Mengemis di Masjid Istiqlal, kalau malu enggak dapat duit
Merdeka.com - Petuah bijak 'Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah' atau 'Lebih baik memberi daripada menerima' tentu tidak berlaku bagi para pengemis ini. Jika tidak gesit dan malu-malu, tak akan ada uang yang didapat.
Meski begitu, sebenarnya ada sebersit rasa malu seperti yang dirasakan Atika (40). Sudah 10 tahun dia mengemis di kawasan Masjid Istiqlal, Jakarta. Jika dulu dia langsung meminta kepada para jemaah, sekarang dia mengerahkan anak-anaknya untuk meminta. Apalagi sebagai pengemis 'senior' wajahnya sudah dihapal para jemaah. Cara lain yang dipakai adalah mengemis sambil pura-pura menjual plastik kresek untuk menyimpan alas kaki jemaah.
"Dulu saya minta-minta 3 tahun. Tapi sekarang anak sudah gede. Malu minta-minta lagi," ujarnya ketika ditemui merdeka.com, Rabu (17/7).
-
Bagaimana anak-anak dikorbankan? 76 anak-anak itu dibelah dadanya dan dalam keadaan telanjang dengan pakaian berada di sampingnya. Dada mereka telah dipotong terbuka dari tulang selangka hingga ke tulang dada. Tulang rusuk mereka dipaksa terbuka, yang kemungkinan untuk mendapatkan akses ke jantung mereka.
-
Bagaimana anak ini mencari uang? Mampu mengumpulkan uang hingga Rp150 ribu untuk digunakan membantu orang tua yang berprofesi sebagai nelayan.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
-
Kenapa anak-anak dikorbankan? Arkeolog Ungkap 1000 Tahun Lalu Ratusan Anak Jadi Tumbal Pengorbanan untuk Dewa Hujan, Ternyata Ini Tujuannya atau dikorbankan untuk mendukung siklus pertanian jagung dan sebagai korban persembahan kepada dewa hujan oleh penduduk pada masa kejayaan Chichén Itza .
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
-
Siapa saja pengemis kaya raya di Indonesia? Berikut ini 5 pengemis yang ternyata kaya raya: Legiman di Pati, Jawa Tengah Pada tahun 2019, seorang pengemis bernama Legiman terciduk Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dalam razia itu terungkap Legiman memiliki tabungan mencapai Rp900 juta. Tak hanya itu, dia juga memiliki tanah senilai Rp275 juta dan rumah senilai Rp250 juta. Dalam sehari, dia mendapat Rp500.000 hingga Rp1 juta per hari. Sri Keryati di Jakarta Pusat. Dia kedapatan memiliki jumlah emas dan uang hingga Rp23 juta. Sri terjaring petugas dinas sosial saat tengah mengemis di JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Dari PMKS (penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) itu, petugas mendapatkan sejumlah emas, uang kertas sebesar Rp22.750.000 dan uang receh sebanyak Rp313.900. Sehingga totalnya berjumlah Rp23.063.900. Muklis di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menjaring pengemis bernama Muklis yang memiliki harta yang banyak. Muklis terjaring di Flyover Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Saat digeledah, Muklis kedapatan memiliki uang Rp90 juta. Uang itu dikumpulkan dari hasil mengemis selama 6 tahun. Uang tersebut dalam bentuk pecahan Rp100 ribu mencapai Rp80 juta. Uang pecahan Rp50 ribu total Rp10 juta. Uang pecahan Rp20 ribu, dan uang receh kecil sebanyak Rp250 ribu. Luthfi Haryono di Gorontalo Pengemis di Gorontalo, bernama Luthfi Haryono membuat heboh jagat media sosial. Luthfi juga berkedok sumbangan masjid dengan membawa proposal ilegal ke setiap rumah dan warung. Waktu ditangkap Luthfi kedapatan bawa uang Rp43 juta dan emas. Sri Siswari Wahyuningsih di Semarang, Jawa Tengah Siswari diketahui memiliki deposito sebesar Rp140 juta dan rekening tabungan sebesar Rp16 juta. Tak hanya itu, dia juga memiliki surat BPKB kendaraan roda dua. Pengemis terlihat sangat lusuh itu mempunyai tiga anak yang saat ini duduk di bangku kuliah. Bahkan ketiga anaknya kuliah di kampus ternama Kota Semarang. Anaknya yang pertama berinisial HMS kuliah di Universitas Perbankan (Unisbank) di Jalan Tri Lomba Juang, Kota Semarang. Kemudian anak kedua berinisial SMS kuliah di jurusan Bahasa Inggris, Universitas Sultan Agung (Unisula), Jalan Raya Kaligawe, Kota Semarang.
