Melawan Kepungan Gadget Lewat Perpustakaan Keliling Ala Penjual Cilok di Jombang
Merdeka.com - Prihatin dengan kondisi anak-anak zaman now yang cenderung teracuni permainan di gadget dari pada membaca buku, membuat seorang penjual cilok di Jombang, Jawa Timur, tergerak hatinya untuk memancing literasi anak-anak tersebut.
Cara yang dilakukannya pun cukup unik, yakni berkeliling jualan cilok sambil membawa sejumlah buku dalam satu rombongnya.
Langkah ini lah yang dilakukan oleh Mohammad Lutfan Efendi (29), warga Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Pria yang juga aktif di organisasi Banser ini, mengaku sedih dengan kecanduan anak-anak zaman sekarang yang lebih banyak bermain gadget dari pada membaca buku.
-
Kenapa penjual cilok itu menabung? Keinginan kuat untuk berbagi sudah dimantapkan Irfan sejak satu tahun lalu. Dia rela menabung sedikit demi sedikit agar bisa beribadah kurban untuk sang anak.
-
Apa yang dibeli penjual cilok di Majalengka? Siang itu, Irfan datang ke sebuah lapak hewan kurban dengan membawa tas hitam lumayan besar. Dia kemudian menemui sang penjual untuk membeli seekor kambing untuk dikurbankan di hari raya Iduladha.
-
Bagaimana cara penjual cilok di Majalengka mengumpulkan uang? Irfan mengaku jika pembelian hewan kurban ini menggunakan uang receh yang sudah dikumpulkannya senilai Rp2,5 juta. Memilih hewan kurban Dengan ramah pemilik lapak mempersilahkan penjual makanan itu memilih sendiri hewan kambingnya.
-
Kenapa Sidik berjualan cilok? Sidik mengungkapkan bahwa ia menjalani pekerjaan ini karena sepi job di dunia hiburan.
-
Bagaimana Sidik promosikan jualan cilok? Sidik Eduard membagikan aktivitasnya sebagai pedagang bakso cilok melalui akun TikTok pribadinya, @dheeduard.
-
Kenapa Sidik jualan cilok? 1 Sidik nekat jualan cilok gara-gara lagi sepi job syuting. Biar bisa ngebiayain keluarga, dia rela jualan cilok di pinggir jalan.
Selain itu, ia juga prihatin, melihat banyak anak-anak sekarang yang lebih memilih duduk di warung berwifi, dari pada bermain yang banyak memanfaatkan olah tubuh.
"Saya sendiri pernah merasakan kecanduan game di gadget. Waktu itu masih ramai-ramainya permainan COC. Jadi saya tahu betul rasanya kecanduan gadget," tegasnya.
©2020 Merdeka.com/Erwin YohanesDagangan Kena Imbas Game di Gadget
Tidak hanya melulu soal kecanduan gadget, namun tingkah laku anak-anak yang cenderung memilih bermain gadget, juga berimbas pada dagangannya. Sebelum masa adanya gadget semurah ini, masih banyak anak-anak yang mengerumuni dagangannya. Namun, pemandangan seperti itu kini jarang ditemuinya.
"Kalau sekarang, mereka beli langsung pergi. Banyak dari mereka yang memilih nongkrong di warung. Kalau dulu kan tidak, mereka biasanya masih menyempatkan untuk ngobrol dengan temannya disekitar rombong atau bermain di halaman orang yang luas," tambahnya.
Mendapati kenyataan itu, dirinya pun berpikir keras agar dapat mengalihkan perhatian anak-anak itu dari kebiasaan nongkrong di warung dan hanya bermain gadget saja. Apalagi, saat ini banyak dari anak-anak yang kurang minat bacanya.
Sehingga, pada 2016 ia pun memiliki keinginan untuk memulai rencananya tersebut. Banyaknya teman yang memiliki buku untuk dipinjamkan pun membuatnya bisa melaksanakan rencana tersebut.
Dari yang awalnya membawa sedikit buku bacaan dan bergambar, hingga sekarang yang sudah mulai bisa banyak dibawanya.
"Respon awalnya, anak-anak itu merasa senang sekali. Mereka bisa beli pentol, sekaligus membaca buku. Bahkan, saking senangnya, ada sempat pinjam tidak dikembali kembalikan sampai saya harus mencarinya sampai 5 hari lamanya baru ketemu," katanya.
Terobosan yang dibuatnya ini terus berbuah manis. Selain anak-anak yang semakin banyak yang suka, juga mulai ada perhatian dari pemerintah setempat. Hal ini dibuktikannya dengan dibukanya pintu kerjasama dengan dinas terkait, yang menaungi perpustakaan daerah.
"Saya dikasih tahu sama kepala dinasnya. Boleh pinjam buku dari perpustakaan daerah, sebanyak-banyaknya. Mereka welcome pokoknya," jelasnya.
Melihat antusiasme bocah-bocah itu untuk membaca buku, Lutfan mengaku, ke depan ia ingin memiliki perpustakaan mini di rumahnya. Ia akan memanfaatkan ruang tamunya untuk memajang buku-buku yang dimilikinya, dengan tujuan agar anak-anak disekitar rumahnya mau membaca buku.
"Kalau semakin banyak buku yang saya bawa kan gak mungkin nanti tertampung semua di rombong. Oleh karena itu, kedepannya saya ingin buat (perpustakaan mini) di rumah, di ruang tamu, supaya anak-anak sekitar itu bisa membaca," tukasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Melihat bakso dijual menggunakan gerobak sudah biasa. Namun, bagaimana dengan bakso yang dijual menggunakan mobil?
Baca SelengkapnyaPerkembangan teknologi menghadirkan banyak aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk berbelanja dari jarak jauh.
Baca SelengkapnyaSeperti sebuah keberuntungan, seorang pria beli es krim saat naik angkot. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaAneka dagangan yang ditawarkan oleh tukang sayur di Jepang ini lengkap bak di supermarket.
Baca SelengkapnyaSeperti sebuah keberuntungan, seorang pria beli es krim saat naik angkot. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaPak Alam berjualan tisu keliling dari Cikarang ke Jakarta. Ia naik kereta bersama putranya Sultan.
Baca SelengkapnyaKehidupan di Jepang seolah tak pernah gagal membuat banyak orang terkesima.
Baca SelengkapnyaMiras-miras itu disimpan oleh penjual dalam bagian motor
Baca SelengkapnyaIde kreatif pedagang ala S3 marekting ini patut diacungi jempol!
Baca SelengkapnyaPedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
Baca SelengkapnyaMelissa mengaku bahwa kini memiliki job atau pekerjaan baru. Penuh kesederhanaan ia berlaga menjadi seorang penjual cilok.
Baca Selengkapnya