Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenali Gejala TBC yang Sebabkan 93.000 Kematian per Tahun di Indonesia

Mengenali Gejala TBC yang Sebabkan 93.000 Kematian per Tahun di Indonesia Sosialisasi Bahaya Tuberkulosis. ©2015 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Penyakit tuberkulosis (TBC) masih mengintai masyarakat Indonesia. Kasus TBC yang ditemukan di negeri ini tercatat sebesar 824.000 dan kematian 93.000 per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam.

TBC terbagi menjadi dua jenis, yaitu TBC laten dan TBC aktif. TBC aktif dapat dilihat gejalanya. Sedangkan TBC laten perlu diwaspadai karena tidak terlihat gejalanya dan bisa muncul kapan pun.

Ketua Yayasan Stop TB Partnership Nurul HW Luntungan mengatakan, penyakit TBC laten disebabkan bakteri yang bersembunyi di dalam tubuh seseorang, sehingga orang tersebut nampak tidak memiliki penyakit TBC.

"Penyakit TBC ini disebabkan oleh bakteri, dan bakteri TBC ini beda dengan bakteri lain. Bakteri TBC ini bisa sembunyi di dalam tubuh dan orang yang kena bakterinya belum tentu terlihat sakit TBC," katanya dikutip dari siaran pers Kemenkes, Rabu (23/3).

Kuman Bisa Aktif Sewaktu-waktu

Koordinator Substansi TBC, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakti Menular Kemenkes Tiffany Tiara Pakasi mengatakan, infeksi TBC laten terjadi saat seseorang terpapar kuman TBC namun memiliki imunitas yang bagus sehingga menyebabkan dia tidak bergejala. Tapi sebenarnya kuman tersebut tidak hilang melainkan dalam posisi tertidur.

"Sehingga sewaktu-waktu kalau daya tahan tubuhnya turun dan lain-lain, dia bisa memicu kuman tersebut sehingga terjadi tuberkulosis aktif," katanya.

Pemerintah kini menjadikan pengendalian TBC laten sebagai salah satu program eliminasi untuk mengakhiri TBC tahun 2030. Salah satu bentuk pengendalian ini dengan melakukan skrining besar-besaran terhadap kontak erat TBC semua usia.

Skrining kontak erat dilakukan melalui pertanyaan dan pemeriksaan dengan tes tuberkulin di kulitnya, atau pemeriksaan melalui darah. Kalau diketahui ada TBC laten maka orang tersebut akan diberikan obat pencegahan TBC.

Dalam tes tuberkulin, sejumlah kecil protein yang mengandung bakteri TBC akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan. Bagian kulit yang disuntikkan lalu diperiksa setelah 48 sampai 72 jam. Jika hasilnya positif, berarti orang tersebut telah terinfeksi TBC.

Namun, lanjut Tiara, karena TBC laten tidak bergejala, kebanyakan masyarakat tidak mau melakukan skrining. Hal tersebut menjadi salah satu hambatan dalam menemukan dan mengobati orang dengan TBC.

"Di sini memang diperlukan juga edukasi. Bagi orang yang diketahui positif TBC minum obatnya tidak sekali minum, minum obat paling cepat itu 3 bulan seminggu sekali, ada juga yang 6 bulan tiap hari, sehingga memang perlu diyakinkan masyarakatnya yang sudah kita tes berisiko TBC laten untuk mau minum obat," ucap Tiara.

Banyak Ditemukan di Daerah Padat Penduduk

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, Didik Budijanto mengungkapkan sebanyak 91 persen kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru yang berpotensi menularkan kepada orang yang sehat di sekitarnya. Saat ini, penemuan kasus dan pengobatan TBC yang tinggi telah dilakukan di beberapa daerah di antaranya Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.

Sementara daerah dengan kasus TBC paling banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

"Sebenarnya TBC itu biasanya ada di daerah yang padat, daerah kumuh, dan daerah yang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)-nya kurang, di situ potensi penularan TBC nya tinggi," jelas Didik.

