Masa Tanggap Darurat Bencana Siklon Seroja NTT akan Diperpanjang
Merdeka.com - Masa status tanggap darurat bencana Siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur (NTT) akan diperpanjang, mengingat masih terdapat sejumlah daerah yang masih dalam status darurat. Permasalahan terkini salah satunya pada penetapan masa tanggap darurat yang berbeda irama antar Kabupaten, Kota dan Provinsi.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Sintus Karolus mengatakan meski masa status tanggap darurat diperpanjang, ada sejumlah Kabupaten di NTT yang telah masuk masa transisi menuju pemulihan.
"Pemerintah Provinsi akan mengeluarkan juga perpanjangan status tanggap darurat. Ini menjadi pembelajaran situasi dan kondisi di lapangan, karena ada beberapa kabupaten yang masih berlanjut," ujar Sintus dilansir Antara, Kamis (29/4).
-
Mengapa status siaga darurat bencana kekeringan dikeluarkan? Status siaga darurat ini dikeluarkan usai tiga wilayah kabupaten, yaitu Kulon Progo, Gunungkidul, dan Sleman, telah bertatus siaga darurat hidrometeorologi.
-
Apa itu Siklon Tropis Anggrek? Siklon tropis biasanya berkembang dari kondisi depresi tropis, kemudian berubah menjadi badai tropis, lalu berubah lagi menjadi siklon tropis.
-
Kenapa Gunungkidul siaga darurat? “Untuk antisipasi dampak dari kekeringan yang semakin meluas, BPBD telah menetapkan status siaga darurat kekeringan.
-
Apa saja jenis bencana alam di Indonesia? Berikut kami rangkum apa saja macam-macam bencana alam dan penyebabnya yang umum terjadi. Daftar Macam-Macam Bencana Alam dan Penyebabnya 1. Tanah Longsor
-
Siapa yang menetapkan status siaga darurat? “Untuk antisipasi dampak dari kekeringan yang semakin meluas, BPBD telah menetapkan status siaga darurat kekeringan.
-
Apa contoh masalah lingkungan di musim kemarau? Contoh permasalahan lingkungan hidup yang pertama adalah kekeringan. Kekeringan adalah fenomena yang sering terjadi ketika musim kemarau. Seringkali, di berbagai wilayah Indonesia mengalami kekeringan luar biasa yang dapat berakibat buruk.
Status tanggap darurat di NTT akibat bencana Siklon Seroja terhitung mulai 6 April sampai 5 Mei 2021 atas bencana angin siklon tropis, banjir bandang, tanah longsor, dan gelombang pasang di daerah itu. Status tersebut ditetapkan melalui Surat Keputusan No. 118/KEP/HK/2021 tertanggal 6 April 2021.
Selain itu, dampak Siklon Seroja yang terjadi pada 3-4 April 2021 lalu begitu kompleks, sehingga menimbulkan angin siklon, angin kencang, banjir, air hujan deras dan lama, longsor, bahkan sebabkan gelombang pasang.
Fenomena alam tersebut menyebabkan lumpuhnya infrastruktur komunikasi serta sarana transportasi di 21 Kabupaten dan menyebabkan sejumlah wilayah terisolir, yang membuat relawan terhambat melakukan respon cepat.
"Permasalahannya, jangkauan akses komunikasi dan sarana transportasi lumpuh ke daerah yang terisolir, menyebabkan respon cepat menjadi terhambat," kata dia.
Tak hanya itu, Pemerintah Provinsi NTT bersama BPBD juga berupaya mencegah terjadinya kluster COVID-19 antar pengungsi, yaitu meminta mereka tinggal sementara waktu di rumah familinya dengan uang bantuan pemerintah.
Selanjutnya, membentuk kegiatan untuk aparatur sipil negara (ASN) kerja bakti dalam proses pembersihan lokasi, dan di tingkat kelembagaan BPBD juga mempersiapkan Desa Tangguh Bencana (Destana).
Pemulihan sarana pra sarana vital terus berjalan. Dilaporkan progres pemulihan listrik kini 97,5 persen, meski terdapat 99 gardu yang padam dan wilayah Kabupaten Sabu Raijua masih banyak infrastruktur yang harus diperbaiki.
Sementara progres komunikasi TELKOM, jaringan backbone telah mencapai 100 persen. Namun, jaringan yang masih terganggu umumnya di Kota Kupang dan Kabupaten Sabu Raijua.
Selain itu, 738 base transceiver station (BTS) telah pulih dan jangkauan Telkomsel juga 100 persen pulih. Bencana tersebut juga menimbulkan korban jiwa dan berdampak signifikan terhadap jumlah pengungsi. Sintus menjelaskan hingga kini terdapat 182 jiwa meninggal dunia, 47 jiwa dinyatakan hilang.
Sementara 184 jiwa luka-luka, 84.876 jiwa harus mengungsi. Terdapat 63 titik penampungan di 10 kabupaten/kota, serta menyebabkan kerusakan fasilitas umum sebanyak 3.494 unit.
Di sisi lain, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan penanggulangan bencana harus dengan upaya spesifik dalam menangani bencana dan pandemi COVID-19.
Raditya mengingatkan perlunya koordinasi lintas kementerian maupun kelembagaan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta melibatkan akademisi dan masyarakat, sehingga mengubah penanggulangan bencana menjadi pengurangan risiko bencana sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo.
"Selain itu memperbanyak simulasi dan literasi kebencanaan di tingkat masyarakat. Tantangan kita cukup besar sebagai negara kepulauan," ujar dia.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BNPB bisa masuk wilayah dan mengerahkan segala sumber daya pusat ke daerah ketika daerah sudah menetapkan status tanggap darurat.
Baca SelengkapnyaPemkab setempat berupaya membuat penahan hulu sungai dari puncak gunung Marapi dan normalisasi aliran air ke pemukiman warga.
Baca SelengkapnyaPemkab Tangerang telah menetapkan status siaga bencana kekeringan akibat musim kemarau berkepanjangan sebagai dampak dari fenomena El Nino.
Baca SelengkapnyaPerpanjangan masa tanggap darurat bencana bertujuan untuk mengupayakan semua pengungsi bisa kembali beraktivitas.
Baca Selengkapnyatatus siaga tersebut terhitung sejak 19 Oktober 2023 sampai dengan 1 November 2023 dan dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan kondisi.
Baca SelengkapnyaBNPB mencatat empat titik di Riau terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Baca SelengkapnyaSesuai jadwal yang disusun, operasi rekayasa cuaca tersebut akan berakhir pada Rabu 29 Mei.
Baca SelengkapnyaPeningkatan status dari siaga ke tanggap darurat kekeringan dilihat dari dampak kemarau.
Baca SelengkapnyaPemprov NTT telah menyalurkan beras bantuan sebanyak 5 ton.
Baca SelengkapnyaBPBD Provinsi Jakarta mengungkapkan tiga sumber ancaman gempa di Jakarta
Baca SelengkapnyaPuncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaPemerintah daerah diminta menyiapkan langkah menghadapi musim penghujan atau potensi bencana hidrometeorologi berpotensi di akhir tahun 2024.
Baca Selengkapnya