Namun rasa malu ini rupanya belum sepenuhnya dihayati Atika. Sekejap kemudian, dia menyuruh beberapa anak-anaknya untuk menjual plastik ke jemaah masjid. Sedangkan dia sendiri tiduran di pelataran masjid.
Hal yang hampir sama dilakukan Devi. Pengemis pendatang baru ini mengaku menanggalkan rasa malunya karena desakan ekonomi.
"Ini karena bapaknya saja sudah nggak ada. Bingung mau gimana lagi akhirnya minta-minta," kata Devi mengamini Atika.
Tidak seperti anak-anak Atika, anak Devi justru kelihatan belum terbiasa dan bahkan malu. "Anak saya yang gede saya ajak gak mau, katanya malu," terangnya.
Sedangkan anak yang paling kecil, Zaki, memang terlihat terus mengikuti anak-anak Atika. Seperti belajar bagaimana meminta yang benar.
"Zaki itu ikut tuh sama Diki (anak Atika) minta," perintah Devi, sambil berkipas-kipas.
"Kalau malu-malu mah suka enggak dapat duit banyak. Kayak itu tuh (menunjuk anak perempuan) dia minta ngejar-ngejar sampai orangnya masuk mobil. Makanya sebentar saja dapat Rp 100 ribu," terang Devi.
Bukan hanya Devi dan Atika. Ibu-ibu yang lain juga memperlakukan anaknya tak jauh berbeda. Bahkan di antaranya tidak dijaga sang ibu. Orangtua mereka hanya datang di malam hari untuk menjemput sekaligus tempat menyetor uang hasil mengemis anak. Meski mengaku malu, mereka tetap mengemis dan memperlakukan anaknya seperti pekerja. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belakangan muncul fenomena mengemis di media sosial hingga menghebohkan jagat dunia maya.
Baca SelengkapnyaPemkab Bekasi rutin melakukan razia kepada para pengemis dan anak jalanan
Baca SelengkapnyaPeristiwa ini terjadi saat ketiga anak yang berstatus pelajar SMP ini mengunjungi rumah salah satu temannya di Saptosari
Baca SelengkapnyaPengemis tampak menolak uang Rp2 ribu dari pengendara mobil lantaran nominal yang diminta tak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Baca SelengkapnyaSekte sesat ini sudah beroperasi sejak lama dan kerap menjadi topik perbincangan masyarakat.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial seorang nenek ingin membeli mukena, tapi tak punya uang.
Baca SelengkapnyaBeredar video seorang pemotor sengaja turunkan anak kecil di pinggir jalan hingga ramai disorot netizen.
Baca SelengkapnyaLelahnya fisik seolah hilang, setelah hasil mengamen mereka belanjakan untuk makan.
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda menceritakan kisah almarhumah ibunya yang ditolak disholatkan di masjid karena profesinya viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaKurikulumnya meliputi pencopetan, penjambretan di tempat ramai, menghindari polisi, dan menahan pukulan.
Baca SelengkapnyaArsad mengaku kejadian ini pernah dialami salah satu jemaah haji Indonesia.
Baca Selengkapnya