Menelusuri jalan terjal dakwah Syaikh Husein Zamaksyari di Cilacap
Merdeka.com - Setiap Ramadan tiba, tawajuhan menjadi disiplin keruhanian bagi santri Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah di Desa Ujung Manik, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap. Tawajuhan berarti zikir untuk berserah diri kepada Allah SWT. Disiplin keruhanian itu tak lepas dari figur ulama Syaikh Husein Zamaksyari.
Syaikh Husein merintis jalan keimanan, menyalakan obor belas kasih, mengubah rawa menjadi tatanan pemukiman dan ladang yang kini populer disebut Kampung Parid. Kisah Kampung Parid sendiri berawal dari tahun 1840-an.
Dibui kolonial Belanda
-
Bagaimana awal mula Kampung Cigadung? Mengutip laman bandung.go.id, kampung ini sebelumnya lahir atas inisiasi warga setempat yang menggali potensi kelokalan di sana.
-
Bagaimana awal mula Kampung Coklat? Wisata Kampung Coklat berawal dari kegagalan sang pemilik saat beternak ayam. Wabah flu burung yang melanda Indonesia seketika membuat usahanya tutup. Kholid pun berpikir untuk merintis usaha baru.
-
Kapan Kampung Adat berdiri? Di tempat ini memiliki kurang lebih 76 rumah adat yang tertata rapi dalam satu kawasan yang sudah ada sejak abad ke-16 sampai 17 yang terdiri dari 6 suku.
-
Bagaimana Islam masuk ke Perlak? Mengutip dari beberapa sumber, awal terjadinya proses penyebaran Islam di Kesultanan Perlak ini tak jauh dari para pedagang dari Arab dan Persia yang sudah beragama muslim.
-
Kenapa Dusun Sekar Gadung disebut kampung mualaf? Dusun Sekar Gadung terkenal dengan sebutan kampung mualaf karena banyak warga nonmuslim yang beralih memeluk agama Islam.
-
Bagaimana asal usul nama Desa Pacarpeluk? Nama ini berasal dari istilah nasi sak kepel terus dipuluk. Lurah atau pemimpin desa ini yang pertama bernama Prawiroyudho atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Konde, cucu Mbah Wonoyudho. Ia menjabat pada zaman penjajahan Belanda sekitar 1870-an.Mbah Konde inilah yang memberi nama Desa Pacarpeluk dengan menggabungkan dua nama pedukuhan.
Diperkirakan kala itu, Syaikh Husein mulai mengajar ilmu agama Islam kepada orang-orang di Kampung Parid. Jalan dakwah yang dia tempuh tak mudah. Pemerintah Hindia Belanda pernah menjebloskan Syaikh Husein ke Pulau Bui Nusakambangan selama 5 tahun. Sebabnya, dia dianggap menyerobot tanah milik kolonial.
Tekanan yang dialami Syaikh Husein sebagai ulama, jika dilihat dari angka tahun 1800-an memang banyak dialami oleh para kiai di Jawa utamanya yang mengembara berdakwah di berbagai tempat. Sejak tahun 1810, sebagaimana dikutip dari buku Pradjarta Dirjosanjoto 'Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa' (1999), pemerintah kolonial Hindia Belanda mengeluarkan peraturan bahwa para Mohammedan priest harus mengantongi izin perjalanan. Hal itu sebagai cara mengawasi para kiai yang dicurigai sebagai ancaman dan sering terlibat berbagai kerusuhan di berbagai tempat.
Jadi imam salat di Parid dari Bui Nusakambangan
Menariknya, selama Syaikh Husein mendekam dalam bui, justru menjadi kisah cerita tersendiri berunsur mistik. Ketua Badan Kesejahteraan Masjid Agung Darussalam Ujung Manik, Muchdi Yahya yang sekaligus cucu dari Syaikh Husein bercerita peristiwa aneh selalu muncul setiap dilakukan ibadah salat Jumat. Hal tak masuk akal, terlihat di mimbar imam sosok Syaikh Husein memimpin salat dan melantunkan ayat suci Alquran.
"Banyak warga yang dahulu menyaksikan langsung. Bahkan ini terjadi sampai lima tahun ketika beliau (Syaikh Husein-red) dijebloskan di Nusakambangan," ujarnya pada Merdeka.com di lingkungan Masjid Agung Darussalam Ujung Manik, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Aspek mistik sosok Syaikh Husein, memang kerap jadi cerita warga Kampung Parid secara turun temurun. Wakil Ketua PAC GP Ansor Kawunganten, Maryo Achmad yang menemani Merdeka.com berziarah ke makam Syaikh Husein bercerita pendirian Masjid Agung Darussalam juga tak lepas dari keajaiban mistik.
