Malu kembali ke masyarakat, alasan korban Taat Pribadi enggan pulang
Merdeka.com - Diperkirakan masih ada ribuan orang memilih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Probolinggo, Jawa Timur. Mereka belum kembali ke pangkuan keluarga karena beberapa faktor.
Demikian disampaikan Ketua MUI Jabar Ketua Umum MUI Jabar Rachmat Safe'i saat ditemui di ruang kerjanya, di Jalan LL RE Martadinata, Kota Bandung, Kamis (13/10).
"Ada beberapa faktor hingga menyebabkan korban ini belum pulang ke rumahnya masing-masing," katanya.
-
Siapa korban penipuan uang? “Ya Tuhan duit Rp 2.000 dibuat jadi Rp 20.000 ditambahnya nol, Astagfirullah.. Astagfirullah,“ ujar pedagang wanita yang diduga jadi korban penipuan.
-
Kenapa orang berutang takut ditagih? Mereka juga khawatir tentang penilaian orang lain. Reaksi galak bisa menjadi bentuk pertahanan terhadap perasaan ini.
-
Kenapa pedagang enggan kembali ke Pasar Kanjengan? Penyebabnya pedagang yang biasanya berjualan di samping Masjid Agung Jawa Tengah enggan menempati kembali Pasar Kanjengan selesai direnovasi. Padahal bangunan pasar itu tergolong baik dengan fasilitas yang memadai.
-
Kenapa pelaku meminta uang dari korban? Kesaksian Korban Belum lama ini, terungkap modus kejahatan baru yang menyasar para pencari kerja. Diungkap sejumlah korban yang baru saja melakukan interview di salah satu lokasi berkedok perusahaan di Duren Sawit, pelaku membujuk agar sejumlah uang diserahkan. Bukan tanpa alasan, para korban turut dijanjikan segera mendapat pekerjaan impian. Sontak, uang tersebut diminta pelaku.
-
Siapa yang jadi korban penipuan? Defri mengalami insiden ini ketika menerima tawaran investasi pada pertengahan 2023.
-
Siapa yang menjadi korban penipuan? Laporan tersebut mengungkap bahwa sang ayah, yang berasal dari daerah Nantou, Taiwan bagian tengah, telah menjadi korban penipuan investasi daring.
Faktor yang pertama, lanjutnya, lantaran korban Dimas Kanjeng di padepokan malu untuk kembali keluarga. Seperti, pengguna narkoba orang tersebut biasanya cenderung pasif lantaran malu untuk direhabilitasi.
"Yang ada di sana enggak mau pulang dia malu kembali ke masyarakat, seperti pengguna narkoba," ujarnya.
Faktor kedua, lanjut dia, para korban Dimas Kanjeng takut kembali ke rumah lantaran tak mampu membawa sejumlah uang yang awalnya berniat untuk digandakan. Uang tersebut sebagian besar berasal dari titipan kerabat maupun keluarga yang turut ingin digandakan.
"Karena ada titipan. Kan dijanjikan pulang bawa uang yang digandakan. Sehingga takut ditagih. Kalau pulang enggak bawa kan enggak berani si korban ini," ucapnya.
Faktor terakhir menurutnya, masih menanti penyelesaian seperti apa yang dijanjikan Dimas Kanjeng sebelumnya. Sehingga para korban ini masih menunggu kepastian nasibnya.
"Menunggu di sana bagaimana penyelesaiannya," terangnya.
Warga Jabar sendiri diketahui yang masih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi berjumlah 72 orang. Dia meminta pada pengikut Dimas Kanjeng untuk segera kembali ke keluarga masing-masing. Sebab dapat dipastikan dari segi ajaran, tidak ada cara instan membuat kaya dengan cara tidak bekerja.
"Pada pengikut padepokan itu lebih baik pulang saja ke keluarga. Jangan merasa malu. Karena itu lebih baik kumpul keluarga dari pada kumpul di sana enggak jelas cara penyelesaiannya. Apalagi kalau ada unsur penipuan sudah ada keplolisian menangani," ucapnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedua pria sebatang kara itu meninggal pada Jumat (29/9), namun tidak bisa langsung dimakamkan karena pihak rumah singgah tak punya biaya pemakaman.
Baca SelengkapnyaSeorang tahanan ogah keluar dari penjara dengan alasan betah. Polisi yang bertugas bahkan sempat mengusir dan memintanya untuk segera berkemas pulang.
Baca Selengkapnya