Majelis Mujahidin buat surat terbuka ke Kapolri & Panglima TNI
Merdeka.com - Majelis Mujahidin membuat surat terbuka yang ditujukan kepada pemerintah dan aparat keamanan Indonesia. Dalam suratnya, organisasi ini mengomentari persoalan berdirinya Daulah Islamiyah atau Negara Islam (IS) yang dibentuk Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Menurut mereka, tindakan yang dilakukan pemerintah dalam menangapi penyebaran pemahaman ISIS bisa berdampak negatif terhadap umat Islam. Kondisi itu bisa mengakibatkan timbulnya rasa phobia dan perlakuan diskriminatif terhadap umat muslim di Tanah Air.
Majelis Mujahidin juga mengecam imbauan Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang meminta agar bendera ISIS dibakar, sebab di dalamnya terdapat kalimat tauhid. Kemudian ancaman BNPT untuk mencabut kewarganegaraan pengikut ISIS yang menurut mereka inkonstitusional dan diskriminatif.
-
Siapa yang diimbau TNI-Polri untuk menjaga keamanan? Mereka mengimbau agar warga berpartisipasi aktif dalam kegiatan siskamling.
-
Kenapa TNI harus dijaga dari pengaruh partai politik? Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.
-
Siapa yang meminta polisi untuk tidak mengintimidasi? Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni mengimbau agar kepolisian tidak melakukan intimidasi atau tekanan kepada seluruh pihak menjelang berakhirnya masa kampanye Pemilu 2024.
-
Apa yang dilakukan TNI untuk mencegah pertikaian? Komandan Kompi (Danki) Alpha Mayor Inf Handi Wibowo segera melaksanakan prosedur tetap sebagai pasukan misi perdamaian PBB. Selanjutnya Danki Alpa melaporkan kejadian tersebut kepada Dansatgas dan menyiapkan Quick Reserve Team (QRT) yang berjumlah 23 personel untuk menghadang tank Markava milik Israel guna mencegah terjadinya pertikaian dengan tentara Lebanon.
-
Siapa yang mendukung polisi? Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mendukung polisi untuk mengusut acara Metamorfoshow itu. 'Kita serahkan ke polisi kita dukung polisi untuk melakukan pengusutan terhadap masalah itu,' ujar Yaqut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/2).
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
Dalam surat yang ditandatangani oleh Ketua Majelis Mujahidin Irfan S Awwas, dan Amir Majelis Mujahidin Muhammad Thalib ini, mereka meminta agar tindakan serupa juga berlaku bagi kelompok separatis seperti Republik Maluku Selatan (RMS). Tak hanya itu, mereka juga menyayangkan aparat keamanan yang tidak menindak Ahmadiyah, Syi’ah, kaum liberal yang dianggap telah menistakan ajaran Islam.
Berikut surat terbuka Majelis Mujahidin yang diterima merdeka.com:
Kepada Ykh.
Kapolri
Panglima TNI
Ketua BNPT
Menteri Agama RI
Menteri Polhukam
Menteri Dalam Negeri RI
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, merupakan karunia yang sangat besar bahwa Allah SWT berkenan melindungi rakyat dan bangsa Indonesia dengan menghadirkan tokoh dan figur yang ikhlas, cerdas dan berani menyampaikan nasehat kebenaran.
Meluasnya opini serta silang pendapat terkait deklarasi dukungan terhadap Daulah Khilafah Al-Baghdadi (ISIS), perlu disikapi secara proporsional, obyektif, adil, dan konstitusional. Apalagi problem ini menyangkut doktrin dan ajaran agama yang dianut oleh mayoritas terbesar penduduk negeri ini.
Adanya pernyataan bahkan tindakan yang dilakukan pemerintah, dalam hal ini Kapolri, Panglima TNI, BNPT, Menteri Agama, Menteri Polhukam dan Menteri Dalam Negeri, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di susul oleh KOIIN (Koalisi Ormas Islam Indonesia). Menurut Majelis Mujahidin masih menyisakan persoalan yang bisa berdampak negatif karena bersifat diskriminatif dan phobia Islam.
