Melongok kampung tukang cukur di Garut
Merdeka.com - Kampung Parung terletak di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kaum pria warga kampung ini mayoritas penduduknya bekerja sebagai tukang cukur. Mereka menyebar terutama ke Bandung dan Jakarta. Sebagian lagi membuka kios cukur di seantero Garut.
Tokoh Kampung Parung, Dede Saefudin, mengatakan terakhir jumlah tukang cukur di Desa Bagendit lebih dari 3.000 orang, sebagian besar berasal dari Kampung Parung.
Mantan Kepala Desa Bagendit ini mengatakan, tradisi mencukur rambut Kampung Parung sudah berlangsung sejak lama. Bahkan konon usianya setara dengan republik ini.
-
Di mana Desa Sinar Bandung berada? Desa yang berlokasi di Kecamatan Negeri Katon ini jadi salah satu desa yang unik di Pulau Sumatra.
-
Siapa yang membantu Batik Tulis Kebon Indah? Usaha ia bersama puluhan warga di sana dalam mengembangkan batik tulis ini turut dibantu oleh bank BRI. Dalmini mengatakan bahwa dirinya meminjam pemodalan di BRI melalui Kupedes.
-
Siapa saja yang berkunjung ke Demak di masa lalu? Saat itu Kota Demak ramai disambangi orang-orang asing seperti orang Persia, Arab, Gujarat, Melayu, dan Cina.
-
Siapa yang tinggal di Desa Budaya Pampang? Desa ini menjadi tempat tinggal tetap masyarakat Suku Dayak Apokayan.
-
Siapa yang menghuni kampung tersebut? Pasalnya di sini, seluruh penghuninya merupakan perempuan dan tidak ada laki-laki sama sekali.
-
Siapa yang membuat genteng di desa? Pak Sulis, salah satu pengrajin genteng di sana, tengah membuat tanah merah seperti adonan kue.
Dede sendiri pernah praktik nyukur dari 1977 sampai 2003. Ia membuka kios cukur di Rawamangun dan Rawasari, Jakarta. Kini kios tersebut diteruskan oleh anak dan adiknya.
Ia menyatakan, jasa tukang cukur yang merantau ke kota-kota besar tidaklah kecil. Mereka selalu mentransfer uang untuk keluarga atau istri mereka. "Seminggu sekali BRI di sini selalu penuh oleh warga yang memeriksa transferan," katanya kepada Merdeka Bandung.
Ia memprediksi, dari sekitar 3.000 orang tukang cukur asal Desa Bagendit, ada sekitar 2.000 orang di antaranya bekerja di Bandung dan Jakarta. Jika dalam seminggu atau sebulan sekali mereka mentransfer uangnya antara Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta, maka total uang yang mereka transfer sekitar Rp 2 miliar.
Uang yang mereka transfer ibarat darah segar bagi desa yang terkenal karena danau legendaris Situ Bagendit itu. Sebagian warga Bagendit bermatapencaharian di ladang dan sawah. Padi dan jagung menjadi komoditas utama mereka.
Dede menyebutkan, keberlangsungan pertanian warga tidak lepas dukungan modal para pria yang menjadi tukang cukur di kota. "Tanpa transfer dari mereka, pertanian di sini sangat sulit di tengah mahalnya benih dan pupuk. Sedangkan hasil panen kan harganya tidak pasti," katanya.
Dengan kata lain, uang transferan para tukang cukur di kota dipakai oleh warga desa untuk mengolah ladang dan sawah, membeli pupuk dan benih."Tanpa tukang cukur mungkin petani di sini sudah lama berhenti," katanya.
Ia menuturkan, suatu waktu para tukang cukur merasa prihatin dengan jalan desa yang rusak. Padahal jalan merupakan akses utama menuju sawah. Maka ribuan tukang cukur iuran untuk pembangunan infrastruktur desa. "Mereka patungan membangun jalan, sekolah dan masjid," kata Dede yang kini hidup bertani. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tukang cukur bernama Pak Edo ini menggantungkan hidup dari warga kampung yang ingin mencukur rambut.
Baca SelengkapnyaPuluhan warga Desa Bakalan, Kecamatan Kalinyamatan, Jepara berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan gelang identitas jemaah haji.
Baca SelengkapnyaPembuatan gula Jawa itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan batok kelapa sebagai cetakannya.
Baca SelengkapnyaSebuah desa di Kabupaten Karanganyar menarik perhatian siapapun yang melihatnya. Di desa ini, berdiri deretan rumah-rumah mewah meski berada di lereng gunung.
Baca SelengkapnyaRumah di kampung miliader yang ada di Jawa Tengah ini tampak mewah.
Baca Selengkapnya