Melihat Kondisi Lapas di Indonesia dan Israel
Merdeka.com - Sudah menjadi rahasia umum kerasnya kehidupan para narapidana di 'Hotel Prodeo'. Sejumlah mantan narapidana kerap membuka tabir hitam kehidupan di dalam Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas.
Salah satu mantan penghuni Lapas Klas I Tangerang, Roy mengungkap menjalani bisnis narkoba saat di bui. Tentunya dengan bantuan petugas lapas.
Selama lima tahun enam bulan menjadi penghuni di sana cukup membuat Roy menjadi mengerti mulusnya praktik modus-modus bisnis hitam yang terjadi.
-
Apa yang tikus ajaib keluarkan dari lubang? Dari Al Miqdad bin Amru, diceritakan bahwa suatu hari ia pergi ke pekuburan Baqi', tempat yang biasa ia gunakan untuk buang hajat. Umumnya, orang-orang tidak buang hajat kecuali setelah dua atau tiga hari. Ia pun buang hajat dalam jumlah yang banyak, seperti unta, dan setelah itu ia masuk ke dalam reruntuhan. Ketika ia jongkok, ia melihat seekor tikus mengeluarkan uang satu dinar dari dalam lubang, lalu tikus itu kembali masuk dan mengeluarkan uang lainnya hingga jumlahnya mencapai tujuh belas dinar.
-
Di mana tikus ditemukan? Penemuan mencengangkan telah ditemukan di Puna de Atacama, sebuah wilayah tandus yang melintang di antara Chili dan Argentina.
-
Dari mana ular diselundupkan? Ratusan ular itu hendak diselundupkan ke China dari Hong Kong.
-
Dimana tikus bisa berlari? Saat tikus tengah berlari dalam treadmill tersebut untuk mencari jalan keluar, decoder berhasil membaca bagaimana pola hipokampus tikus.
-
Dimana ular tikus biasanya ditemukan? Jenis ular hitam ini hidup di berbagai habitat. Mulai dari hutan hujan, daerah sekitar sungai, sabana, pemukiman penduduk, perkebunan, hingga persawahan.
-
Mengapa kodok ini terlihat seperti tikus tanah? Kodok ini hanya diketahui hidup hanya dalam tiga aliran musiman di pegunungan Western Ghats yang menakjubkan yang ditemukan di sepanjang pantai barat India. Ia menghabiskan sebagian besar waktunya tinggal di bawah tanah di liang kecil yang dangkal, itulah kemungkinan mengapa ia terlihat seperti tikus tanah.
Meloloskan ponsel menjadi kunci dari seluruh praktik haram di dalam bui. "90 Persen semua barang yang dilarang Lapas bisa masuk itu berkat bantuan sipir," kata Roy saat berbincang dengan merdeka.com.
Beda dengan Roy, Surya Anta, aktivis Papua mengungkap pungutan liar alias pungli yang terjadi di Rutan Salemba, Jakarta Pusat.
Sembilan bulan mendekam, Surya menyebut penghuni baru alias narapidana yang baru masuk wajib setor duit untuk mendapatkan kamar.
Sanksi menunggu jika para napi baru tak bisa menyetor. Mulai dari rambut alis dicabut, jongkok seharian sampai dijadikan kacung. Disuruh bersih-bersih dan pijat sesama napi.
Besaran setoran beragam. Mulai dari Rp500.000 hingga jutaan rupiah. Nominal bergantung lokasi kamar yang ingin dihuni. Layaknya pesan kamar hotel.
"Bapak-bapakan, itu istilahnya. Petugas polisi yang ada di Rutan tersebut. Kalau di Rutan Salemba bapak-bapakan pada petugas sipir gitu. Biasanya untuk uang rokok dan segala macam," jelas Surya.
Kondisi di Penjara Israel
Kondisi serupa tapi tak sama terjadi di Penjara Ayalon, Ramla, Israel. Penjara yang terkenal dengan keamanan maksimum itu dibuka pada tahun 1950. Mantan narapidana mengatakan di sana bisa ditemui seekor tikus yang berukuran sebesar binatang Luwak.
