Mediasi warga Dadap dengan Pemda Tangerang di Komnas HAM buntu
Merdeka.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), kembali memanggil para warga nelayan Kampung Dadap, Tangerang, dengan para petinggi Pemerintah Daerah, yang diwakili oleh Sekda Kabupaten Tangerang Iskandar Mirsad.
Pantauan merdeka.com, Iskandar datang pada pukul 09.45 Wib, yang didampingi oleh Instansi terkait. Dalam kesempatan ini, Iskandar mengaku bahwa pihaknya diundang untuk lakukan mediasi.
"Kalau kami diundang untuk lakukan mediasi. Kalau kita persiapan yang sama. Kalau Pemda udah konsisten pada program-program yang kita sampaikan," ujar Iskandar kepada wartawan di Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (27/6).
-
Kenapa Pemprov Jateng dorong warga binaan memilih? Oleh karena itu, ia mendorong agar warga binaan baik di lapas maupun rutan menggunakan hak suaranya pada pemilu 2024.“Narapidana mempunyai hak yang sama dalam pemilu maupun pilkada,“ kata Nana usai menerima Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, Tejo Harwanto, di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (21/11).
-
Kenapa warga ini 'dredeg'? Warga Kampung Laut ini mengaku 'dredeg' saat bacakan Pancasila di sebelah Presiden Jokowi.
-
Kenapa warga Bantargebang dapat uang kompensasi? Uang Kompensasi Bau TPST tak bebas dari permukiman warga. Bahkan, mereka yang tinggal di tiga kelurahan. Yakni Cikiwul, Sumur Batu, Ciketing Udik) dapat uang kompensasi bau senilai Rp400 ribu per bulan.
-
Mengapa warga Depok ngubek empang? Tradisi ngubek empang jadi ajang silaturahmi khas warga Depok setiap tahunnya.
-
Siapa yang terlibat dalam gentrifikasi? Ada dua pihak yang terlibat dalam proses gentrifikasi. Pihak pertama adalah pihak yang melakukan gentrifikasi (gentrifier) dan pihak yang kedua adalah pihak yang tergentrifikasi (gentrified people).
-
Siapa yang terlibat dalam Tilik Warga? 'Untuk itu kami siap bekerja sama dengan pengurus Lentera Jiwa yang bertugas memberikan pelayanan kepada warga kami yang belum sembuh dari penyakit ini,' kata Sarju dikutip dari ANTARA.
Menurut Iskandar, apa yang dilakukan oleh pihaknya sudah sesuai dengan Surat Keputusan Bupati. Di mana nantinya akan menertibkan dan juga untuk masyarakat luas.
"Kita tata dengan baik kondisi layak rumah huni di mana semua masyarakat dipindahkan ke rumah layak huni yakni rusun. Nantinya kita akan tata untuk tempat wisata, kuliner, pantau ikan tempat pasar ikan para nelayan dan juga ruang terbuka hijau. Lalu kita buat islamic center, misalkan ada masukan kita terima dari masyarakat," tuturnya.
Pantauan merdeka.com, di ruang mediasi terjadi saling lempar argumentasi. Di mana terlebih dahulu Komnas HAM meminta persetujuan kedua belah pihak sebelum mediasi dimulai. Warga Dadap dihadiri sekitar 10 orang.
"Bapak-bapak dan ibu-ibu, bisakah kita mulai acara ini," ujar Komisioner Rochiatul Aswidah.
Mediasi yang berawal cukup tenang tiba-tiba ricuh ketika ada golongan dari warga Dadap. Namun, yang mendukung penggusuran tersebut.
"Maaf bapak, ini agenda mengenai penolakan Dadap atas penggusuran. Tapi kenapa ini ada orang yang mengaku dari Dadap tapi mendukung penggusuran. Kita menolak melanjutkan mediasi ini," ujar warga Dadap Dede.
"Pemkab telah manipulasi ada massa tandingan dari pemkab di Dadap. Kami murni warga asli tolak mediasi dengan komnas HAM. Ini sudah jelas mereka ini (warga Dadap yang pro Pemkab) bayaran dari Pemda, kami punya buktinya," bebernya.
Di tempat yang sama, warga Dadap yang menolak mediasi Laila mengatakan bahwa ini adalah permainan Pemda.
"Ini pasti ada kepentingan, pasti sudah ada deal antar pengembang. Kami ini warga Dadap menolak. Zaky (Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar) cobalah berpikir dengan otak bukan dengan kekerasan juga otot," katanya.
Dengan ricuh mediasi tersebut, warga Dadap meminta agar diagendakan mediasi ulang.
"Kami minta agenda ulang, tapi saya akan sepakat dulu dengan warga, kalau nanti seperti ini lagi buat apa," pungkas Dede.
Seperti diketahui, warga perkampungan nelayan Kampung Baru Dadap-Kosambi mengadukan kepada Komnas HAM terkait dugaan tindak kekerasan oleh aparat, Selasa (10/5), yang mereka alami akibat kebijakan relokasi yang diberlakukan oleh Bupati Tangerang.
Dalam laporan pengaduan kepada Komnas HAM, Rabu (11/5), perwakilan warga Waisul Kurnia mengungkapkan sedikitnya terdapat lima orang warga yang terluka, dari mulai diduga terserempet peluru tajam sampai luka akibat pukulan. Seorang warga yang ikut melapor, Asmawi, terluka di bagian telinga kiri karena diduga terkena selongsong gas air mata yang ditembakkan. (mdk/rhm)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Desa (Apdesi) Surta Wijaya berharap kegaduhan di wilayah Pantura dapat diselesaikan secara musyawarah.
Baca SelengkapnyaSaid Didu beralasan dirinya tidak bermusuhan dengan Apdesi.
Baca SelengkapnyaPolisi memastikan gas air mata hanya ditembakkan ke jalan tidak ke arah permukiman warga.
Baca SelengkapnyaSaid dilaporkan oleh Ketua Apdesi Kabupaten Tangerang, Maskota.Saat datangi kantor polisi, Said ditemani puluhan masyarakat Pantai Utara (Pantura) Tangerang.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM menjadi mediator sengketa antara warga Kampung Bayam dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Jakarta Propertindo (Jakpro) terkait pembangunan JIS.
Baca SelengkapnyaLima kader PDIP mengaku dijebak serta ditipu untuk memberikan tanda tangan
Baca SelengkapnyaMantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menolak mediasi yang diinisasi pimpinan pusat Asosiasi Pemerintah Desa Serluruh Indonesia (Apdesi)
Baca SelengkapnyaEmpat orang yang terdiri dari warga dan mahasiswa yang terluka dalam kericuhan yang terjadi
Baca SelengkapnyaPemilik lahan, Cones mengaku pohon cengkeh yang ditebang oleh karyawan PT MDA adalah miliknya.
Baca SelengkapnyaWarga menolak aktivitas tambang karena membuat mereka gagal panen dan tercemarnya lingkungan.
Baca SelengkapnyaTawuran ini sempat viral di media sosial, karena memicu kemacetan.
Baca SelengkapnyaKapolrestabes Bandung, Kombes Budi Sartono menjelaskan bahwa penggunaan gas air mata hanya dilakukan untuk membubarkan massa yang memblokade jalan.
Baca Selengkapnya