Dia kemudian mengungkapkan gejala-gejala awal muncul TBC yang perlu dikenali masyarakat. Misalnya seseorang mengalami batuk karena TBC menyerang saluran pernapasan dan juga organ pernapasan.

Batuk yang terjadi berdahak terus-menerus selama 2 sampai 3 minggu atau lebih. Kemudian sesak napas, nyeri pada dada, badan lemas dan rasa kurang enak badan, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan biasanya yang muncul adalah berkeringat pada waktu malam hari meskipun tidak melakukan kegiatan apa pun.

(mdk/yan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Dalam 200 Tahun Terakhir, Menkes Sebut TBC Telah Bunuh Satu Miliar Manusia di Dunia
Dalam 200 Tahun Terakhir, Menkes Sebut TBC Telah Bunuh Satu Miliar Manusia di Dunia

"Tiap tahun di dunia sekitar 1,3 juta orang meninggal atau dua setengah orang per menit meninggal di dunia," kata Budi

Baca Selengkapnya
Menkes: Setiap Tahun 969 Ribu Warga Indonesia terkena TBC
Menkes: Setiap Tahun 969 Ribu Warga Indonesia terkena TBC

Presiden Jokowi memberikan arahan agar disiapkan karantina khusus berdekatan dengan lokasi di mana tuberkulosis itu terjadi.

Baca Selengkapnya
Ketahui Penyebaran Tuberkulosis Hingga Faktor yang Membuatnya Berisiko Terjadi di Indonesia
Ketahui Penyebaran Tuberkulosis Hingga Faktor yang Membuatnya Berisiko Terjadi di Indonesia

Tuberkulosis merupakan tantangan yang masih dihadapi oleh Indonesia hingga saat ini.

Baca Selengkapnya
3.030 Orang Terjangkit TBC di Lebak Banten,  31 di Antaranya Meninggal
3.030 Orang Terjangkit TBC di Lebak Banten, 31 di Antaranya Meninggal

Pemeriksaan skrining juga dilakukan kepada masyarakat yang mengalami batuk- batuk lebih dari tiga bulan.

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Menkes Siapkan Tempat Karantina Khusus Penderita TBC
Jokowi Minta Menkes Siapkan Tempat Karantina Khusus Penderita TBC

Penyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Bertambah 81, Kematian Akibat DBD di RI Capai 621 Kasus
Bertambah 81, Kematian Akibat DBD di RI Capai 621 Kasus

Kemenkes mengajak masyarakat mencegah DBD dengan membersihkan lingkungan.

Baca Selengkapnya
Data Korlantas: Tiap 1 Jam 3 Orang Tewas Akibat Kecelakaan Lalu Lintas, WHO Layangkan Teguran
Data Korlantas: Tiap 1 Jam 3 Orang Tewas Akibat Kecelakaan Lalu Lintas, WHO Layangkan Teguran

Jasa Raharja mengakui angka kecelakaan lalu lintas memang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 15 hingga 17 persen.

Baca Selengkapnya
Tiga Anak Pasien DBD di Situbondo Meninggal Dunia
Tiga Anak Pasien DBD di Situbondo Meninggal Dunia

Sejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.

Baca Selengkapnya
Rabies Kembali Makan Korban
Rabies Kembali Makan Korban

Virus rabies kembali merebak dan menelan korban jiwa.

Baca Selengkapnya
Menkes Sebut Hepatitis jadi Tantangan Serius
Menkes Sebut Hepatitis jadi Tantangan Serius

Lebih dari 350 juta orang di seluruh dunia menderita hepatitis

Baca Selengkapnya
Menkes Sebut Inovasi PCR dan USG Diuji Coba Deteksi Penyakit TBC Lebih Cepat
Menkes Sebut Inovasi PCR dan USG Diuji Coba Deteksi Penyakit TBC Lebih Cepat

Metode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kasus DBD Meningkat, 475 Pasien Dilaporkan Meninggal Dunia
FOTO: Kasus DBD Meningkat, 475 Pasien Dilaporkan Meninggal Dunia

Jumlah korban meninggal dunia itu berasal dari 62.001 kasus DBD yang teridentifikasi.

Baca Selengkapnya