Manfaatkan Ampas Tebu, Mahasiswa ITS Ciptakan alat Penyaring Logam Merkuri
Merdeka.com - Bahaya dampak dari logam merkuri yang digunakan untuk penambangan emas, membuat sejumlah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, berupaya menciptakan sebuah alat yang dapat menyaring merkuri agar dapat didaur ulang kembali.
Alat tersebut disebut dengan metode biosorben. Alat ini terbuat dari ampas tebu yang dapat mengikat merkuri.
Alat tersebut diciptakan oleh tiga mahasiswa yang terdiri dari Vicario Baroroh, Irmariza Shafitri Caralin, dan Alvin Rahmad Widyanto. Untuk diketahui, biosorben adalah bahan yang memiliki pori-pori banyak. Sehingga proses adsorpsi (kondisi di mana sesuatu memasuki zat lain) dapat berlangsung pada dinding pori atau terjadi pada daerah tertentu di dalam partikel tersebut.
-
Kenapa merkuri berbahaya? Merkuri adalah bahan lain yang sering ditemukan dalam produk kecantikan ilegal atau yang tidak jelas asal-usulnya. Zat ini terkenal dengan efek pemutihnya yang cepat, tetapi risikonya jauh lebih besar daripada manfaatnya.
-
Mengapa keracunan merkuri berbahaya? Tubuh akan tahu bahwa merkuri tidak seharusnya ada di sana, jadi Anda akan mengalami gejala, yang disebabkan oleh sistem kekebalan yang mencoba mengeluarkan senyawa tersebut.
-
Bagaimana merkuri mempengaruhi organ tubuh? 'Efeknya apa? Perubahan pada warna kulit bisa jadi merah, alergi, kerusakan permanen pada susunan saraf, gangguan emosi, otak, ginjal, serta merupakan zat karsinogenik (pemicu kanker),' jelas Muji.
-
Kenapa merkuri digunakan sebagai pengobatan? Meskipun sangat beracun, merkuri dianggap sebagai obat mujarab untuk beberapa kondisi medis, termasuk gangguan yang diyakini terkait dengan ketidakseimbangan humor.
-
Bagaimana keracunan merkuri menyerang? Begitu masuk ke dalam tubuh, merkuri berpindah ke jantung, sistem saraf pusat, dan ginjal.
-
Siapa yang rawan keracunan merkuri? Kasus keracunan merkuri yang paling parah menimpa anak-anak dan janin wanita hamil dan menyusui yang mengonsumsi ikan dengan kandungan merkuri tinggi dalam jumlah besar.
Para mahasiswa dari Departemen Kimia tersebut mengaku memilih metode biosorben karena dapat mengurangi kadar bahaya merkuri hingga 92 persen. Setelah kadar berkurang, merkuri masih dapat digunakan kembali untuk memurnikan emas.
"Proses ini efektif hingga 100 kali pemurnian," ujar Vicario, Jumat (4/1).
Proses uji biosorben merkuri tersebut dilakukan dengan menggunakan karbon aktif dari ampas tebu. Wanita yang akrab disapa Roroh itu menjelaskan, setelah ampas tebu diaktivasi oleh larutan natrium hidroksida dan hidrogen klorida, hasil aktivasinya dilanjutkan dengan adsorpsi logam merkuri.
Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapasitas adsorpsi dan isoterm, yaitu nilai perubahan keadaan gas pada suhu yang tetap.
Berdasarkan hasil pengujian, perlakuan aktivasi ternyata memberikan perubahan ukuran pada adsorben (zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida) yang semula berukuran besar menjadi lebih kecil dan selektif.
"Ukuran kecil inilah yang membantu meningkatkan kapasitas adsorpsi terhadap merkuri," paparnya.
Menurut Roroh, pemilihan ampas tebu sebagai bahan karbon aktif sendiri bukanlah tanpa alasan. Dalam ampas tebu, kandungan selulosanya lebih tinggi jika dibandingkan dengan sekam padi maupun jerami.
Dengan kandungan selulosa yang tinggi, maka akan berdampak pula pada kapasitas adsorpsi merkuri yang tinggi. Selain itu, pemilihan ampas tebu ini pun didasari oleh keberadaannya yang mudah dijumpai di masyarakat.
Melalui hasil inovasi tersebut, tim yang dibimbing oleh Endang Purwanti ini telah berhasil meraih juara pertama diajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Cosmos di Universitas Diponegoro, beberapa waktu lalu.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ini menandakan berakhirnya ketergantungan Indonesia pada ekspor konsentrat yang selama ini belum bisa memanen mineral secara maksimal.
Baca SelengkapnyaMetso juga telah mendapatkan pesanan ulang untuk teknologi filtrasi tailing yang berkelanjutan pada proyek tambang nikel laterit baru Zhejiang Huayou Cobalt Co.
Baca SelengkapnyaLampu tidak saja menjadi limbah elektronik, tetapi juga terdapat teknologi lampu yang masih menggunakan bahan beracun lain.
Baca SelengkapnyaSecara keseluruhan, hilirisasi smelter PTFI di Gresik merupakan langkah besar dalam mengoptimalkan potensi sumber daya alam Indonesia.
Baca SelengkapnyaPeneliti mengungkap dampak pembangunan piramida Gizza bagi masyarakat biasa di sekitar lokasi itu.
Baca Selengkapnya4.000 hektare lingkungan yang rusak di Kabupaten Merangin akibat PETI.
Baca Selengkapnyaaktivitas pertambangan emas ilegal yang marak di sekitarnya membuat air menjadi keruh pekat dan menyebabkan gatal-gatal.
Baca SelengkapnyaTimbal salah satu logam berat dan dengan sifat beracun.
Baca SelengkapnyaKebijakan hilirisasi di Indonesia tetap menarik bagi investor asing.
Baca SelengkapnyaProgram hilirisasi ini merupakan kebijakan strategis jangka panjang yang pemerintah Indonesia telah lakukan.
Baca SelengkapnyaDirektur Eksekutif INDEF, Esther Sri Astuti menyebut Indonesia menempati posisi ke-10 dengan kepemilikan sekitar 3% dari total cadangan tembaga dunia.
Baca SelengkapnyaBea Cukai mendukung pertumbuhan ekspor untuk meningkatkan daya saing industri lokal
Baca Selengkapnya