Menghadap Eyang Bancolono berharap berkah hingga kesehatan
Merdeka.com - Wisata religius ke Pertapaan Bancolono di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar tak hanya dilakukan oleh warga sekitar. Bukan masyarakat Pulau Jawa, tetapi juga orang-orang dari pulau lain kadang ikut meminta berkah. Mereka mulai dari pejabat, calon pejabat, atau pemimpin hingga rakyat jelata.
Saat merdeka.com berkunjung ke tempat tersebut, tanpa sengaja bertemu dengan dua warga biasa hendak melakukan ziarah atau ritual. Mereka adalah Sriyanto (45) warga Wonogiri kota, dan Suyoto (50) warga Jumantono. Mereka bekerja sebagai wiraswasta. Dengan menggunakan sepeda motor mereka rela menempuh perjalanan jauh menuju pertapaan.
Setelah berkenalan, keduanya mengaku sering pergi ke tempat itu. Mereka bahkan mengajak merdeka.com mengikuti ritual hendak mereka lakukan. Ada banyak tempat pertapaan mereka kunjungi. Selain ke Sendang Lanang, Sendang Wedok, dan Ruang Eyang Bancolono, mereka juga berdoa dan membakar kemenyan di sejumlah arca dan punden lainnya.
-
Kenapa orang bertapa di Gunung Kendali Sodo? Pak Rabin mengatakan, sebelum melakukan pertapaan, biasanya para petapa akan terlebih dahulu melakukan pensucian diri.
-
Siapa yang pernah bertapa di Bukit Pertapaan? Mengutip E-Journal Unair, beberapa tokoh masa silam yang pernah bertapa di sini yakni Dewi Kilisuci; Nyai Gadhung Melati, Istri Kebo Kanigoro; dan Dewi Rayung Wulan, istri Adipati Aryo Blitar 1.
-
Kenapa orang bertapa di gunung? Beberapa di antaranya bahkan menjadi tempat bertapa bagi orang-orang yang mencari berkah, hikmah, atau ilmu.
-
Dimana letak Pertapaan Mandalasari? Situs pertapaan itu berada di antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon.
-
Di mana ritual dilakukan? Warga di tiga desa di Provinsi Nakhon Sawan berkumpul untuk menghidupkan kembali ritual tradisional mengarak kucing untuk mendatangkan hujan ke desa-desa yang kekeringan.
-
Dimana gunung dipakai untuk bertapa? Indonesia memiliki banyak gunung yang menyimpan cerita dan keunikan tersendiri.
"Kita ke Sendang Lanang dulu mas. Kita berdoa, terus nanti mandi dan minum airnya," ujar Sriyanto bersemangat.
"Kulonuwun mbah, putune sowan niki (permisi mbah, cucumu datang ini)," sahut Suyoto saat sampai di Sendang Lanang.
Di tempat itu, keduanya langsung bersila di hadapan patung Macan Putih atau Mbah Lawu. Mereka membakar dupa dan berdoa."Mbah kulo nyuwun duit, nyuwun kesehatan, pangkat lan kesaenan (Mbah saya minta uang, kesehatan, pangkat, dan kebaikan," ucap Sriyanto, diamini Suyoto saat berdoa.
"Mas silakan minta sendiri, iki omah mbahe, awakke dewe iki putune, bebas njaluk opo wae (Mas silahkan berdoa minta apa saja, ini rumah kakek, kita ini cucunya, bebas minta apa saja)," tutur Suyoto kepada merdeka.com.
Usai berdoa, kedua peziarah itu segera melepas pakaian hingga telanjang bulat. Secara bergiliran, mereka mandi di Sendang Lanang. Hawa dingin menusuk tampak di raut wajah mereka. Tak lama kemudian, mereka minum air sendang.
"Tiga kali saja minumnya cukup. Kalau mandinya 17 siraman, biar terasa dan merata," kata Sriyanto.
Selesai ritual di Sendang Lanang, Sriyanto dan Suyoto menuju Sendang Wedok. Di sana mereka hanya berdoa di depan patung putri dan meminum airnya.
"Minumnya 3 kali, langsung ke mulut," ucap Suyoto.
Ritual di Sendang Wedok selesai, mereka pun bergegas menuju Pertapan Eyang Bancolono. Namun sebelum sampai di sana, Suyoto juga melakukan ritual berdoa di beberapa tempat, baik di punden maupun di sejumlah arca kecil. Antara lain di tempat Eyang Ki Joko yang ada di lereng tebing antara Sendang Lanang dan Pertapaan Bancolono. Di bangunan Pertapaan Eyang Bancolono atau petilasan Brawijaya V, selain ruang transit, terdapat ruang utama yang terdapat sebuah patung Raja Brawijaya. Di ruangan gelap yang hanya bisa muat empat orang itulah puncak dari segala doa dan permintaan mereka lakukan. Namun doa dan permintaan tersebut tak mereka ucapkan dengan suara yang keras. Kurang lebih lima menit mereka berdoa, dan segera meninggalkan tempat itu.
"Ya saya tadi minta kesehatan, pekerjaan yang bagus, rezeki yang banyak, dan barokah. Berdoanya kepada Tuhan, Allah S.W.T. Pakai baca surat Al Fatihah juga. Jadi saya tidak minta ke patung atau arca, tapi tetap kepada Tuhan," imbuh Suyoto.
Sementara itu, usai berdoa di ruang Eyang Bancolono, Sriyanto membawa sejumlah benda atau uba rampe sesaji. Di antaranya kembang kantil dan daun sirih."Daun sirih itu kan bahasa Jawanya suruh, artinya saya berdoa dan berharap akan menjadi orang yang bisa menyuruh orang lain. Artinya saya harus mempunyai pekerja atau karyawan yang banyak. Kalau kembang kantil, biar bau kita selalu harum dan wangi. Ini nanti kita letakkan di tempat yang semestinya, harus dirawat," tutup Sriyanto. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ribuan warga keturunan Tionghoa berkumpul di klenteng dan rumah-rumah ibadah untuk menghadiri sembahyang yang khusus dilakukan pada malam tersebut.
Baca SelengkapnyaGunung selalu menjadi bagian penting dalam budaya Asia.
Baca SelengkapnyaDi balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaTradisi dilakukan pada 14 Rabiul Awal di tempat-tempat keramat yang dianggap suci.
Baca SelengkapnyaTradisi Mando’a Pusaro merupakan tradisi ziarah ke makam Tuanku Madinah yang dilakukan oleh masyarakat Padang Pariaman.
Baca SelengkapnyaSyawalan itu digelar di puncak bukit. Puluhan ribu warga hadir dalam acara itu
Baca SelengkapnyaAgar doa lebih mustajab, biasanya orang-orang akan menitipkannya pada mereka yang hendak pergi haji atau umrah.
Baca SelengkapnyaGunung ini merupakan puncak tertinggi kawasan pegunungan Kendeng.
Baca SelengkapnyaSepekang menjelang bulan suci Ramadan, TPU Karet Bivak mulai ramai dengan peziarah.
Baca SelengkapnyaMakamnya banyak dikunjungi orang yang ingin cari jodoh, kekayaan, hingga jabatan
Baca SelengkapnyaBatu itu sempat tidak bisa dipindahkan dari tempat asalnya.
Baca SelengkapnyaDi puncak Bukit Botorono, terdapat dua batu yang dikeramatkan penduduk setempat. Sebelum sampai di bukit, pengunjung dianjurkan untuk mengucapkan salam.
Baca Selengkapnya