Dilansir dari surat kabar haaretz yang berjudul Mantan napi Berbicara Tentang Hidup dan Mati di Penjara, dikisahkan suramnya kehidupan para narapidana di sana.
Seorang mantan napi Ayalon, Yoni Yahav menceritakan para narapidana terpaksa menggunakan botol air mineral untuk pemberat penutup saluran kloset. Hal itu mencegah keluarnya tikus dari dalam saluran.
"Saya melihat tikus seukuran Luwak keluar dari saluran. Pada malam hari saya melihat mereka berkeliaran di halaman latihan, mengejar kucing, dan kucing-kucing itu akan lari dari mereka. Tikus-tikus di penjara adalah sesuatu yang belum pernah anda lihat dalam hidup anda," ucapnya.
Yoni yang menghabiskan hidupnya di dalam penjara karena lima hukuman menceritakan pernah dibelenggu selama 48 jam. Belenggu dalam arti kata dijebloskan ke ruang isolasi karena dituduh berbuat keributan di dalam sel.
Bak mimpi buruk, ia mengisahkan sesaknya pernapasan akibat bau tak sedap yang ada di kamar isolasi narapidana. Jauh dari semua orang. Hanya berteman tempat tidur besi dengan loop di tiap sisinya. Di loop itulah tangan dan kaki Yoni dibelenggu.
Dari 24 jam waktu berjalan, ia hanya diberikan waktu sekitar 15 sampai 20 menit untuk makan dan buang air. Siksaan itu tak hanya terjadi 48 jam. Semua bergantung kepada belas kasih petugas. Pun, soal dilepasnya belenggu di pagi, siang dan malam hari. Semuanya bergantung keinginan petugas.
"Jika Anda membutuhkan sesuatu, Anda dapat memanggil penjaga, dan jika dia menginginkannya, dia mungkin akan merespons. Belenggu adalah adegan yang sulit. Orang retak. Buang air kecil pada diri mereka sendiri. Saya tidak berpikir orang biasa bisa bertahan lebih dari satu jam di belenggu. Tidak mungkin untuk bergerak sama sekali. Tubuhnya seperti batu. Anda gatal tapi tidak bisa menggaruk. Anda tidak dapat mengubah posisi atau berbalik," kenangnya.
Panggilan telepon maupun kunjungan dari keluarga ditiadakan. Hal itulah yang paling menyerang psikologis Yoni. Sehingga, ia harus berjuang keras untuk menjaga kewarasan pikiran.
"Orang-orang kehilangan kewarasan mereka karena itu. Dan ada juga kutu busuk."
Di luar ruang belenggu, kelamnya kehidupan narapidana tak jauh berbeda. Jika dibelenggu hanya ditinggal seorang diri dalam satu ruangan berbau tak sedap. Di ruangan atau sel penjara lain, para narapidana akan dijadikan satu.
"Penjara itu berkerumun. Pikirkan diri Anda berbaring di tempat tidur dan ribuan dari mereka merangkak di atas anda dan hanya mengisap darah anda. Mereka masuk ke setiap tempat. Ke setiap sudut pribadi tubuh. Gigitan mereka berubah menjadi luka yang gatal begitu parah sehingga Anda menggaruk dengan sisir besi dan menikmatinya. Anda tidak bisa menyingkirkan mereka. Kami mencoba segalanya," bebernya.
Kembali soal tikus berukuran binatang Luwak. Yoni menceritakan bagaimana si tikus dengan cerdiknya mencari jalan keluar saluran kloset. Tikus itu membobol botol air mineral berukuran 1,5 liter.
"Tikus hewan yang cerdas, sangat cepat belajar. Mereka menggerogoti botol dari bawah, dan setelah air bocor keluar melalui lubang, mereka memindahkan botol ke samping dan masuk."
Berhasil keluar dari saluran kloset, tikus tersebut lantas berkeliaran, memanjat tubuh para narapidana. "Jika Anda bergerak, mereka mengira Anda menyerang dan mereka akan menggigit sedikit. Di tengah malam Anda mendengar jeritan, hentakan sapu, benda-benda dilemparkan. Kedengarannya seperti perkelahian, tapi kami tahu ini pertarungan dengan tikus. Saya tidak dapat berkata-kata."
