Media sosial sarana efektif sebarkan radikalisme dan terorisme
Merdeka.com - Media sosial dinilai sebagai sarana efektif oleh kelompok radikal dalam penyebaran faham radikalisme dan terorisme. Sejumlah cara pendekatan dilakukan melalui media sosial guna merekrut para calon pengikut.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. Hamli, M.E mengatakan, kelompok-kelompok radikalisme manfaatkan perkembangan teknologi informasi. Awalnya gerakannya hanya offline, tetapi kemudian dalam beberapa tahun terakhir sudah memiliki metode-metode dengan memanfaatkan media sosial dan lain-lain.
"Yang marak dilakukan kan online. Kalau dulu antara 2000-2012 itu banyak offline, tetapi tahun 2013 sampai sekarang itu fifty-fifty, kecenderungan onlinenya banyak," kata Hamli di Hotel Atria Gajayana Kota Malang, Kamis (30/11).
-
Kenapa baliho dianggap media promosi efektif? Selain murah, baliho juga menjadi media yang efektif untuk promosi.
-
Mengapa media sosial bisa menjadi sumber pendapatan tambahan? Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara kita berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Kini, media sosial bukan hanya tempat untuk berbagi cerita dan foto, tetapi juga menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
-
Kenapa media sosial sering digunakan untuk mengadukan masalah dengan polisi? Media sosial kerap menjadi sarana masyarakat menyuarakan kegelisahan Termasuk jika berhubungan dengan kepolisian yang tak kunjung bergerak mengusut laporan
-
Kenapa media sosial penting untuk globalisasi komunikasi? Dengan adanya media sosial, orang dapat berbagi informasi, pemikiran, dan pengalaman mereka dengan orang-orang dari berbagai negara di seluruh dunia.
-
Mengapa media massa di Brebes-Tegal berkembang pesat di era 1970-an hingga 1990-an? Seiring waktu, memasuki era 1970-an hingga 1990-an, banyak bermunculan media massa di Tegal. Pada awalnya hanya surat kabar Suara Merdeka yang mendominasi. Surat kabar inipun memiliki kantor berita yang berpusat di Semarang.
-
Kapan detoks media sosial efektif? Setelah menjalani detoks digital selama 30 hari, saya merasakan pikiran yang jauh lebih jernih dan hari-hari yang lebih produktif.
Kata Hamli, gerakan yang dilakukan semakin rapi dengan memanfaatkan hubungan Sosial emosional tertentu. Patron guru-murid, idola-penggemar, keluarga, pertemanan dan perkawinan menjadi jalan dan ruang untuk menyebarkan faham tersebut.
"Karena yang online itu tetep diselesaikan dengan offline. Itu nantinya mesti ketemu dulu untuk prosesnya," katanya.
Biasanya kalau lewat media sosial, kelompok tersebut akan menawarkan bergabung dalam grup Facebook, WA dan sebagainya. Selama dalam grup mulai berinteraksi dan berdiskusi dengan tema-tema yang mengarah.
"Kalau sudah diskusinya aneh-aneh, sudah lah nggak usah diikuti," tegasnya.
Sementara itu, Kurnia Widodo salah satu mantan terpidana pelaku teror mengaku tetap menggunakan teknologi telepon untuk interaksi. Tentunya dengan berbagai cara yang dirasa aman.
Kurnia mencontohkan, dalam sebuah pengajian suatu saat pernah menghadirkan seorang ustaz yang masih dalam penjara. Sang ustaz memanfaatkan video call dengan mengenakan semacam jubah dan duduk membengkuk seperti sedang berdzikir.
"Ini biasanya ada yang mengawasi, kalau sipir lewat segera diberi tanda," tegas pria terpidana 6 tahun penjara ini.
Kata Kurnia yang lulusan ITB dan ahli merakit bom ini, pengajian dilakukan biasanya memanfaatkan waktu-waktu salat dini hari atau subuh.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaDia menjelaskan, kasus penipuan, radikalisme dan terorisme dilakukan dengan pendekatan persuasif dan tidak hard selling.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaMenjaga generasi muda dari radikalisasi memerlukan pendekatan komprehensif dan sinergi berbagai pihak. Termasuk keluarga, masyarakat, dan negara.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda Indonesia seringkali dihadapkan pada perdebatan yang tidak produktif di dunia maya.
Baca SelengkapnyaNoor Huda berpesan agar masyarakat tidak terpaku pada stereotipe atau subjektivitas yang berlaku di masyarakat.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaKetiga terduga teroris ditangkap berinisial BI, ST dan SQ.
Baca SelengkapnyaDiseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh orang-orang.
Baca SelengkapnyaKepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSeluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda
Baca SelengkapnyaSahroni meminta generasi muda turut andil mengekspos bentuk-bentuk ketidakadilan yang terjadi di sekitar.
Baca Selengkapnya