Mengungkap fakta tentang Asia Sentinel, media yang bikin geram SBY
Merdeka.com - Saat ini media Asia Sentinel menjadi sorotan di Indonesia. Salah satu pemberitaannya menyinggung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang dikaitkan dengan kasus Century. Setelah berita yang mereka buat tersebar dan menjadi kontroversi, kemarin Asia Sentinel akhirnya meminta maaf dan mencabut artikel tersebut.
Lalu seperti apa fakta tentang media Asia Sentinel yang sempat membuat geram SBY? Berikut ulasannya, Jumat (21/9):
Media online yang berkantor di Hong Kong
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Bagaimana orang mengakses berita? Di Inggris, hampir tiga perempat orang (73%) mengatakan mereka mendapatkan berita secara daring, dibandingkan dengan 50% untuk TV dan hanya 14% untuk media cetak.
-
Siapa Raja Pers Indonesia? Berkat kontribusinya di dunia pers, nama Dja Endar Moeda selalu dikenang dan menjadi sosok penting dalam profesi jurnalistik Indonesia.
-
Kenapa OKU Timur jadi sorotan media internasional? Bupati OKU Timur Lanosin berharap dengan kedatangan Kantor Berita Amerika ini di harapkan mampu mengharumkan nama Kabupaten OKU Timur di mata dunia.
-
Bagaimana Media Center Indonesia Maju meluruskan informasi? Media center ini akan dipergunakan untuk menyampaikan data-data yang bersinggungan dengan pemerintahan. Sebab, di tahun politik bertebaran data-data yang tidak valid. 'Media center ini kita bangun dalam rangka memberikan wadah kepada teman-teman untuk mengkroscek karena inikan sebenarnya banyak di tahun pemilu, pileg, pilpres, kadang-kadang ada berita yang butuh informasi, nah disini kita bisa berdialog,' kata Bahlil, saat konferensi pers.
-
Bagaimana Sitor Situmorang berkecimpung di dunia jurnalistik? Mengutip dari badanbahasa.kemdikbud.go.id, Sitor pun juga sempat bergabung dengan kantor berita nasional Antara di Pematang Siantar. Pada tahun 1947, Sitor di tunjuk oleh Menteri Penerangan, Muhammad Natsir untuk menjadi koresponden Waspada di Yogyakarta.
Asia Sentinel berkantor pusat di Hong Kong. Media ini didirikan oleh empat wartawan senior ekspatriat yang berpengalaman di wilayah tersebut. Beberapa artikel dari Asia Sentinel juga muncul dalam media Asian Correspondent. Media tersebut juga berkantor di Hong Kong.
Para editornya tinggal di Asia, termasuk Vietnam, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, Hong Kong, Cina, Thailand dan Indonesia. Koresponden untuk situs ini diambil dari wartawan di seluruh wilayah di Asia.
Pemberitaannya mencakup isu se-Asia
Asia Sentinel menulis berbagai pemberitaan regional Asia yang berfokus pada berita, bisnis, seni dan budaya. Situs ini diluncurkan pada Agustus 2006. "Asia Sentinel diciptakan untuk menyediakan platform untuk berita, analisis dan opini tentang isu-isu nasional dan regional di Asia. Ini adalah independen dari semua pemerintah dan perusahaan media besar. Ini terbuka untuk kontribusi, tidak hanya dari wartawan tetapi dari para profesional di bidang-bidang seperti keuangan, diplomasi, sains, dan seni." kata pendiri media ini.
Asia Sentinel pernah "sentil" kondisi tiga negara Asia
Asia Sentinel pernah meliput tentang kuatnya Hong Kong, melalui pemberitaan tentang struktur kekuasaan dan kebijakan pembangunan ramah taipan di wilayah itu. Lalu tentang Singapura, dengan pemerintahan yang terpusat di negara dan kota.
Pejabat di negara Thailand juga pernah diulas. Media itu menerbitkan informasi yang menyelidiki peran Raja Thailand dalam acara-acara politik. Para jurnalis arus utama dilarang meliput karena ada undang-undang lèse majesté di Thailand.
Menulis soal SBY dan kasus Bank Century
Asia Sentinel pernah mempublikasikan artikel investigasi terkait konspirasi pada kasus Bank Century. Dalam tulisan itu mengait-ngaitkan nama SBY dan 30 pejabat lain. Dan ada tulisan tuduhan soal pencucian uang.Artikel itu ditulis langsung oleh pendiri Asian Sentinel John Berthelsen berdasarkan laporan investigasi sebanyak 488 halaman sebagai gugatan Weston Capital International ke Mahkamah Agung Mauitius pekan lalu.Terkait artikel ini langsung mengundang reaksi para politis Demokrat. Mereka menganggap tulisan di media Asia Sentinel itu fitnah.
Langsung mengeluarkan artikel berisi permohonan maaf
Setelah pemberitaan Asia Sentinel tentang kasus Bank Century dan SBY geger, akhirnya media tersebut menyampaikan permintaan maaf kepada Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Demokrat."Asia Sentinel ingin menarik kembali artikel yang terbit pada 10 September 2018 yang ditayangkan di situs tentang pemerintahan Yudhoyono dan kasus Bank Century di Indonesia," demikian isi permintaan maaf yang dikutip merdeka.com, dari situs asiasentinel.com, Rabu (19/9).Dijelaskan juga, Asia Sentinel mengakui jika artikel yang ditulis sendiri oleh pemimpin redaksi John Berthelsen, secara tidak adil telah menyampaikan berbagai tuduhan terkait gugatan kasus century yang sedang berjalan. Sebagai tindak lanjut permintaan maaf, Asia Sentinel juga menyatakan telah mencabut artikel itu dari situs mereka."Kami mengakui bahwa kami tidak meminta konfirmasi terhadap nama-nama yang disebut dalam artikel itu. Artikel itu juga sangat sepihak dan telah melanggar praktik jurnalisme yang adil."
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar tangkapan layar yang mengeklaim PM Singapura menyebut Indonesia sebagai negara yang tidak akan maju karena gila agama
Baca SelengkapnyaMenkop dan UKM Teten Masduki menghadiri launching Hari Pers Nasional (HPN) 2024 di kawasan Monas, Jakarta, Minggu (12/11).
Baca Selengkapnya30 Berita terpopuler yang dirangkum merdeka.com mulai dari sains, artis hingga politik
Baca SelengkapnyaLembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) mengungkap sejumlah tantangan besar Indonesia di Tahun 2025
Baca SelengkapnyaCEO KBA News, Ramadhan Pohan menyatakan nama medianya telah dicatut untuk menyebarkan informasi tersebut
Baca SelengkapnyaAMSI dan AJI merupakan dua organisasi dari Indonesia yang terlibat dalam perumusan prinsip global tersebut.
Baca SelengkapnyaTokoh yang satu ini sudah menjadi jurnalis sejak usia 25 tahun dan salah satu pendiri Kelompok Kompas Gramedia bersama temannya, Jakob Oetama.
Baca SelengkapnyaKonten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa.
Baca SelengkapnyaSejumlah pers diberedel pada masa Orde Baru karena mengkritik pemerintah.
Baca Selengkapnya