Menengok kehidupan manusia masa lalu di Museum Sangiran
Merdeka.com - Jawa Tengah dan Jawa Timur memang dikenal sebagai tempat tinggal manusia purba. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Sangiran, Ngandong (Blora), dan Sambungmacan (Sragen). Di Jawa Timur juga tak sedikit ditemukan fosil di daerah Trinil, Mojokerto, dan Perning.
Temuan pertama yang dicatat sejarah adalah ekskavasi dilakukan peneliti Eugene Dubois, di Desa Ngandong, Trinil, Mojokerto, Jawa Timur. Dia berhasil menemukan fosil Pithecanthropus Erectus pada 1893. 40 tahun kemudian, banyak fosil manusia purba dan peralatannya ditemukan di daerah Sangiran, Kabupaten Sragen, sekitar 18 kilometer dari Kota Solo. Daerah ini berada di bagian kaki bukit Gunung lawu dan dialiri Sungai Cemoro bermuara di Sungai Bengawan Solo.
Museum Purbakala Sangiran merupakan museum dengan koleksi fosil dan benda-benda kepurbakalaan mencapai sekitar 40 ribu koleksi. Sehingga dianggap sebagai museum purbakala terlengkap di Indonesia. Dari ribuan fosil tersebut, ada yang disimpan di ruang dan di dalam gudang penyimpanan.
-
Dimana fosil hewan purba ditemukan? Potongan fosil tulang rahang hewan tersebut ditemukan di ladang opal di bagian utara New South Wales, bersama dengan bukti beberapa spesies monotreme purba lainnya yang kini telah punah.
-
Di mana fosil hewan purba ditemukan? Beberapa ribu tahun yang lalu, pulau Sumba di NTT, Indonesia adalah rumah bagi gajah, tikus raksasa, dan naga, menurut penemuan fosil yang dilaporkan dalam jurnal ilmiah bulan lalu.
-
Di mana fosil hewan purba itu ditemukan? Sebuah penemuan baru dari nenek moyang plesiosaurus bernama Chusaurus xiangensis telah ditemukan di Fauna Nanzhang-Yuan'an di Provinsi Hubei, China.
-
Fosil hewan purba apa saja yang ditemukan di Sumedang? Dua fosil hewan purba yakni gading gajah dan tempurung kura-kura belum lama ini ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
-
Fosil hewan purba apa yang ditemukan? Fosil tersebut diperkirakan sebagai spesies dari kelas cestoda, juga dikenal sebagai cacing pita.
-
Dimana fosil hewan purba itu ditemukan? Penemuan ini bermula ketika pada 1983, anggota Royal Ontario Museum menjelajahi Canadian Rockies dan menemukan lapangan fosil yang sangat luas di Taman Nasional Yoho, menurut studi yang diterbitkan pada 21 Juni dalam Journal of Systematic Palaeontology.
Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba, Sangiran, Sukronedi mengatakan, di situs dengan wilayah 59,21 kilometer persegi itu memang banyak ditemukan fosil. Namun lebih didominasi fauna. Menurut dia, hampir 40 ribu fragmen fosil di Sangiran merupakan fosil fauna. Sedangkan fosil manusia hanya sekitar 100.
"Terakhir penemuan fosil manusia tahun 1967. Untuk fosil manusia hanya ada sekitar 100, kalau fauna ada 40 ribu lebih. Yang spektakuler penemuan terakhir 6 Februari lalu, sebuah fosil tengkorak homo erectus tipe arkaik kita temukan," ujar Sukronedi, saat ditemui merdeka.com, di Museum Sangiran, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Senin (18/4).
Museum Purbakala Sangiran adalah museum arkeologi terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Lokasinya sangat berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran, yang merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 kilometer persegi. Meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh), serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar.
Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 kilometer dari kota Solo). Selain menjadi objek wisata yang menarik, juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
"Museum ini sangat bermanfaat untuk mengetahui atau memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan teori evolusi, ilmu antropologi, arkeologi, geologi, serta paleoantropologi," ujar Sukronedi.
