Menerka Alasan Kemenlu Jepang Terbitkan Waspada Peningkatan Teror di Indonesia
Merdeka.com - Belakangan Pemerintah Jepang telah menerbitkan peringatan kepada warganya untuk waspada akan ancaman peningkatan risiko ancaman teror di Indonesia dan lima negara Asia Tenggara lainnya. Lewat kementerian luar negeri, Jepang meminta warganya untuk menjauhi tempat ibadah dan kerumunan.
Menanggapi peringatan itu, Pengamat Terorisme Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Zaki Mubarak menilai imbauan tersebut menyusul penangkapan puluhan aktivis Neo Jemaah Islamiyyah (Neo JI) beberapa hari lalu, salah satunya di Indonesia.
"Saya kira pemerintahan Jepang khawatir bahwa imbas penangkapan puluhan aktivis Neo-JI dan tokoh-tokohnya," kata Zaki saat dihubungi merdeka.com, Selasa (14/9).
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Mengapa Jepang gunakan perwira muslim? Agar pendekatan dengan orang muslim bisa berjalan dengan baik, pihak Jepang banyak menyebarkan perwira muslim sebagai agen informan mereka.
-
Mengapa Jepang menyerang Indonesia? Jepang menilai bahwa keberadaan negara sekutu akan menghambat ekspansinya di kawasan Asia.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Bagaimana NU dan Muhammadiyah berdampak pada perkembangan Islam di Indonesia? NU dan Muhammadiyah berperan penting dalam sejarah perjalanan negara ini dan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia.
Semisal, kata Zaki, penangkapan Abu Rusydan bersama tiga orang lainnya yang diduga sebagai anggota JI pada hari Jumat (10/9) di Bekasi. Yang berimbas spekulasi akan ada gerakan dari pengikutnya untuk lakukan teror pembalasan.
"Kira-kira mirip saat Aman Abdurrahman -ideolog JAD di vonis hukuman mati awal 2018 lalu, sel-sel JAD di sejumlah segera meresponsnya dengan pengeboman. Termasuk bom bunuh diri di Surabaya. Yang lain, melakukan serangan pada polisi tahanan Mako Brimob Depok," ujarnya
"Di Riau mereka menyerang markas polisi juga. Jadi mungkin saja pemerintah Jepang mengantisipasi kemungkinan terulangnya kekerasan seperti itu," lanjutnya.
Akan tetapi, Zaki memandang jika peringatan dari Jepang kepada warganya untuk menjauhi fasilitas keagamaan dan keramaian di enam negara Asia Tenggara, atas adanya serangan maupun aksi teror terlalu berlebihan.
"Tetapi menurut saya kekhawatiran itu terlalu berlebihan. Neo-JI berbeda dengan JAD -yang mendukung ISIS-dari segi ancaman teror. Ideologi dan strategi jihad Neo-JI saat ini sangat berbeda, mereka menghindari konfrontasi langsung, menahan diri melakukan aksi teror. Neo-JI menganggap belum waktunya, belum siap karena tidak adanya peluang, dukungan serta sumber daya yang dimilikinya," bebernya.
Pasalnya, menurut Zaki strategi jihad Neo-JI yang dikendalikan Para Wijayanto dan Abu Rusydan saat ini adalah dakwah ke masyarakat untuk menanamkan ideologi, melatih dan mengirim tenaga- tenaga Asykari (kemiliteran) di sejumlah tempat (termasuk ke Suriah). Termasuk penggalangan dana antara lain melalui ribuan kotak-kotak amal fiktif dan merekrut kelompok profesional.
Terlebih, Neo-JI paham soal minimnya sumber dayanya, sehingga yang dicanangkan adalah program jihadnya bersifat jangka panjang. Diprediksi dalam 10 tahun terakhir tidak ada aksi teror kekerasan yang melibatkan anggota- anggota Neo-JI. Bahkan kelompok Neo-JI tidak bersedia melibatkan diri dengan ajakan jihad para pendukung ISIS.
"Bahkan mengecam aksi-aksi pengeboman dan penyerangan teroris sebagai tindakan bodoh. Karena belum saatnya dilakukan," terangnya.
