Melihat Keindahan Desa di Lereng Lawu, Tempat Karantina Pemudik di Karanganyar
Merdeka.com - Ada peribahasa Jawa mengatakan 'desa mawa cara, negara mawa tata'. Yang artinya, setiap daerah memiliki cara atau adat istiadat masing-masing, setiap negara mempunyai tatanan, undang-undang & peraturan yang yang juga berbeda satu sama lain.
Peribahasa itulah yang saat ini tepat untuk melihat suasana bangsa Indonesia yang sedang dirundung kegalauan akibat mewabahnya virus Corona yang tak kunjung usai. Menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, masyarakat dibuat semakin galau karena banyaknya perantau di zona merah yang akan mudik. Mereka dikhawatirkan membawa virus menakutkan yang bisa saja menular sewaktu waktu.
Sejumlah daerah menerapkan aturan ketat untuk para pemudik. Bahkan ada yang menolak pulang, meskipun ke rumah orang tuanya sendiri. Di daerah lain, Sragen misalnya, pemerintah daerah atau desa menyiapkan rumah hantu yang menyerahkan agar pemudik ini tidak membandel. Di satu sisi, cara tersebut sukses membuat pemudik kapok, namun di sisi lain bisa saja perlakuan tersebut menyebabkan kondisi psikis atau kesehatan pemudik turun.
-
Dimana pusat karantina haji pertama di Indonesia? Pusat Karantina Haji Pertama Mengutip situs Kemenag RI, pusat karantina haji pertama di Indonesia ada dua, yakni di Pulau Rubiah, Provinsi Aceh, dan di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
-
Kenapa sekolah di lockdown? Menanggapi situasi ini, pihak sekolah segera mengambil langkah tegas dengan menerapkan lockdown selama 14 hari.
-
Kenapa pakai masker penting? Masker bisa mencegah penyakit-penyakit tersebut karena masker berfungsi sebagai penghalang fisik yang mengurangi kontak langsung antara droplets atau tetesan cairan yang keluar dari mulut dan hidung seseorang dengan orang lain.
-
Dimana karantina haji dilakukan di tahun 1911? Di tahun 1911, jemaah haji yang akan masuk Jakarta dikarantina terlebih dahulu di sebuah pulau kawasan Pulau Seribu.
-
Bagaimana cara agar terhindar dari Covid-19? 'Pemerintah mengimbau lebih rajin bermasker terutama jika sakit dan di keramaian, lebih rajin cuci tangan, lengkapi vaksinasi segera sebanyak 4x GRATIS, jaga ventilasi udara indoor, hindari asap rokok,' ujar Ngabila.
-
Dimana larangan itu diterapkan? Dalam laporan yang dikutip dari Android Headlines pada Kamis (14/11), tindakan pelarangan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat dalam perang semikonduktor yang saat ini berlangsung di pasar.
Berbeda dengan yang dilakukan di Lereng Gunung Lawu, Desa Berjo. Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Pemudik justru disambut dengan baik. Mereka ditempatkan di lokasi tempat wisata yang indah, yakni di sekitar Telaga Madirda. Ada 12 tenda yang luas disiapkan untuk para pemudik.
Kepala Desa Berjo, Suyatno mengaku mendirikan tempat karantina tersebut sejak 14 hari lalu. Ide tersebut muncul dari hasil rapat bersama warga dan tim gugus tugas desa. Pada awalnya sempat muncul ide karantina di gedung desa atau sekolah. Namun, demi untuk kesehatan pemudik, dan agar virus tak menular ke warga kemudian dipilih tempat wisata Telaga Madirda.
"Awalnya memang kita memilih gedung sekolah atau gedung di balai desa. Tapi akhirnya kita pilih telaga ini. Tempatnya luas, pariwisata sedang sepi, jadi kita manfaatkan saja untuk karantina," ujar Suyatno, kepada merdeka.com, Minggu (10/5).