Sukronedi menambahkan, di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa, yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs ini pula, pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecanthropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.
Di area situs Sangiran, hingga saat ini warga masih sering menemukan jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200 ribu tahun dalam kondisi utuh. Dengan kondisi temuan seperti itu, para ahli dapat merangkai benang merah sejarah pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.
"Hampir tiap hari, saya bersama pak Ketua RT dan tetangga, bertiga keliling mencari tulang. Kalau musim hujan seperti ini kan banyak bukit yang longsor. Jadi banyak tulang yang terbawa air ke sungai. Saya kadang nemu fosil hewan, macam-macam mas. Kalau ada temuan langsung saya serahkan ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba, Sangiran," kata Setu Wiryorejo, penemu fosil Homo Erectus asal Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
Karena kawasan Sangiran banyak ditemukan fosil manusia purba, maka pada 1977 Pemerintah Indonesia menetapkan kawasan sekitar Sangiran sebagai daerah cagar budaya.
Kemudian pada 1988, didirikan museum sederhana di lokasi kawasan Sangiran. Sekitar 1996, situs Sangiran ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
"Kami mempunyai tiga ruang pamer yang cukup besar. Dan saat ini ada pengembangan untuk ruang pamer empat di sebelah timur museum, yang akan digunakan untuk kegiatan event dan bukan ruang display. Pembangunannya masih berjalan, dengan anggaran sekitar Rp 5 miliar," ucap Sukronedi.
Selain fosil manusia purba, di museum tersebut juga dipamerkan berbagai fosil binatang purba. Diantaranya fosil gajah purba yang terdiri dari Elephas namadicus, Stegodon trigonocephalus, Mastodon sp, kerbau (Bubalus palaeokarabau), harimau (Felis palaeojavanica), babi (Sus sp), badak (Rhinocerus sondaicus), sapi atau bateng (Bovidae), rusa (Cervus sp), serta kuda nil (Hippopotamus sp). Ada juga fosil binatang-binatang air yang terdiri dari buaya (Crocodillus sp), ikan, kepiting, gigi ikan hiu, moluska (Pelecypoda dan Gastropoda ), serta kura-kura (Chelonia sp).
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Situs manusia purba Sangiran telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu dari empat situs warisan budaya dunia di Indonesia pada tahun 1996.
Baca SelengkapnyaFosil gajah purba ditemukan lengkap di Situs Sangiran. Diperkirakan mereka menghuni dataran Sangiran hingga ratusan ribu tahun lamanya
Baca SelengkapnyaSingkapan lapisan purba dapat dilihat secara kasat mata pada sejumlah tempat di Sangiran.
Baca SelengkapnyaMenteri Negara dan Riset Teknologi (Menristek) B.J Habibie meresmikan Munasain sebagai akses pengetahuan yang menenyangkan.
Baca SelengkapnyaAda banyak koleksi flora, fauna dan bahan tambang di Museum Geologi Bandung.
Baca SelengkapnyaRuang pamer benda purbakala dari Kawasan Cagar Budaya Gunung Sewu sejak pleistosen tengah hingga holosen
Baca SelengkapnyaPenelitian yang dilakukan pada 2008 lalu berhasil menemukan adanya aktivitas kehidupan manusia di tempat ini.
Baca SelengkapnyaArkeolog sedang melakukan tes DNA terhadap tulang-tulang ini.
Baca SelengkapnyaManusia purba yang hidup China timur 1,5 juta tahun yang lalu melakukan berbagai aktivitas tidak hanya untuk bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaPerkakas yang ditemukan di dalam gua tersebut diperkirakan berasal dari rentang waktu antara sekitar 300.000 SM hingga 45.000 SM
Baca SelengkapnyaGading gajah purba itu memiliki panjang lebih dari dua meter.
Baca Selengkapnya