Mencari Berkah dari Karung Goni Bekas
Merdeka.com - Dompet yang dibuat seorang teman memantik jiwa wirausaha Firza Fahdi (25). Pemuda ini tertarik membuat sendiri dan menggeluti bisnis daur ulang karung goni bekas. Awalnya Firza mencoba membuat dompet serupa dengan temannya.
"Dan ternyata dompet yang aku buat lebih bagus," kata Firza kepada merdeka.com, Senin (6/7).
Tidak berhenti di dompet, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Panca Budi Medan ini kemudian membuat tas, juga dari karung goni bekas. Teman-temannya melihat dan minta dibuatkan. Pesanan demi pesanan membuat dia yakin terjun ke bisnis daur ulang.
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
-
Apa ide kreatif dari pria ini? Pria tersebut sengaja mengumpulkan botol-botol kaca bekas sirup yang sudah tak terpakai. Ia membelinya di tukang rongsok dengan harga Rp500.'Kalau sudah saya bersihkan, ini bisa dijual di angka Rp10 ribu hingga Rp15 ribuan tergantung dari daerah kalian masing-masing pasarannya berapa,' ucap pria tersebut.
-
Kenapa Septy membuat kerajinan karung goni? 'Sebenarnya produk seperti ini sudah banyak. Tapi khusus yang produk inovasi ini masih sedikit, terutama untuk produk yang kita campur dengan kulit, dengan pernak-pernik yang lebih menarik,'
-
Bagaimana seseorang menunjukkan inisiatif? Orang yang memiliki aspek inisiatif umumnya dapat memutuskan dan melakukan sesuatu tanpa harus diberi tahu.
-
Apa yang dibuat dari karung goni? Selain itu, karung goni juga bisa dibuat produk seperti payung kecil dan hiasan lainnya.
-
Bagaimana cara membuat Tas Koja? Untuk membuat tas Koja, mula-mula perajin harus memilih kulit Pohon Teureup yang kuat.Setelah terkumpul, kulit yang sudah dipilih direndam air, agar serat dengan lapisan kulit pohon terpisah. Setelahnya bahan dikeringkan di bawah sinar matahari selama beberapa jam. Kemudian kulit kayu dipilin-pilih seperti membuat benang, kemudian disambung menyerupai tali. Benang tersebut lantas dianyam.
Firza mendapatkan bahan baku karung goni bekas dari limbah pabrik tepung. Biasanya 100 potong karung dia habiskan setiap dua bulan.
Karung goni itu kemudian dikerjakan di rumah Firza, Jalan Sejahtera, Helvetia Timur, Medan. Ibunya yang merupakan seorang penjahit turut membantu.
Produk yang dibuat Firza terus berkembang. "Untuk tas saja ada sekitar 30 model, topi 2 model dan dompet sekitar 10 model yang kami kerjakan," papar pemuda berambut ikal ini.
Mulai Punya Karyawan
Seiring bertambahnya pesanan, Firza mempekerjakan pasangan suami-istri untuk menjahit produknya. Dia pun bekerja sama dengan pihak lain untuk pekerjaan tertentu, misalnya penyablonan.
©2020 Merdeka.com
Karena permintaan semakin banyak, Firza bersama beberapa temannya mendirikan pusat pembuatan handycraft berbahan baku goni di Jalan Pertiwi Gang H Muslim Lubis, Medan Tembung. Tempat itu dijadikan lokasi produksi sekaligus galeri.
Pekerjaan mendaur ulang karung goni bekas ini tidak sederhana. Firza memulainya dengan mencuci karung goni bekas menggunakan sabun ditambah monosodium glutamate (MSG). "Itu ditambahkan untuk mempermudah mengangkat kuman," jelas Firza.
Setelah dicuci, karung itu dijemur hingga kering. Tahap selanjutnya pembuatan mal atau pola produk, biasanya menggunakan karton. Patron itu yang diikuti saat memotong karung goni dan bahan lainnya, termasuk kain pelapis. "Barulah proses penyatuan atau penjahitan," jelasnya.
Tekstur karung goni yang kasar dan jarang memberi kesulitan dalam penjahitan. Perlu kesabaran dan ketelitian untuk melakukannya.
Setelah dijahit, produk itu melewati proses finishing. Ada yang dilukis atau disablon, sesuai keinginan pemesan. Semua dilakukan dengan ketelitian dan kesabaran.
Buah Kesabaran dan Ketelitian
Kesabaran dan ketelitian Firza mendapat respons positif. Awalnya hanya menjual di kalangan teman, produk buatannya meluas setelah dia memasarkannya melalui Instagram @goniku_nature. Kerajinan tangannya bahkan laku hingga ke luar Sumatera Utara.
Karya daur ulang Firza dijual dengan harga bervariasi mulai Rp65.000 hingga Rp250.000. Para pemesannya mahasiswa dan kaum pekerja. "Konsumennya berusia 20 tahun ke atas, sedikit lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki," jelas Firza.
©2020 Merdeka.com
Menurut Firza, konsumen puas dengan produknya. Selain unik, buatannya juga kuat. "Konsumen respek dengan produk kami. Selain berkualitas dan bergaya, juga ramah lingkungan," jelas Firza.
Aspek lingkungan menjadi perhatian tersendiri bagi Firza. Pemuda ini termotivasi memanfaatkan bahan bekas. Dia bahkan membuat pelatihan bagi ibu-ibu di Bukit Lawang, Langkat untuk membuat benda berharga dari karung goni bekas.
Bahkan ke depan Firza berencana tidak hanya memproduksi kerajinan tangan dari karung goni bekas. Usahanya akan diperluas, dan sebagian besar menggunakan bahan daur ulang. "Kita sudah membangun jaringan ke negara lain di Asia dan Eropa," tutupnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belum banyak orang yang menggeluti kerajinan karung goni bekas.
Baca SelengkapnyaPerajin asal Medan membuat inovasi kreatif, yaitu membuat kerajinan boneka dari limbah kertas koran.
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda tepian Rawa Pening memberdayakan masyarakat dalam mengolah eceng gondok menjadi kerajinan yang punya nilai jual.
Baca SelengkapnyaWinarsih mengatakan, dampak Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya mengembalikan daya beli masyarakat.
Baca SelengkapnyaKisah tersebut tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Baca SelengkapnyaBegitu kreatif, pria tersebut memanfaatkan botol bekas yang sudah tak lagi terpakai.
Baca SelengkapnyaIa pernah ditolak tujuh perempuan karena punya utang nyaris setengah miliar
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang cara membuat tas dari bungkus kopi yang mudah dan bermanfaat.
Baca SelengkapnyaUsahanya dimulai saat Faisal resign dari tempat kerjanya, lalu memutuskan mulai belajar usaha untuk mendapat pemasukan.
Baca SelengkapnyaBermodalkan Rp100.000 hasil pinjam keluarga, Fadel memberanikan diri membeli kaos polos dan membuat desain kaosnya sendiri.
Baca SelengkapnyaWalaupun sempat terpuruk, sang owner punya jurus jitu untuk bangkit dari keterpurukan
Baca SelengkapnyaFatah Hasan (20) mengaku belajar membuat kerajinan dari sosok ayahnya.
Baca Selengkapnya