu andesit. Dan hasilnya, kedua material ini memiliki efek lebih kuat, ramah lingkungan dan ekonomis dibanding beton biasa.
"Kami membuat inovasi beton tipe highly strength. Jadi kuat tekan di umur muda," ujar Girinda, Kamis (8/11).
-
Apa yang dibuat dari limbah kertas koran? Boneka Motif Pakaian Adat Berangkat dari keterpurukan ekonomi saat Pandemi Covid-19, seorang perajin asal Kota Medan ini membuat boneka menggunakan bahan dasar limbah kertas koran.
-
Bagaimana ampas kopi diolah agar bisa digunakan dalam beton? Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti memanaskan ampas kopi hingga lebih dari 350 °C tanpa oksigen dalam proses yang disebut pirolisis.
-
Bagaimana warga Sarijadi mengolah sampah menjadi batu bara? Setelah diolah, residu (hasil pencacahan sampah yang sulit terurai) ini menjadi biomassa dan ini menjadi mirip batu bara,' katanya.
-
Siapa yang mengolah sampah menjadi batu bara? Ketua RW 07 Sarijadi, Deddy Dharmawan mengatakan jika di tahap terakhir adalah pengolahan menjadi bahan bakar serupa batu bara.'
-
Kenapa briket lebih ramah lingkungan? Penggunaan briket dinilai lebih ramah lingkungan dan murah dibanding bahan bakar lainnya.
-
Apa kegunaan ampas kopi dalam beton? Para peneliti di Australia menemukan cara inovatif untuk membuat beton 30 persen lebih kuat dengan menambahkan ampas kopi yang diolah.
Girinda menerangkan, alasan penggunaan batu andesit dan limbah kertas sebagai bahan pembuatan beton, karena keduanya mengandung senyawa yang diperlukan dalam penguatan beton. Jika dikombinasikan, bisa menghemat pemakaian semen sekitar 5-25 persen.
"Kertas itu memiliki senyawa yang berguna untuk pengerasan beton, seperti kalsium oksida. Sedangkan batu andesit itu sebagai pengganti kerikil," jelasnya.
Menurut Girinda, campuran kedua bahan itu mampu menaikkan kuat tekan hingga 20 persen dari beton dengan material biasa. Dia menilai beton mereka sangat cocok digunakan sebagai pondasi basement.
"Beton kita bisa mencapai 35 Mpa (Megapascal) di umur 7 hari. Berarti itu sekitar 20 persen dari beton biasa," jelasnya lagi.
Tak hanya unggul di kuat tekan, Girinda menambahkan, inovasi beton tersebut lebih ekonomis. Karena mampu menghemat biaya pembuatan sekitar 10 persen. Kedua material juga relatif lebih mudah didapat di sekitar tempat tinggal.
"Untuk mencari bahannya juga mudah. Batu andesit itu kami dapat di Sukoharjo, di sana banyak sekali," katanya.
Beton dari campuran batu andesit dan limbah kertas ini telah diuji dan dilombakan dalam kompetisi beton nasional bertajuk "Warmadewa High Strength Concrete", Denpasar, Bali pada 27-28 Oktober lalu. Dalam ajang ini, seluruh mahasiswa Teknik Sipil se-Indonesia berlomba menciptakan beton ekonomis dengan tetap memiliki kualitas yang tinggi.
Hasil inovasi ketiga mahasiswa UNS itu sukses menyabet juara kedua dalam kompetisi tersebut. Mereka bersaing dengan tim dari Univertas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November, dan Universitas Tunas Pembagunan Surakarta.
"Seleksinya cukup tidak mudah dilalui, terutama bagian presentasi. Apalagi saingan kami dari perguruan tinggi ternama, jadi kami sungguh tidak menduga," ucap Girinda.
Meski inovasi beton mereka sudah membuahkan prestasi, tak lantas membuat langkah mereka terhenti sampai di situ. Ke depannya, tiga mahasiswa UNS yang tergabung dalam tim Anjani ini berniat ingin mengembangkan hasil inovasi beton mereka agar lebih matang hingga benar-benar dapat diterapkan dalam pembangunan berkelanjutan di masa depan.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain sampah plastik, bahan-bahan yang perlu disiapkan untuk membuat inovasi itu antara lain semen, pasir, dan oli.
Baca SelengkapnyaPenelitian Australia menemukan beton 30% lebih kuat dengan menambahkan ampas kopi yang diolah, mengatasi limbah organik dan menjaga sumber daya alam.
Baca SelengkapnyaInovasi ini muncul karena permasalahan warga desa yang kurang efektif dalam mengelola limbah kotoran sapi
Baca SelengkapnyaMahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Unversitas Gadjah Mada (FEB UGM) berhasil mengolah limbah cangkang kerang menjadi semen ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaTempat pensil dari bahan bekas adalah cara kreatif untuk mendaur ulang dan mengurangi limbah.
Baca SelengkapnyaDosen UGM mengolah sampah sisa makanan menjadi pupuk. Teknologi dan alat yang digunakan pun sangat sederhana.
Baca SelengkapnyaBeberapa produk yang dihasilkan rupanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti jam dinding hingga mainan wayang plastik.
Baca SelengkapnyaPembangunan ini merupakan donasi dari jutaan donatur melalui aplikasi Kitabisa.
Baca SelengkapnyaDetergen ini hanya menghasilkan sedikit busa karena dibuat dari bahan alami sehingga tidak membuat kulit iritasi dan tidak mencemari ekosistem air.
Baca SelengkapnyaBriket adalah bahan bakar padat yang terbuat dari limbah. Briket digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak.
Baca SelengkapnyaKonsep desain monumen ini mengelaborasi tiga bangunan monumental di dunia yaitu Candi Sukuh Karanganyar, Piramida Mesir, dan Piramida Yucatan di Meksiko.
Baca SelengkapnyaIlmuwan pun tak menyadari apa yang dilakukannya ini berhasil.
Baca Selengkapnya