Mbah Watem dan kebersahajaan jemaah haji kita
Merdeka.com - Indonesia selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi orang Arab Saudi, khususnya di musim haji. Para pedagang di sekitar hotel-hotel di Madinah tepatnya di Markaziyah (maksimal 650 meter dari Masjid Nabawi) selalu menyapa jemaah haji asal Indonesia dengan bahasa Indonesia. Mereka pun menawarkan dagangannya dengan bahasa Indonesia.
"Murah-murah, sepuluh riyal, bla bla.." demikian para pedagang menawarkan dagangannya pada para jemaah haji asal Indonesia.
Tak cuma para pedagang, penduduk Saudi pun kalau ketemu orang Indonesia sering menyapa, "Indonesia?" dengan senyum. Orang Indonesia di Arab Saudi memang terkenal baik dan ramah.
-
Siapa yang mengakui Indonesia sebagai negara ramah? Indonesia banyak dikagumi masyarakat dunia karena keramahannya terhadap wisatawan mancanegara. Saking ramahnya, Indonesia masuk daftar negara paling ramah di dunia berdasarkan survei Expat Insider 2022 versi Internations, demikian dikutip dari laman resmi kemenparekraf.go.id.
-
Siapa yang disambut hangat oleh bangsa Indonesia? 'Kita seluruh bangsa Indonesia menyambut baik kunjungan itu, dan kunjungan itu memang bagian dari gerakan persaudaraan sedunia,' kata Ma’ruf di Serang, Banten, Selasa (3/9/2024).
-
Siapa saja yang merasakan keunikan tradisi Ramadan di Indonesia? Sejumlah mahasiswa asing yang tengah belajar di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat, mengaku menikmati momen Ramadan tahun ini.
-
Kenapa Masjid Al-Akbar di Surabaya dikenal sebagai masjid yang ramah? Masjid Al-Akbar itu ramah untuk semua, karena itu masjid ini memiliki komunitas lansia, komunitas ibu-ibu atau emak-emak, komunitas GenZI (Generasi Z Islami), dan komunitas semua usia, termasuk ramah untuk Non-Muslim.
-
Apa ciri khas rakyat Indonesia? Bangsa Indonesia memiliki beragam ciri khas yang mencerminkan kekayaan budaya, sejarah, dan geografinya.
-
Bagaimana cara orang Indonesia menunjukkan rasa hormat kepada tuan rumah? Untuk menghargai tuan rumah, biasanya orang Indonesia akan berusaha menghabiskan hidangan yang telah disajikan. Namun di Tiongkok, hal ini justru dinilai kurang sopan, lho. Pasalnya, menghabiskan makanan tanpa menyisakan sedikitpun menandakan bahwa si tuan rumah tak memberikan santapan kepada tamu dengan porsi cukup.
Saking terkenal baiknya, ada 'modus' orang ngaku-ngaku warga Palestina, kadang India, mengaku mengalami masalah di Arab dan minta sumbangan seikhlasnya. Mereka ini sering menjadikan jemaah haji Indonesia sebagai target. Karena iba, lembaran uang Riyal dengan ikhlas disumbangkan.
Tak cuma terkenal baik dan ramah, jemaah haji Indonesia terkenal keluguannya. Maklum sebagian besar jemaah haji Indonesia berasal dari kampung dan tingkat pendidikannya rendah.
Selain itu, sebagian besar jemaah haji Indonesia sudah berusia lanjut usia, di atas 60 tahun. Tak sedikit dari mereka yang menderita lupa ingatan alias pikun.
Perawatan jemaah haji di Madinah ©2016 Merdeka.com/ Anwar
Saat merdeka.com dan tim MCH berkunjung ke Kantor Kesehatan Haji Indonesia di hari keenam di Tanah Suci, seorang nenek tua tampak santai ngobrol dengan dokter dan perawat. Kalau dilihat sekilas, nenek bernama Watem tersebut tidak sakit.
Meski sudah tua, dia tampak cepat menjawab pertanyaan dokter. Sesekali mereka tampak tertawa lepas. Rupanya nenek Watem ini mengalami dimentia akut alias lupa ingatan alias pikun.
Si Nenek merasa masih tinggal di kampung halamannya di Brebes, Jawa Tengah.
"Seminggu lagi saya berangkat ke Mekkah," kata Nenek Watem santai.
Ditanya apa saja si nenek menjawab dengan gembira. Bahkan dia cerita kalau cucunya yang masih muda lagi didekati sama guru di sekolah dekat rumahnya.
"Dibeliin apa saja, baju, dikasih uang," cerita Watem dengan logat ngapak yang kental.
Di tas kecilnya, Watem menyimpan foto dirinya saat berada di asrama haji Solo, sehari sebelum terbang ke Arab Saudi. Tapi si nenek cerita kalau foto tersebut dia beli dari pasar.
"Ini foto saya beli dari pasar," ujarnya seakan tidak bersalah.