Himbauan Panglima TNI supaya membakar bendera ISIS yang bertuliskan kalimat tauhid, ancaman BNPT untuk mencabut kewarganegaraan pengikut ISIS, di antara pernyataan yang bersifat diskriminatif dan inkonstitusional. Mengapa pemerintah tidak melakukan tindakan yang sama terhadap pengibaran bendera RMS agar mereka diusir ke Belanda, atau menangkap mereka yang menunjukkan dukungan dan pembelaannya terhadap komunisme? Atau mereka yang menuntut dilegalkannya kawin sejenis supaya mereka keluar dari Indonesia? Mengapa juga pemerintah tidak menindak Ahmadiyah, Syi'ah, kaum liberal yang jelas-jelas menista ajaran Islam dan telah menjadi problema nasional atas merajalelanya dekadensi moral, aliran sesat dan phobia Islam?
Atas dasar kenyataan ini, Majelis Mujahidin merasa perlu melakukan audiensi kepada pihak-pihak tersebut di atas, sebagai upaya memberikan kontribusi kongkrit kepada pemerintah dalam menangani persoalan bangsa, terutama yang berkaitan dengan problema umat Islam, agar dapat diantisipasi dampak buruk di kemudian hari. Jangan lagi umat Islam menjadi korban pernyataan dan tindakan yang justru menimbulkan persoalan serius, baik berkaitan dengan munculnya radikalisme baru yang berkedok agama, maupun pihak yang mendiskriditkan dan memarginalisasi peran agama dalam membangun karakter bangsa dan Negara Indonesia.
Bersama ini, kami sertakan pernyataan sikap Majelis Mujahidin yang telah dipublikasikan dan sampaikan pada konerensi pers 13 Syawwal 1435 H/9 Agustus 2014 M di Markas Majelis Mujahidin Jabodetabek, sebagai bahan untuk dipelajari. Adapun waktu dan tempat audiensi kami menunggu konfirmasi dari para pihak.
Demikian surat ini kami sampaikan sebagai kontribusi konkrit Majelis Mujahidin membangun masyarakat berdasarkan konstitusi tanpa diskriminasi.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 15 Syawwal 1435 H/11 Agustus 2014 M
Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin (mdk/tyo)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Koalisi menilai tindakan penculikan dan penyiksaan sampai hilangnya nyawa warga sipil ini telah mencoreng nama baik TNI.
Baca SelengkapnyaDeklarasi untuk patuh kepada pemerintah NKRI ini setelah para pendiri dan pimpinan JI sepakat membubarkan diri pada 30 Juni 2024 lalu.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 warga Poso yang merupakan mantan simpatisan jaringan teroris mengucapkan ikrar setia kepada NKRI di Mapolres Poso, Kamis (13/6).
Baca SelengkapnyaAhmad Basarah PDIP mengecam penganiayaan anggota TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali.
Baca SelengkapnyaJenderal Dudung memastikan, hukuman militer akan lebih berat dibanding hukuman sipil.
Baca SelengkapnyaKeduanya tergabung dalam sebuah organisasi yang di dalamnya terafiliasi Yahudi.
Baca SelengkapnyaJokowi diminta tidak membiarkan penyalahgunaan kekuasaan demi kepentingan politik tertentu
Baca SelengkapnyaEks Danjen Kopassus Lodewijk meminta agar para pelaku dihukum berat.
Baca SelengkapnyaMahfud mengingatkan, TNI, Polri dan ASN harus betul-betul netral dari politik sesuai perintah undang-undang.
Baca SelengkapnyaUntuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
Baca SelengkapnyaDalam penyampaian pesan pada istri-istri di Pemilu 2024 tersebut, Maruli juga meminta agar nama Angkatan Darat selalu dijaga.
Baca SelengkapnyaTiga narapidana terorisme (napiter) mengucapkan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca Selengkapnya