Mantan buruh migran Taiwan ini giat kembangkan perpustakaan terbuka
Merdeka.com - Berawal dari menggelar sejumlah buku di Taman Memorial Taipei 228, Erin Cipta membangun energi sosial antar tenaga kerja Indonesia (TKI) di Taiwan. Pernah diusir oleh petugas taman setempat sebab dianggap berjualan buku tanpa izin tak membuat semangatnya surut mengkampanyekan pentingnya membaca. Bersama puluhan TKI lain, sepulang dari Taiwan, Erin mengupayakan gerakan literasi ke desa-desa juga donasi buku ke berbagai komunitas.
Saat Merdeka.com mengunjungi Erin di kediamannya, Desa Karangjati, Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap, pada Sabtu (6/5), kardus-kardus berisi buku nampak ditumpuk di ruang tamunya. Di rumah berarsitektur joglo itu, rak-rak kayu tertata puluhan buku mulai dari cerita anak sampai novel. Dua piagam penghargaan terpampang, Taiwan Literature Award for Migrants tahun 2014 dan 2015 yang Erin dapat untuk dua cerita pendeknya sebagai karya terbaik.
Erin (38), mantan buruh migran di Taiwan ini bercerita, buku-buku dalam kardus tersebut donasi dari teman-teman TKI dari Taiwan dan sejumlah penerbit di Indonesia. Sepulang dari Taiwan tahun 2015 lalu, Erin bersama TKI lain mendirikan Gerakan Masyarakat Sadar Baca dan Sastra (Gemas) mengupayakan perpustakaan di desa-desa. Sampai saat ini, setidaknya beberapa perpustakaan telah didirikan di Cilacap, Lampung, Kediri dan Solo.
-
Mengapa Polri membuat perpustakaan terapung? Semua dilakukan untuk memajukan dan menambah wawasan anak generasi penerus bangsa dalam hal literasi.
-
Siapa yang mengelola perpustakaan terapung? 'Polri melalui Ditpolairud Polda Maluku Utara (Malut) menghadirkan perpustakaan terapung untuk meningkatkan minat baca dan belajar kepada anak-anak di Desa Talaga, Kabupaten Halmahera Barat, Malut,' seperti dikutip dari keterangan unggahan video akun Instagram @divisihumaspolri.
-
Siapa pendiri Taman Siswa? Usai kembali dari pengasingannya di Belanda, Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa pada 3 Juli 1922.
-
Siapa yang mendirikan Toko Buku Bandung? Media sosial diklaim jadi salah satu penyebab utama menurunnya minat baca di Indonesia. Melihat kondisi ini, salah satu warga Kota Bandung bernama Deni Rachman, menaruh perhatian terhadap dunia literasi dengan mendirikan toko buku offline yang nyaman.
-
Bagaimana Hari Kunjung Perpustakaan menumbuhkan minat baca? Peringatan Hari Kunjung Perpustakaan juga bertujuan untuk menanamkan kebiasaan masyarakat berkunjung ke perpustakaan dan meningkatkan kegemaran membaca.
-
Siapa yang diusir pemilik toko? Pemilik toko makanan di Vietnam ini terlihat begitu marah. Ia bahkan mengusir satu keluarga dari tokonya. Pemilik toko ini tidak gentar mengusir paksa keluarga Israel tersebut.
"Tadi pagi santri-santri pesantren baru kumpul di sini. Mereka asyik membaca," kata Erin ibu dari dua putri ini.
Saat masih menjadi buruh migran di Taiwan, Erin mengenang pertama kali dia menggelar sejumlah buku di Taman Memorial Taipei 228. Ia melakukan itu setiap akhir pekan, sembari mengantar majikan menikmati hawa segar taman. Niatnya menggelar buku sebagai media berkenalan dengan buruh migran asal Indonesia lain.
"Kebanyakan buku-buku sastra dari penulis Indonesia. Saya nitip beli dari mahasiswa yang pulang ke Indonesia. Dari taman inilah saya lalu berkenalan dengan penggerak literasi di Taiwan, Brilliant Times dan mengupayakan perizinan program literasi buruh migran di ruang publik," ujar Erin.
Akhirnya, bersama buruh migran asal Indonesia yang lain, Erin mendapat tempat untuk perpustakaan di stasiun Taipei di bawah pilar F24. Perpustakaan itu dinamakan pustaka ruang stasiun. Buku-buku dikumpulkan hasil swadaya, dikelola oleh 3 buruh migran asal Indonesia sejak tahun 2014 sampai saat ini.
"Tahun 2015 saya pulang ke Cilacap. Teman-teman lalu menyemangati saya untuk terus melanjutkan gerakan membaca di desa. Mereka mendonasikan buku-buku," ujarnya.
Di Cilacap sendiri, serupa dengan yang pernah dilakukannya di Taiwan, setiap akhir pekan Erin menggelar buku di Lapangan Tugu Kroya. Kurang lebih 80 buku mayoritas cerita anak ia gelar di ruang terbuka dengan harapan bisa berbagi kebahagiaan membaca bersama warga. "Saya percaya buku dan membaca bisa jadi energi sosial," ujarnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mimpi mereka adalah ingin anak-anak di wilayah Bekasi, khususnya Tambun bisa dekat dengan buku dan berwawasan luas.
Baca SelengkapnyaKim juga merupakan kapitan Tionghoa pertama di Tarutung. Ia menjabat pada 1916 - 1933.
Baca SelengkapnyaBerdirinya bangunan ini menjadi bentuk kegelisahan Taufiq Ismail karena budaya membaca di Indonesia rendah.
Baca SelengkapnyaRumah dunia jadi salah satu contoh gerakan literasi yang konsisten di Indonesia
Baca SelengkapnyaAksi sosialnya ini sebagai caranya untuk mengobati dan menerima diri sendiri.
Baca SelengkapnyaHanya tinggal menghitung hari Toko Buku Gunung Agung ditutup total.
Baca SelengkapnyaPara korban sempat disekap dan diancam di sebuah apartemen di Turki
Baca SelengkapnyaPemerintah menyambut para profesional dari seluruh dunia untuk menetap dan bekerja di Taiwan.
Baca SelengkapnyaKata-kata pepatah yang berbunyi “kehidupan seperti roda sedang berputar” menggambarkan kehidupan Yati.
Baca SelengkapnyaCerita korban TPPO Disekap Berbulan-Bulan dan Kerja Tanpa Digaji
Baca SelengkapnyaToko buku lawas di gang Jalan Dewi Sartika ini masih terus eksis hingga kini.
Baca SelengkapnyaIa nekat jadi buruh migran ke Hongkong agar bisa membiayai kuliahnya sendiri
Baca Selengkapnya