Kisah yang dialami Mbah Watem ini ternyata tak sekali dua kali saja. Banyak jemaah haji kita yang mengalami nasib yang sama. Saat berkunjung ke Kantor Kesehatan Haji Indonesia saja, ada tiga jemaah haji yang menderita kepikunan. Namun satu di antaranya sudah diperbolehkan untuk pulang.
Sakit pikun, yang kerap dialami jemaah haji kita diperparah dengan lingkungan yang kadang tidak mendukung. Bertemu dengan orang-orang yang sebelumnya tidak dikenal membuat mereka menjadi stres.
"Kalau ada lingkungan yang baru lagi, mereka bisa kambuh lagi. Pikiran jadi kacau dan akhirnya lupa lagi," ujar salah seorang Petugas Kesehatan Haji Indonesia yang menangani kesehatan jemaah haji, dr Noki Irawan Saputra di Klinik Kesehatan Haji Indonesia.
Para jemaah haji yang mengalami dimensia akut ini, menurut dr Noki, kebanyakan disebabkan kondisi sekitar tidak memedulikan.
"Kita sampaikan kepada teman satu kelompoknya agar saling membantu. Jangan ditinggalkan dan saling mengawasi. Takutnya nanti mereka hilang, muter-muter, panas, dehidrasi, panas, kejang-kejang bisa head stroke dan bisa menyebabkan kematian," imbuh dokter ahli jiwa tersebut.
Lain ceritanya dengan Mbah Watem. Saat melakukan salat jamaah di Masjid Nabawi, beberapa jemaah haji Indonesia mengaku kehilangan sandal. Mereka pun pulang ke hotel masing-masing dengan tanpa alas kaki.
Akibatnya, kaki mereka melempuh lantaran menginjak tanah di tengah cuaca panas Madinah tanpa alas kaki.
"Sebenarnya sandal mereka tidak hilang, cuma mereka keluar salah pintu, terus bilang hilang," kata dokter jaga Kantor Kesehatan Haji Indonesia Madinah, dr Erwinsyah Erick.
Adalagi pengalaman teman saya sesama anggota MCH. Saat bertugas liputan di sekitar Masjid Nabawi, ada kakek-kakek yang menanyakan kepadanya di mana membeli nasi bungkus, dan dimana penjual telur asin. Dengan bersahajanya mereka menganggap bahwa Arab Saudi tidak jauh beda dengan Indonesia, banyak yang jual nasi bungkus, juga telur asin.
Sebagian besar jemaah haji kita adalah jemaah haji dengan risiko tinggi. Kondisi ini diperparah dengan pengalaman ke luar kota, apalagi luar negeri sangat minim. Bahkan ada juga yang sama sekali tidak pernah ke luar daerah tempat mereka tinggal.
Makanya, saat pelatihan sebelum berangkat liputan haji, oleh Kementerian Agama kami diwanti-wanti agar ikut membantu jemaah haji yang mengalami kendala di Tanah Suci, seperti yang telah dilakukan oleh teman-teman MCH Daker Madinah. Ibadah nomor dua, tugas utama adalah menjadi petugas haji yang melayani para jemaah haji. Jadi jangan heran kalau selain liputan, kadang kita ikut membantu nenek-nenek yang tersesat, atau menggendong kakek-kakek yang sudah renta, untuk diantarkan ke hotel/pemondokannya.
(mdk/sho)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Kami atas nama pemerintah memohon maaf jika selama memberikan pelayanan selama di Tanah Suci ada kekurangan di sana-sini," kata Menag
Baca SelengkapnyaMenteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyambut kedatangan jemaah haji embarkasi JKG-63 sekembalinya di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaTidak sembarang orang bisa berangkat haji tanpa menunggu selama puluhan tahun
Baca SelengkapnyaFaqihudin merasa terbantu dengan petugas haji yang bersiaga di mana saja.
Baca SelengkapnyaSelain menyampaikan khotbah, Imam Besar Masjid Nabawi Syekh Ahmad bin Ali Al Hudhaify juga menjadi imam salat Jumat bersama ribuan jemaah di Masjid Istiqlal.
Baca SelengkapnyaSetibanya di Bandara Madinah, para jemaah haji ini mendapatkan layanan jalur cepat
Baca SelengkapnyaMenag Yaqut Pastikan Semua Layanan Jemaah Haji Sudah Siap
Baca SelengkapnyaBupati Ipuk juga menyempatkan untuk meninjau fasilitas kesehatan yang disediakan di hotel.
Baca SelengkapnyaHal tersebut diketahui dari kebiasaan warga setempat yang jarang berinteraksi satu sama lain.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri duduk satu meja bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, dalam acara Hari Nasional Arab Saudi, di Jakarta.
Baca SelengkapnyaJemaah haji Indonesia kloter 1 gelombang 1 tiba di Bandara AMMA, Madinah sekitar pukul 07.55 WAS.
Baca SelengkapnyaDianjurkan untuk meyambut jamaah umroh yang datang ke tanah air.
Baca Selengkapnya