Menengok pengeboran terowongan MRT
Merdeka.com - Pembangunan proyek Mass Rapid Transit (MRT) sampai saat ini masih terus dikebut. Pengerjaan proyek kereta bawah tanah ini masih dalam tahap pertama pengeboran terowongan (tunnel).
Proses pengeboran terowongan (tunnel) ini menggunakan Tunnel Boring Machine (TBM) atau bor raksasa bernama Antareja ini memiliki diameter 6,7 meter dan total panjang ± 43 meter. Bobot secara keseluruhan mesin ini, mulai dari bagian kepala (cutterhead) hingga bagian akhir (backup cars) mencapai ± 323 ton.
Ada empat mesin yang akan dipergunakan oleh PT MRT Jakarta untuk membangun subway. Mesin bor 'Antareja' ini akan dioperasikan oleh kontraktor paket pekerjaan CP 104 dan 105 (Senayan-Setiabudi), yaitu SOW Joint Venture yang terdiri dari Shimizu, Obayashi, Wijaya Karya, dan Jaya Konstruksi.
-
Di mana terowongan bawah tanah itu berada? Jalur-jalur ini membentang dari Benteng Loreto ke Benteng Guadalupe, dari Benteng Loreto ke distrik San Jose, dan dari Benteng Guadalupe ke Gereja Los Remedios tempat pertahanan melawan pasukan Prancis pada tahun 1862.
-
Bagaimana proses pembangunan Terowongan Mrawan? Pembangunan terowongan dilakukan dengan cara menggali bagian sisi arah Kalisat sebelah Gunung Botoh kemudian dilakukan menggali sisi arah Banyuwangi. Selanjutnya dilakukan penggalian secara bersamaan.
-
Kapan terowongan itu dibangun? Terowongan ini diyakini sudah ada sejak tahun 1531, saat kota ini didirikan.
-
Dimana letak stasiun MRT bawah tanah? Ada Enam stasiun bawah tanah terdapat di Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia.
-
Bagaimana proses pembangunan jalan tol pertama? Begitu idenya diterima dan mendapatkan izin dari pemerintah, Puricelli memulai proses konstruksinya yang berhasil diselesaikan daam waktu 15 bulan. Tercatat tepat di tangga 21 September 1924, jalan tol pertama ini resmi dibuka di kota Lainate yang sekaligus menjadi jalan tol pertama di dunia.
-
Dimana terowongan Stasiun Tugu membentang? Terowongan ini membentang dari sisi Selatan ke Utara.
Mesin bor ini menggunakan teknologi Earth Pressure Balance (EPB) pertama di Indonesia yang diproduksi perusahaan Jepang, Japan Tunnel Systems Corporation (JTSC). Sementara itu, mesin bor kedua dan ketiga masih dalam proses perakitan. Kedua mesin ini akan segera beroperasi untuk melanjutkan tahapan pembangunan terowongan MRT.
Lalu bagaimana, proses pengeboran saat musim penghujan seperti sekarang ini? Ditemui wartawan Merdeka.com, Raynaldo Ghiffari Lubabah, dan juru foto, Arie Basuki, serta kru video, Muhammad Zul Atsari dan Nuryandi Abdurrohman, di Stasiun MRT Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Rabu (6/1), Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) Dono Boestami menjelaskan proses pengeboran terowongan proyek MRT di saat musim hujan.
Menurut Dono, kondisi genangan dan banjir di Jakarta, bukan jadi persoalan bagi proses konstruksi ruang bawah tanah MRT. Dia menyatakan meskipun hujan, stasiun bawah tanah akan tetap kering.
"Seperti diketahui meskipun musim hujan tetap kering jadi nanti kalo mengunjungi semua seluruh wilayah stasiun bawah tanah kita kondisinya seperti ini, kering," kata Dono.
Hal tersebut, katanya, pihak PT MRT telah mempersiapkan konstruksi drainase dan dinding-dinding stasiun bawah tanah dengan sangat baik. Menurutnya, dinding beton stasiun tersebut memiliki pondasi yang kedap air.
"Ada semua, jadi kita untuk air jadi untuk drainase sudah dipersiapkan, kita lihat dinding-dinding ini juga tidak ada rembesan ya relatif kering bisa kita katakan memang didesak mulai dari stasiun dan tunnelnya sendiri kedap air," jelasnya.
Lebih lanjut, Dono mengklaim stasiun bawah tanah yang dibangun pihaknya tidak akan ada rembesan air hujan atau banjir karena menggunakan dinding modern yang anti air, sehingga dapat menahan tekanan air yang besar.
"Kita memang dibuat dari awal kedap air dan ini bukan menggunakan konvensional water proving, jadi waktu kita ngecor tembok ini kurang lebih 4-6 meter, itu sudah dapat menahan tekanan air ," ujar Dono.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Per 25 November 2024, pengerjaan CP 203 rute Glodok-Kota mencapai 64,87 persen. Kedua terowongan penghubungnya juga telah selesai dibangun.
Baca SelengkapnyaMRT Jakarta mengumumkan, Stasiun Glodok dan Stasiun Kota kini telah terhubung.
Baca SelengkapnyaGibran menelusuri terowongan dari Stasiun Monas ke Stasiun Thamrin
Baca SelengkapnyaProyek MRT Jakarta Fase 2A ini terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah dengan total panjang jalur sekitar 5,8 kilometer.
Baca SelengkapnyaMRT Jakarta mengungkapkan pekerjaan pembangunan CP 201 rute Stasiun Thamrin dan Monas berjalan sesuai jadwal.
Baca Selengkapnyajembatan utilitas di Jembatan Otista, saat ini sudah selesai pengerjaan dengan menggunakan sistem pengeboran kini dilanjut pengecoran.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan pembangunan MRT Fase 2A sudah mencapai 28,4 persen atau lebih dari yang ditargetkannya.
Baca SelengkapnyaTerkait rekayasa lalu lintas, PT MRT telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan DKI Jakarta dan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya.
Baca SelengkapnyaBerikut cara bagaimana terowongan bawah laut dibuat.
Baca SelengkapnyaPengerjaan proyek LRT Velodrome-Manggarai saat ini baru memasuki pemagaran area kerja sebagai upaya persiapan pembangunan secara matang.
Baca SelengkapnyaProyek LRT Jakarta rute Velodrome-Manggarai ditargetkan selesai pada 2026.
Baca SelengkapnyaKondisi mulut terowongan itu begitu terbengkalai dan suasananya sangat horror
Baca Selengkapnya