Megawati ingatkan Utut jadi pimpinan DPR tak arogan merasa PDIP mayoritas
Merdeka.com - Presiden kelima Megawati Soekarnoputri mengingatkan pimpinan DPR dari PDIP agar jangan sombong dan arogan. Saat ini PDIP memiliki perwakilan dalam kursi pimpinan DPR yaitu Utut Adianto yang belum lama ini dilantik.
Dalam kesempatan itu juga hadir Utut Adianto dan beberapa politisi PDIP lainnya seperti Masinton Pasaribu dan Rieke Diah Pitaloka. Megawati mengatakan dirinya sebagai ketua partai dengan suara mayoritas di parlemen bisa saja berlaku arogan. Tetapi sifat seperti itu tak patut dipelihara.
"Di sini ada Wakil Ketua DPR. Saya bilang pada Pak Utut jangan pernah mengatakan saya mayoritas. Kalau bisa bicara dengan pimpinan DPR lainnya secara musyawarah mufakat," kata Megawati saat menghadiri acara peringatan 63 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (17/4).
-
Siapa yang mengungkapkan kekhawatiran soal demokrasi di Indonesia? Sama halnya dengan Omi, Koordinator Pertemuan Alif Iman Nurlambang mengaku dengan situasi terkini yang menyebut demokrasi Indonesia sedang diontang-anting. Ia mengatakan bahwa sesuai temuan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) diduga ada intervensi dari lembaga eksekutif ke lembaga yudikatif.
-
Apa yang disampaikan Megawati kepada Prabowo? 'Bu Mega tadi menyampaikan salam hormat untuk Pak Prabowo dan Pak Prabowo juga menyampaikan salam hormat untuk Bu Mega,' kata Muzani.
-
Siapa yang memimpin konsolidasi PDIP di Bali? 'Hari ini Ibu Megawati akan memimpin langsung konsolidasi PDIP di Bali, di mana seluruh kader partai dihadirkan untuk mengompakkan suatu semangat juang dan kita lihat Bali ini militansinya sangat tinggi.'
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Apa keputusan politik yang akan diambil oleh PDIP? Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Ahmad Basarah mengatakan, partainya siap berada di dalam pemerintahan ataupun mengambil jarak dengan pemerintah sebagai oposisi.
Megawati mengatakan musyawarah mufakat menjadi esensial dan harus dilakukan para pemimpin dalam menyelesaikan persoalan bangsa. Ia pun mengatakan belakangan muncul pemikiran dari politisi bahwa Indonesia akan runtuh dalam beberapa tahun ke depan. Hal itu menurutnya sebuah gejala post truth atau hiperealitas yang hanya didasarkan pada asumsi.
"Saya sering berpikir kenapa orang bisa mengatakan seperti itu," kata dia.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga menceritakan pengalamannya menjadi delegasi Indonesia termuda saat mengikuti konferensi tingkat tinggi (KTT) Gerakan Non Blok (GNB) pertama pada tahun 1961 di Beograd. Saat itu ia baru berusia 14 tahun dan duduk di dekat ayahnya Presiden pertama Soekarno dan PM India Jawaharlal Nehru.
"Saya dijadikan resmi sebagai delegasi termuda waktu itu. Waktu itu saya berperan, bayangkan saya duduk dekat Bung Karno dan Nehru dan saya merasa usia saya menjadi lebih tua dan saya masih berpikir tadi yang saya omongkan apa ya? Dan begitulah saya diberi pelajaran oleh ayah saya untuk mengetahui sejarah politik internasional," kenangnya.
Sebelum KTT pertama GNB, Megawati juga saksi sejarah saat berlangsung KAA di Bandung pada tahun 1955 dimana saat itu ia baru berusia delapan tahun. Kemudian saat Bung Karno berpidato di PBB yang menyuarakan secara lantang penentangannya terhadap imperialisme dan kolonialisme, Megawati berusia 13 tahun.
"Saya hadir hanya ketika KTT Non Blok. Kedua (peristiwa) lainnya saya dengar dari ayah saya," katanya.
Keterlibatannya dalam peristiwa sejarah penting dunia itu turut membentuk karakternya dalam berpolitik. Ia pun mengungkapkan kerinduannya pada perdebatan argumentatif para pemimpin bangsa.
"Seperti yang saya saksikan, ikuti, dan catat langsung ketika itu antara tokoh-tokoh GNB dimana perdebatan penuh martabat dan saling menghormati, rasional dan penuh bela rasa," jelasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Airlangga Hartarto resmi mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaMegawati meminta relawannya tidak takut menghadapi intimidasi dari lawan politik maupun aparat penegak hukum.
Baca SelengkapnyaMegawati tidak menyatakan secara gamblang menyatakan sikap politik dari PDIP
Baca SelengkapnyaAirlangga menyatakan bahwa saat ini sudah masuk orde reformasi.
Baca SelengkapnyaPernyataan Megawati tersebut digaungkan berkaitan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, Efriza menilai sulit jika Jokowi ingin mengambil alih PDIP.
Baca SelengkapnyaMegawati kesal melihat banyak rakyat mendapat intimidasi
Baca SelengkapnyaMegawati mengingatkan pemerintah agar rakyat jangan diintimidasi seperti zaman dulu.
Baca SelengkapnyaKetua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyinggung keprihatinan konflik yang terjadi di tubuh partai politik.
Baca SelengkapnyaPernyataan Puan berbeda dengan Megawati yang menyebut ada yang mau mengambil alih PDIP.
Baca Selengkapnya"Itu akan diputuskan dalam ibu Megawati Soekarnoputri termasuk di dalam kongres yang akan datang," kata Hasto
Baca SelengkapnyaMegawati merasa tidak perlu melawan opini negatif kepada dirinya dan PDIP.
Baca SelengkapnyaPDIP menghargai setiap keputusan pimpinan partai politik (parpol) dalam memilih mitra koalisi
Baca Selengkapnya