Atas hal itu, Zaki menduga bila kekhawatiran Jepang mungkin dipicu juga oleh pernyataan sejumlah pengamat yang keliru memahami perkembangan ideologi dan strategi Neo-JI, dan tidak melihat perkembangan terbaru
"Tidak up date. Beberapa komentator mensinyalir akan ada teror- teror balasan pasca penangkapan Abu Rusydan. Ini tentu meresahkan. Pandangan yang menurut saya keliru. Meskipun tetap perlu adanya kewaspadaan," jelasnya.
"Menurut saya pengikut dan tokoh-tokoh Neo -JI yang ditangkap akan memilih strategi kooperatif dengan pemerintah -termasuk bergabung dalam program deradikalisasi dipenjara sebagai cara supaya lekas bebas," tambahnya.
Sehingga, Zaki mengimbau seharusnya pemerintah Jepang maupun perwakilan negara asing di Jakarta seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan berlebihan soal keamanan setelah diringkusnya pimpinan Neo-Ji.
"Saya tidak yakin dalam jangka dekat akan ada pengeboman atau serangan teror lainnya dari sel-sel Neo-JI," jelasnya.
Tidak Usah Khawatir
Sedangkan pendapat lain disampaikan Direktur The Indonesia Intelligence Institute Ridlwan Habib yang menilai bahwa peringatan dari pemerintah Jepang kepada warganya tentang kemungkinan serangan teror di negara Asia Tenggara termasuk Indonesia adalah bentuk pencegahan dini.
"Dalam studi intelijen ini disebut early warning. Justru bagus agar pemerintah dan juga warga tidak kecolongan. Jadi lebih waspada dan hati-hati, " ujar Direktur The Indonesia Intelligence Institute Ridlwan Habib.
Menurut Ridlwan, intelijen Jepang pasti mendapatkan sumber yang valid dan akurat sehingga menyampaikan peringatan bagi warga Jepang. "Kementerian Luar Negeri Jepang dan intelijen Jepang tentu tidak sembarangan dalam membuat analisa. Tetapi didasari bahan dan info A1 yang terpercaya, " ujarnya.
Ridlwan menambahkan, early warning dari Jepang justru akan membuat intelijen negara lain waspada dan segera melakukan pencegahan. "Densus 88 Polri profesional dan pasti juga segera melakukan langkah langkah antisipasi agar tidak terjadi serangan," katanya.
Meski imbauan itu sudah ada, tapi Ridlwan berharap masyarakat tidak perlu takut dan cemas. "Tetap beraktivitas seperti biasa tentu dengan waspada. Yakinlah bahwa BIN dan Densus 88 Polri pasti bekerja maksimal mencegah setiap upaya serangan sekecil apapun," ujar Ridlwan.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Dampak perang Israel-Palestina tentunya juga membangkitkan sel-sel yang terafiliasi dengan teroris,
Baca SelengkapnyaDensus 88 juga berhasil menangkap satu tersangka teroris lainnya inisial NK yang diduga terafiliasi kelompok Jaringan Anshor Daulah (JAD) di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPenangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaJamaah Islamiyah Umumkan Bubarkan Diri, Akan Patuh Pada NKRI
Baca SelengkapnyaSebagian besar dari mereka ditangkap di daerah Sumatera Barat (Sumbar).
Baca SelengkapnyaSembilan orang yang ditangkap masih menjalani pemeriksaan. Belum ada penjelasan detail soal kegiatan para terduga teroris ini.
Baca SelengkapnyaHal ini bertujuan untuk memberikan payung hukum bagi aparat di lapangan untuk melakukan penindakan.
Baca SelengkapnyaKetujuhnya kini masih menjalani pemeriksaan intensif
Baca SelengkapnyaMeski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDetasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri kembali mengamankan satu orang anggota teroris di Sulawesi Tengah Sulteng.
Baca SelengkapnyaDensus 88 menangkap 10 terduga teroris di Solo Raya
Baca SelengkapnyaKetiga terduga pelaku teroris merupakan jaringan Anshor Daulah yang beroperasi di Jawa Tengah.
Baca Selengkapnya