Mencegah paham radikalisme masuk ke kampus
Merdeka.com - Generasi muda harus memiliki pertahanan diri menghadapi serangan paham radikal terorisme. Kelompok garis keras sudah mulai masuk ke kampus-kampus untuk merusak persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Ini harus diwaspadai. Kalau adik-adik mahasiswa dan generasi muda tidak mempunyai benteng pertahanan dari kelompok radikal terorisme, risikonya sangat besar yaitu perpecahan NKRI," kata Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas di dalam keterangan tertulis, Rabu (3/5).
Seperti diketahui beberapa waktu, digelar Deklarasi Khilafah di salah satu kampus terkenal. Menurut Yaqut, kegiatan ini jelas bertentangan dengan NKRI dan seharusnya pemerintah segera bertindak.
-
Apa yang mengancam generasi muda? Krisis iklim yang semakin parah dan meningkatnya frekuensi gelombang panas diprediksi akan menambah ancaman bagi generasi muda.
-
Mengapa pelajar terlibat perkelahian? Ciri remaja atau pelajar yang terlibat perkelahian antar sesamanya diduga dipengaruhi oleh beragam kondisi seperti lingkungan tempat tinggal, kedekatan dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya, hubungan dengan peer group serta akses untuk melihat kekerasan di media visual seperti tayangan di media sosial.
-
Apa tuntutan mahasiswa saat itu? Lahirlah apa yang dinamakan TRITURA. Tritura atau Tri Tuntutan Rakyat 1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya 2. Rombak Kabinet Dwikora 3. Turunkan Harga-Harga
-
Kenapa remaja melakukan tindakan agresif? Fenomena ini diibaratkan sebagai gunung es, di mana emosi yang selama ini terkubur akhirnya muncul dalam bentuk perilaku agresif.
-
Kenapa pelaku menikam mahasiswa? 'Motifnya, pelaku merasa ditipu dan sakit hati kepada korban,' ungkapnya.
-
Apa yang membuat kampus heboh? Udinus jadi heboh karena Azizah Salsha dan Pratama Arhan mampir.
"Saya juga bingung apa sih yang ditunggu sehingga penanganan terkesan lamban. Inilah yang bisa menimbulkan banyak spekulasi," ungkap Gus Tutut, panggilan Yaqut.
Yaqut menilai kampus adalah tempat paling mudah dimasukan gerakan radikal. Karena itu, Ansor pelan-pelan masuk ke dunia kampus yang selama ini belum pernah dimasuki.
Langkah pertama, GP Ansor menggelar Ansor Day di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Sabtu (29/4). Yaqut berharap langkah ini akan terus melebar ke kampus-kampus lain dalam menyuarakan persatuan dan kedamaian NKRI, sekaligus menyadarkan mahasiswa dengan bahaya radikalisme dan terorisme yang berada di sekeliling mereka.
"Ini baru langkah awal. Mudah-mudahan seterusnya kita masuk kampus lain. Supaya sama-sama kita bendung kelompok radikal anti-NKRI," tegas Gus Tutut.
Menurutnya, mudah masuknya paham radikal ke mahasiswa dan generasi muda karena saat ini kolektivitas sosial mereka mulai berkurang akibat lebih banyak menghabiskan waktu dengan gagdet. Hal itu membuat hubungan antar-mahasiswa dan generasi muda menjadi renggang sehingga mereka tidak mempunyai filter untuk menghadapi propaganda radikalisme.
Faktor lainnya adalah frustasi dengan keadaan karena kondisi sosial politik di Indonesia masih tidak menentu. "Saat semua jadi susah dan tidak pasti, mereka menawarkan angan-angan yaitu kalau ikut khilafah selesai persoalan," tuturnya.
"Yang tidak kerja punya pekerjaan, yang tidak punya penghasilan punya penghasilan, bahkan matinya pun masuk surga. Harapan seperti itu mudah ditangkap dalam situasi orang frustasi. Padahal semua itu omong kosong saja," tandasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaPancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi
Baca SelengkapnyaSetiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat dan Pemerintah diharapkan memiliki kewaspadaan yang tinggi terhadap gerakan kelompok terlarang.
Baca SelengkapnyaKepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPerbedaan pilihan dalam Pemilu jangan sampai menimbulkan polarisasi antara satu dengan yang lain.
Baca SelengkapnyaMereka menggaungkan demokrasi berjalan dengan aman, damai dan jujur.
Baca SelengkapnyaKonten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa.
Baca SelengkapnyaMa'ruf menduga kelompok ini menyasar anak muda karena masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Baca Selengkapnya