Mengenal Fenomena Klitih di Yogyakarta
Merdeka.com - Aksi kekerasan jalanan di wilayah Yogyakarta atau dikenal dengan klitih sempat viral beberapa waktu belakangan. Sebelum bergeser ke tindakan meresahkan, istilah itu awalnya tidak berkonotasi pada kejahatan.
Klitih sebelumnya dipakai untuk kegiatan jalan-jalan ataupun keliling kota tanpa tujuan yang jelas atau bisa diartikan pula sebagai keluyuran. Namun, belakangan kata ini dimaknai sebagai aksi kekerasan jalanan dengan menyasar pengendara motor.
Pelaku klitih umumnya pelajar atau remaja. Mereka menyasar pengemudi sepeda motor di malam hari, sehingga memunculkan keresahan bagi masyarakat. Keresahan masyarakat ini sempat dilampiaskan melalui media sosial Twitter dengan mengusung tagar #YogyaTidakAman maupun #JogjaDaruratKlitih.
-
Apa yang viral di Jawa Timur? Viral Momen Murid Pindah Sekolah Ditangisi Teman Sekelas, Kisah di Baliknya Bikin Haru
-
Apa saja contoh kata-kata nyeleneh yang viral? “Hidup pasti banyak rintangan. Kalau banyak rantangan berarti katering.“ 2. “Kehidupan itu seperti pipis di kolam renang. Terkadang kita perlu berbagi kehangatan dengan orang lain.“ 3. “Kehidupan dibentuk oleh mimpi-mimpimu. Jadi berhentilah membuang waktu dan pergilah tidur.“
-
Kenapa Pantai Klotok viral? Kini kondisi Pantai Klotok semakin indah dan cantik sampai viral di media sosial.
-
Mengapa kejadian ini viral? Video penemuan tersebut dibagikan di platform Douyin (media sosial China) dan menarik perhatian publik.
-
Apa yang menjadi tren dari nama kelompok nyeleneh? Memberikan nama kelompok nyeleneh dapat membuat suasana kian ramai dan menyenangkan.
-
Kapan slang words muncul di media sosial? Melansir dari berbagai sumber, Kamis (12/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Polda DIY dalan laporan akhir tahunnya, selama tahun 2021 ada 58 laporan kasus klitih dengan 40 kasus telah rampung ditangani. "Tahun 2021 ada 58 laporan kasus kekerasan jalanan dengan pelaku sebagian besar adalah pelajar. Dari 102 pelaku yang diamankan 80 orang berstatus pelajar dan sisanya adalah pengangguran," kata Wakapolda DIY Brigjen Pol R Slamet Santoso saat jumpa pers laporan akhir tahun Polda DIY, 29 Desember 2021.
Ruang Publik Berkurang
Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) UGM Wahyu Kustiningsih dalam keterangan tertulisnya mengatakan bahwa fenomena klitih di Yogyakarta tidak lepas dari konteks sejarah. Fenomena ini diduga tak lepas dari maraknya geng pelajar yang ada di Yogyakarta.
"Secara histori pasti terkait, artinya bisa jadi klitih ini muncul lagi (ke depannya)," kata Wahyu, Selasa (11/1).
Wahyu menilai ada banyak faktor pendukung terjadinya aksi klitih. Satu di antaranya adalah keterbatasan fasilitas publik yang disediakan untuk meluapkan ekspresi para remaja.
"Ruang publik sudah berkurang dan semakin berkurang lagi saat ini. Ini membuat orang itu makin jauh dengan masyarakat. Anak-anak juga makin susah mengekspresikan diri," ucap Wahyu.
Sementara itu dari hasil penelitian Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan (PSKK) UGM pada tahun 2017 diketahui bahwa kurangnya peran orang tua dalam mendidik anak menjadi penyebab tertinggi munculnya aksi kekerasan anak seperti tawuran hingga klitih.
Tingkatkan Patroli
Untuk mengatasi permasalahan kekerasan jalanan ini, Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto memastikan bahwa pihaknya menjamin keamanan masyarakat. Mereka akan menggiatkan patroli di malam hari.
"Masyarakat tidak usah resah. Kita menjamin keamanan masyarakat. Patroli akan kita tingkatkan," tegas Yuliyanto.
Sementara itu Pemda DIY pun juga berupaya mengatasi masalah klitih ini dengan melakukan pengawasan ke tempat-tempat nongkrong pelajar dan remaja.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) DIY, Dewo Isnu Broto memaparkan bahwa sebagian besar kasus klitih berawal dari tempat nongkrong. Pengawasan di tempat-tempat itu dirasa perlu.
"Kami minta pada pemilik warung atau angkringan ikut mengedukasi remaja yang mengarah ke arah itu. Segera laporkan ke polisi atau TNI," ucap Dewo.
Dewo menjabarkan dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk melakukan langkah preventif terjadi kasus kekerasan di jalanan atau klitih. Kerja sama ini diperlukan, baik dari orang tua, masyarakat, pemerintah, perguruan tinggi maupun TNI/Polri.
"Sekarang yang dibutuhkan adalah kolaborasi seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk menangani kasus kekerasan jalanan (klitih)," urai Dewo, Selasa (11/1).
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sopir yang membawa senjata tajam itu kemudian berteriak menantang ke pengendara mobil yang dikejarnya untuk berhenti
Baca SelengkapnyaPara ojol nampak tidak terima karena aksinya melawan arus dihalau konten kreator
Baca SelengkapnyaTruk tersebut melintas di jalan raya wilayah Tokushima, Jepang, sambil membunyikan klakson telolet.
Baca SelengkapnyaJalan Malioboro tempo dulu benar-benar bikin nostalgia banget, masih didominasi becak dan sepeda. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaViral video di medsos memperlihatkan para remaja diduga kreak tengah dipukuli oleh warga berseragam TNI
Baca SelengkapnyaBerikut potret Yogyakarta tempo dulu yang masih begitu banyak pepohonan dan delman.
Baca SelengkapnyaJalan Malioboro tempo dulu benar-benar bikin nostalgia banget. Simak yuk!
Baca SelengkapnyaAndrik Sulaksono telah menjabat sebagai Camat Sukulilo telah menjabat selama dua tahun sejak 7 Agustus 2022.
Baca SelengkapnyaSeorang pria di Bali menyematkan wanita dari godaan dua pemotor ugal-ugalan.
Baca SelengkapnyaKekerasan yang terjadi di jalan Hasyim Ashari, Kota Tangerang, Jumat (17/5/2024) malam viral di media sosial.
Baca Selengkapnya