Masih banyak orang tua tak percaya bayi perlu di vaksin
Merdeka.com - Bareskrim Mabes Polri membongkar praktik vaksin untuk anak palsu. Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Agung Setya mengatakan, total tersangka dalam kasus vaksin palsu kini berjumlah 15 orang.
Dua tersangka terakhir ditangkap berinisial T dan M di Semarang, Senin (27/6). Keduanya ditetapkan sebagai tersangka kasus pembuatan dan perindustrian vaksin palsu.
Sebelum kasus vaksin palsu terungkap, vaksin memang telah menjadi pro dan kontra. Banyak orangtua yang percaya, ada pula banyak sebagian orang tua yang tak percaya agar anaknya divaksin karena mempercayai banyaknya mitos yang berkembang.
-
Siapa saja yang menjadi tersangka? Chandrika Chika dan lima orang rekannya telah resmi dijadikan tersangka dalam kasus penyalahgunaan narkoba.
-
Siapa yang ditetapkan tersangka TPPU? Dalam perkara ini, SYL juga telah ditetapkan menjadi tersangka TPPU lantaran diduga menikmati hasil uang haram yang didapat SYL dari 'malak' ke bawahannya di Kementerian Pertanian (Kementan).
-
Siapa pelaku penipuan? Kelima tersangka tersebut telah dilakukan penahanan sejak tanggal 26 April 2024 dan terhadap satu WN Nigeria sudah diserahkan kepada pihak imigrasi untuk diproses lebih lanjut,' tuturnya.
-
Siapa yang ditangkap polisi atas dugaan pemakaian narkoba? 'Benar (Virgoun ditangkap karena dugaan penggunaan narkoba),' kata Syahduddi kepada wartawan, Kamis (20/6).
-
Siapa yang ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi? Kejaksaan Agung secara resmi mengumumkan status Harvey Moeis sebagai tersangka, langsung mengirimnya ke tahanan.
-
Siapa saja tersangka dalam kasus suap ini? Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengatakan pihaknya juga menetapkan anggota DPRD Kabupaten Labuhanbatu Rudi Syahputra Ritonga, serta dua pihak swasta bernama Efendy Sahputra dan Fajar Syahputra sebagai tersangka.
Ada pula sebagian orang tua mendapatkan 'bisikan' dari orang tua lain bahwa vaksin justru malah membuat anak menjadi sakit. Salah satunya dilakukan Diah (28).
Diah tak memberikan vaksin karena mendapat kabar bahwa vaksin tersebut berasal dari minyak babi. Padahal sesuai kaidah ajaran agamanya hal tersebut dilarang.
"Saya enggak pakai cuma imunisasi aja," ujar Diah saat dihubungi merdeka.com.
Sementara Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPA Indonesia), Reza Indragiri menyatakan, diungkapnya kasus vaksin palsu semakin membuat runyam tentang dunia kesehatan anak. Sebab, sebelum kasus diungkap sudah banyak sedari dulu orangtua yang tak percaya dengan vaksin.
Reza menjelaskan Data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menambahkan, ada pula orang tua yang tidak memberikan mengimunisasi anak-anak mereka karena khawatir anak mengalami demam, kesibukan orang tua, lokasi imunisasi jauh, anak sering sakit, serta tidak diketahuinya lokasi layanan imunisasi.
"Ketika orangtua (pengasuh) mengabaikan keharusan untuk memberikan imunisasi wajib kepada anak, itu setara dengan pengabaian terhadap kebutuhan anak untuk hidup sehat," kata Reza kepada merdeka.com, Senin (27/8) malam.
Reza menyatakan peran pemerintah sangat vital dalam hal vaksin. Sebab, orang tua yang tak percaya dengan vaksin ada pula dikarenakan menganggap biaya vaksin mahal dan tak mengetahui bahwa vaksin merupakan penting bagi menjaga kesehatan anak-anak.
"Pemerintah sudah sewajarnya memperkuat dukungan bagi penelitian dan pengembangan vaksin. Dukungan diberikan dalam rangka memperluas akses masyarakat ke berbagai fasilitas kesehatan, termasuk ketersediaan vaksin, yang berkualitas dan berharga terjangkau," ujarnya.
Terungkapnya sindikat pemalsu vaksin balita ini berawal dari ditemukan banyaknya anak yang kondisi kesehatannya terganggu setelah diberikan vaksin. Berangkat dari kecurigaan itu Bareskrim Polri akhirnya mengungkap jaringan pemalsu vaksin balita dan menetapkan 15 orang sebagai tersangka.
Mereka dijerat Pasal 197 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun dan denda Rp 1,5 miliar dan Pasal 62 juncto Pasal 8 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaPemkot Tasikmalaya memulai program vaksinasi rotavirus (RV) dan human papillomavirus (HPV) pada Rabu (9/8).
Baca SelengkapnyaTotal jenis vaksin yang diberikan pada anak saat ini adalah 14.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaData ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan sejak 2018 sampai 2023.
Baca SelengkapnyaPenyakit polio masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaJika 1 provinsi saja ada 10 anak yang menderita hepatitis, maka 34 provinsi lain bisa mengalami hal serupa.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaPetugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaCakupan imunisasi PCV pada bayi tahun 2023, yakni sebanyak 139.887 atau 84,48 persen.
Baca Selengkapnya