Jika tikus tak datang, kata Yoni, maka biasanya akan diganti oleh kedatangan sejumlah kecoa. Mereka beterbangan. Saking banyaknya membuat para narapidana tidak dapat melihat dinding. "Benar-benar seperti neraka," ucapnya.
Proses Transfer ke Neraka
Yoni juga menceritakan kerasnya proses transfer narapidana ke antar lapas. Ia mengambil contoh seorang tahanan di penjara utara Israel harus menjalani sidang di Pengadilan di Be'er Sheva atau Yerusalem. Tahanan itu akan dijemput pukul 5 pagi dan diantar menggunakan sebuah van atau minibus.
Nyatanya, dalam van sudah menunggu tahanan lain dengan kasus berbeda yang juga akan menjalani sidang. "Van pergi dari penjara ke penjara, mengumpulkan banyak tahanan," tuturnya.
Tiap tahanan yang diborgol tangan dan kaki dibekali masing-masing sebuah botol. Botol untuk mereka yang ingin buang air kecil.
"Baru pada sore hari mereka mencapai stasiun transit di Ramle. Itu neraka itu sendiri. Kandang demi sangkar, seperti untuk burung. Mereka mendorong para tahanan, jadi selalu ada kekacauan dan perkelahian. Seorang tahanan akan menghabiskan malam yang mengerikan di sana, dan di pagi hari dia akan melewati seluruh keributan dengan van dan mengumpulkan lebih banyak orang, sampai dia tiba di persidangannya."
Yoni tak menampik, kerasnya kehidupan dalam penjara membuat jatuhnya korban di tiap menit. Ada saja kejadian buruk yang akan menimpa para napi dalam hitungan tiap menit. "Anda mendengar penderitaan mereka dan teriakan, tangisan di telepon kepada keluarga," katanya.
Selama hidup di penjara, selama itu pula anda akan terus menerus hidup dalam penderitaan orang lain. "Sangat sulit untuk tetap waras," ungkapnya.
Mainset Tidak Berarti Apa-apa
Lebih jauh, Yoni mengatakan orang-orang yang masuk penjara biasanya mereka memiliki masa kecil sulit. Tidak pernah dipeluk oleh siapapun. Berkeliaran dari satu tempat ke tempat lain. "Dan terus diberitahu bahwa mereka tidak akan pernah berarti apa-apa."
Reporter Magang: Leony Darmawan
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak hanya tikus, seorang warga Israel juga diserang landak dan tubuhnya tertusuk duri hewan tersebut.
Baca SelengkapnyaTikus merupakan salah satu hewan pengerat yang lincah. Bahkan berenang pun ia mampu.
Baca SelengkapnyaUlar berbisa tersebut muncul dari dapur rumah makan
Baca SelengkapnyaDua orang petugas menggunakan tongkat penjepit untuk menangkap ular kobra
Baca SelengkapnyaSaat kekeringan melanda, semakin banyak ular yang mengungsi dari rumah mereka di alang-alang sungai. Beberapa telah menyerang manusia dan ternak penduduk.
Baca SelengkapnyaMereka bertahan di tenda-tenda yang dibangun di antara kandang yang menampung monyet, burung beo, dan singa yang kelaparan.
Baca SelengkapnyaAda banyak jenis ular hitam yang tersebar di berbagai lingkungan. Namun, tidak semua ular hitam ini berbahaya dan berbisa.
Baca SelengkapnyaSeekor ular piton besar muncul dan menggegerkan warga Jalan Krakatau, Kelurahan Jatirasa, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi.
Baca SelengkapnyaVideo seekor orang utan raksasa tiba-tiba muncul di permukiman warga viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaPara tahanan juga dibatasi untuk tidak bicara satu sama lain dan duduk dengan benar.
Baca SelengkapnyaMahasiswi asal Korea Selatan ini mengaku suka binatang
Baca SelengkapnyaDua ekor lutung jawa dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru wilayah Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Jumat (23/2).
Baca Selengkapnya