Hingga saat ini, lanjut Suyatno, sudah ada 2 pemudik yang dikarantina di tempat tersebut. Seorang diantaranya sudah selesai dan dinyatakan sehat, sehingga sudah dikembalikan ke keluarga. Sedangkan yang lainnya seorang pria yang baru 3 hari ini menjalani karantina.
Suyatno menyebut, jumlah perantau di desanya diperkirakan mencapai 160 orang. Dari jumlah tersebut, 80 persen diantaranya sudah pulang dan menjalani karantina mandiri. Meski demikian banyak pemudik yang tidak taat peraturan saat menjalani karantina.
"Banyak yang keluyuran saat karantina mandiri dulu. Tapi kita terus mengawasi mereka dan minta taat," katanya.
Menurut Suyatno, para pemudik tersebut sebagian besar bekerja di wilayah Jabodetabek. Pihaknya terkendala anggaran untuk bisa mengkarantina mereka. Suyatno menambahkan, pembuatan tempat karantina mengacu protab yang diberlakukan. Diantaranya antar tenda berjarak 3 meter, dilengkapi dengan kursi, tempat cuci dan fasilitas lainnya.
"Para pemudik ini kan warga kita. Jadi kita tempatkan di lokasi yang indah, biar fresh dan tidak stress," katanya.
Salah satu warga yang menjalani karantina, Giyanto mengaku senang menjalani karantina di Telaga Madirda. Selain tempatnya indah, udara juga segar dan mrnyehatkan. Ia terpaksa pulang karena terkena PHK.
"Kemarin waktu kerja ada pengurangan tenaga kerja. Kemudian saya pesan travel, dapat dan pulang," katanya.
Sebelum pulang ia mengaku sudah tahu aturan yang ada di desanya. Ia pun kemudian berkoordinasi dengan keluarga. Saat sampai di rumah dia langsung ke Balai Desa dan mengikuti aturan nya.
" Saya baru 3 malam disini. ya Agak takut sih. Tapi demi kebaikan semua warga. Kalau malam ada yang menemani, malah rame," katanya.
Yang menarik, warga memanfaatkan parit menjadi pembatas saat keluarga menjenguk pemudik. Tak hanya itu, para anggota karang taruna bertugas menjaga pintu masuk desa di 5 lokasi. Mereka mendata pemudik dan tamu sehingga hanya warga dan pihak yang berkepentingan saja yang BISA memasuki lokasi ini.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Desa Ketapanrame jadi wisata yang tak boleh terlewat saat berkunjung ke Mojokerto.
Baca SelengkapnyaDesa ini disebut-sebut bak AC alami yang cocok untuk kabur dari hiruk-pikuk perkotaan.
Baca SelengkapnyaDesa ini sayang untuk dilewatkan mengingat akses ke sana cukup mudah dengan jalan yang mulus.
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Bira Tengah cocok jadi obat penat dari hiruk pikuk perkotaan.
Baca SelengkapnyaMengintip eksotisme desa wisata terbaik di Indonesia, ternyata suasananya bener-bener bikin betah
Baca SelengkapnyaDi luar ancaman yang begitu nyata dari letusan Gunung Merapi, kampung ini memiliki keindahan alam yang memukau.
Baca SelengkapnyaPenilaian yang paling menonjol adalah pada pengelolaan BUMDes pada kedua desa wisata itu.
Baca SelengkapnyaPada awalnya, Embung Bansari dibangun untk fasilitas pengairan petani sekitar. Namun tempat itu justru berkembang menjadi kawasan wisata.
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Tempur termasuk objek wisata populer di Jepara.
Baca SelengkapnyaSelain bisa memetik buah secara langsung, para pengunjung juga bakal dimanjakan dengan beberapa spot menarik untuk berswafoto ria.
Baca SelengkapnyaHamparan terasering sawah di sana, memancarkan pemandangan hijau yang bikin betah.
Baca SelengkapnyaMata air itu dijaga kemurniannya oleh warga. Untuk bisa masuk ke sana, pengunjung masih dikenakan biaya masuk seikhlasnya
Baca Selengkapnya