Mantan jenderal geram ikut 'diusir' saat pengosongan rumah dinas TNI
Merdeka.com - Kodam Jaya Jayakarta melakukan pengosongan asrama dinas purnawirawan TNI Deniteldam Jaya Cibubur. Sebanyak 99 rumah dikosongkan dari 121 unit rumah yang mulai ditinggali sejak tahun 1993 ini.
Salah satu warga yang tempat tinggalnya ikut dikosongkan adalah Mayjen (Purn) Uddy Rusdili. Tempat tinggal Uddy di Jalan Bawang Putih 1 nomor 18 Kompleks Denintel Dam Jaya dikosongkan oleh prajurit TNI AD Kodam Jaya karena masa bakti beliau sudah habis.
Tidak terima rumahnya dikosongkan, Uddy membeberkan kekecewaannya dengan Pangdam Jaya Letjen TNI Agus Sutomo. Ia merasa tidak ada perlakuan baik dari pangdam saat ini, berbeda dengan perlakuan pangdam-pangdam sebelumnya.
-
Mengapa perwira tersebut diperlakukan seperti itu? Dijelaskan dalam video, bahwa setiap prajurit yang sudah masuk ke rumah tahanan maka dianggap sama. “Tidak ada yang spesial di penjara militer meski setinggi apapun pangkatnya,“
-
Bagaimana Bhabinkamtibmas mengungkapkan kekecewaannya? 'Saya ngga mengerti apa syarat dari kriteria khusus,' lanjutnya.
-
Apa yang dirasakan Bintara TNI? Saat dihampiri sang perekam video, dia lantas nampak berkaca-kaca. Dia mengungkap rasa bangga terhadap sang putra yang kini bakal menjadi calon abdi negara berpangkat lebih tinggi dari ayahnya sendiri.
-
Siapa yang sering merasa tidak nyaman jika dibandingkan? Anak ketiga sering kali merasa tidak nyaman jika dibandingkan dengan kakak-kakaknya. Mereka mungkin merasa bahwa prestasi mereka tidak dihargai jika selalu dibandingkan dengan saudara yang lebih tua.
-
Siapa yang tidak disukai atasan? Menurut CEO dan salah satu pendiri Blueland, perusahaan rintisan yang memproduksi pembersih ramah lingkungan, Sarah Paiji Yoo, karakteristik seperti karyawan yang antikolaboratif jadi salah satu yang tidak disukai atasan di tempat kerja. Ia berusaha untuk menghindari tipe ini saat melakukan rekrutmen.
-
Siapa yang merasakan kekecewaan? 'Saya hanya ingin tahu saja, bagaimana rasanya makan bersama dengan keluarga.'
"Pangdam-pangdam lama engga apa-apa. Pangdam sekarang tidak perlakukan kami dengan baik," ujar Uddy saat melihat perabot rumahnya dikeluarkan oleh prajurit TNI AD di Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (3/9).
Kediaman mantan jendral itu merupakan rumah paling besar yang menjadi target pengosongan. Rumah 2 lantai yang cukup megah tersebut harus dibobol karena pagar dan pintunya dibiarkan terkunci.
Uddy mengungkapkan, kekecewaannya karena saat ini ia sekeluarga harus meninggalkan rumah tersebut. Rumah megah yang dibangunnya tersebut diakuinya telah mendapatkan izin.
"Tidak ada negosiasi, tidak ada ganti rugi. Apalagi kita sekarang juga jadi sipil, kita tidak bisa melawan adik-adik (prajurit TNI) ini. Saya bangun juga enggak sembarangan, saya bangun ini pakai izin," lanjut Uddy.
Uddy merupakan salah satu dari sekian banyak warga yang hari ini 99 rumahnya dikosongkan karena dinyatakan tidak sesuai dengan hak penggunaannya. Sebanyak 70 unit rumah ditempati purnawirawan dan warakauri, dan 29 unit rumah ditempati oleh anggota TNI non organik yang tidak berdinas di Deninteldam Jaya. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jenderal Dudung mengenang kebersamaan dengan sang ajudan saat umroh. Ia meninggalkan hotel pukul 1 malam sampai sang ajudan mencari tapi tidak ketemu.
Baca SelengkapnyaGanjar dengan tegas menyebut ketiganya mencla-mencle
Baca SelengkapnyaDia ingin agar prajurit tersebut menjadi kapok atas perbuatan yang dilakukannya itu.
Baca SelengkapnyaKoorsahli Panglima TNI, Mayjen TNI Dadang Arief sedih harus meninggalkan Kodam III/Siliwangi, namun lebih sedih ketika melihat Persib kalah terus.
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, para jenderal ini tidak satu kata antara pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Baca SelengkapnyaHarmansah mengaku tidak mengetahui permasalahan yang terjadi sehingga rumahnya didatangi anggota TNI berseragam itu.
Baca SelengkapnyaAgar tindakan segelintir oknum tidak merusak citra Mabes TNI.
Baca SelengkapnyaPanglima menegaskan, tindakan prajurit TNI di Polrestabes Medan itu tidak mewakili institusi.
Baca SelengkapnyaEks Polwan Viral diamankan oleh warga ke RSJ karena dinilai meresahkan.
Baca SelengkapnyaKepala Basarnas ditetapkan menjadi tersangka. Tetapi, KPK malah minta maaf.
Baca SelengkapnyaKPK meminta maaf karena pihaknya tidak koordinasi terlebih dahulu dengan pihak TNI sebelum mengumumkan keterlibatan Henri Alfandi.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca Selengkapnya