Kampung Parid ©2017 merdeka.com/Abdul Aziz
Dibantu jin
Masjid itu berdiri di lokasi yang sebelumnya adalah rawa. Tetapi saat Syaikh Husein bermujahada pada Allah SWT untuk mendirikan masjid, selama tiga hari tiga malam terjadi hujan yang kemudian disusul oleh banjir. Banjir itu membawa timbunan lumpur dan batu-batu karang yang menutup lokasi rawa.
"Sampai saat ini, kalau kita lihat pondasi Masjid ini ya batu karang yang warnanya kekuning-kuningan. Ada cerita yang kemudian berkembang, pembangunan masjid ini dibantu oleh jin," kata Maryo.
Dalam dakwah keagamaan, selama Syaikh Husein menetap di Ujung Manik sampai wafat pada tahun 1948, di usia 100 tahun lebih, dia mengembangkan ilmu tasawuf. Beliau mengajarkan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah yang merupakan penggabungan Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Syekh Abd Al-Qadir Al Jailani dan Tarekat Naqsyabandiyah yang didirikan oleh Muhammad Ibn Muhammad Bhauddin al-Naqsyabandi.
'Bersatu' dengan Tuhan secara rohani
Diterangkan oleh Muchdi Yahya, penggabungan dua tarekat ini terlihat dari metode zikir di mana melafazkan kalimat Lailahailalah dengan suara keras dan selanjutnya melafalkan kalimat Allah dalam hati. Generasi pertama murid-murid Syaikh Husein kini banyak tersebar di Ciamis, Lampung, bahkan sampai Johor Malasyia dan Singapura.
"Tasawuf merupakan jalan keruhanian untuk mencapai kebenaran hakiki. Itu yang dilakukan Syaikh Husein dan diajarkan pada para santrinya. Para sufi percaya bahwa hanya cinta Illahi (Mahabbah) yang dapat membawa mereka maju dalam perjalanan dan pendakian mereka, sehingga pada akhirnya mereka merasakan persatuan dengan Tuhannya secara ruhani," ungkap Yahya.
Kampung Parid ©2017 merdeka.com/Abdul Aziz
Disiplin keruhanian untuk mendekatkan diri pada Allah yang salah satunya menjadi kebiasaan saat Ramadan, Syaikh Husein melakukan zikir bersama-sama dengan santri serta kalangan warga Kampung Parid. Zikir itu dilakukan usai melakukan ibadah salat Ashar berjamaah. Dijelaskan oleh Yahya, zikir yang disebut Tawajuhan merupakan jalan cinta dan makrifat untuk menyempurnakan tali hubungan antara jiwa manusia dengan Tuhan.
"Di Ramadan ini, kebiasaan yang kami lakukan disebut Tawajuhan dan menjadi tradisi sampai saat ini," ungkapnya.
Setelah Syaikh Husein meninggal, di Kampung Parid kepemimpinannya dilanjutkan oleh KH Abdullah Suyuti. Syaikh Husein sendiri dimakamkan di kompleks Masjid Agung Darussalam untuk mempermudah masyarakat berziarah.
Riwayat Hidup Syaikh Husein, pada akhirnya adalah isyarat dari kehidupan yang dibalik hal tak masuk akal sejatinya terdapat penyingkapan misteri agung (daqa'iq) dan rahasia terdalam (haqa'iq) ajaran agama. Mengenai yang haqa'ig ini, penyair sufi Jalaluddin Rumi pernah menyampaikannya dalam petikan puisi berikut: Jika rahasia ma'rifat hendak kau capai. Buanglah huruf, ambil makna.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Makam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.
Baca SelengkapnyaUlama ini datang ke Tuban jauh sebelum era Wali Songo
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca SelengkapnyaSimak cara penyebaran Islam di Indonesia berikut ini beserta sejarah masuknya.
Baca SelengkapnyaSosoknya sudah menyebarkan ajaran Islam di Kediri jauh sebelum era Wali Songo.
Baca SelengkapnyaMasjid tersebut kabarnya tak pernah menjadi sasaran penghancuran, atau penyerangan dari pasukan militer Belanda maupun pendudukan Jepang.
Baca SelengkapnyaPondok pesantren ini pernah beberapa kali menjadi basis perjuangan rakyat melawan penjajah.
Baca SelengkapnyaOrang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulu sering mengadakan pengajian sebagai salah satu cara melawan kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaMasjid ini memiliki gaya arsitektur Arab yang dipadu dengan Jawa.
Baca SelengkapnyaUlama pemimpin faham Tarekat Naqsyabandiah di Padang ini pencetus pemikiran ikhtilaf di internal umat, namun bersatu di eksternal umat untuk melawan penjajah.
Baca SelengkapnyaMengunjungi Kampung Batik Jetis Sidoarjo yang sudah eksis lebih dari 300 tahun silam. Munculnya para pembatik andal berawal dari komunit jemaah masjid.
Baca Selengkapnya