Mengunjungi penjara peninggalan Portugis di Minahasa Utara
Merdeka.com - Musim liburan, tak ada salahnya jika mengunjungi salah satu peninggalan sejarah di Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Sebuah penjara bekas peninggalan bangsa asing terletak di sana.
Sebuah penjara tua bekas peninggalan Portugis masih dapat dijumpai di Desa Kema III Kecamatan Kema. Penjara ini terletak di ketinggian 6 meter dari atas permukaan laut, serta berjarak sekitar 500 meter dari pinggir pantai.
Untuk masuk ke lokasi, pengunjung harus melalui sebuah gang sempit. Penjara ini terletak di antara padatnya pemukiman penduduk. Nuansa warna putih sangat dominan mulai dari pintu masuk sampai ke bangunan penjara.
-
Dimana penjara ditemukan? Arkeolog mengumumkan penemuan penjara dalam toko roti di reruntuhan kota kuno Pompeii di Italia.
-
Dimana Mina Bendungan berada? Erwin Widodo (42), hidup akan lebih berarti apabila bisa memberi banyak manfaat bagi orang lain. Pria yang tinggal di Pedukuhan Rewulu Wetan, Kalurahan Sidokarto, Kapanewon Godean, Sleman itu sebelumnya telah bergelut di berbagai dunia kerja mulai dari buruh pabrik hingga pelayan rumah makan padang saat merantau ke Jakarta.
-
Dimana lokasi wisata pengasingan? Kota Mudanjiang, yang terletak di tenggara Heilongjiang, merupakan lokasi bersejarah Ningguta, sebuah kota militer kuno yang dikenal sebagai salah satu tempat pengasingan paling terkenal.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di dekat penjara? Arkeolog yang menyelidiki lokasi saluran pembuangan baru untuk penjara yang sedang dibangun di Full Sutton di Yorkshire Timur, Inggris, menemukan sebuah monumen pemakaman yang berisi sisa-sisa manusia yang diperkirakan berusia sekitar 4.500 tahun.
-
Dimana Benteng Tujuh Lapis berada? Melansir dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau, Benteng Tujuh Lapis ini terletak di Desa Dalu-Dalu, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau dan didirikan pada tahun 1835.
-
Apa yang dibudidayakan di Mina Bendungan? Di kolam-kolam tersebut, para warga memelihara berbagai jenis ikan air tawar seperti nila, gurami, patin, dan lele.
Saat memasuki bangunan utama penjara, udara terasa sedikit berbeda. Agak dingin dan membuat bulu kuduk merinding. Maklum, penjara tua ini merupakan tempat penghukuman warga dan tentara yang berbuat kesalahan.
"Penjara ini hanya kecil, hanya menampung orang-orang ataupun tentara Portugis dan Spanyol serta administrator yang memiliki kesalahan,” tutur Sejarawan Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Ivan Kaunang, Kamis (5/5).
Dijelaskannya, pada abad 16 dan 17, perairan Sulawesi Utara menjadi lokasi yang diperebutkan bangsa Portugis dan Spanyol. Pelabuhan Kema menjadi tempat persinggahan pada saat cuaca buruk.
Dulunya desa Kema dikenal dengan sebutan Bandar Kema, sebab di tempat ini dahulu merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal dari berbagai tempat. Pesisir pantai di sini sangat indah dan berpasir halus.
"Nah, di sana kemudian dibangun sebuah benteng sederhana yang dilingkari pagar beton. Salah satu kelengkapannya adalah penjara tua ini," lanjut Ivan.
Bentuk penjara sendiri dibuat menyerupai gudang berukuran 10x7,50 meter. Tinggi bangunan sekitar 4 meter bahkan bisa setinggi 7,25 meter jika dihitung sampai ke ujung atap.
Ruangan dalam gedung terdiri dari 3 bilik penjara berukuran tidak terlalu besar. Masing-masing bilik memliki pintu yang di atasnya terdapat kisi-kisi besi. Menariknya, beberapa bagian bangunan masih asli.
"Terali, atap dan tembok belakang masih asli. Tembok sudah direhab sedikit kalau pintu sudah diganti," ucap Ivan, penjaga penjara. Keluarganya, sudah turun temurun menjaga tempat sejarah ini.
Sayangnya, Ivan tak dapat menjelaskan lebih jauh soal ruangan-ruangan yang sering menjadi tempat hukuman maupun ruangan yang paling banyak dijejali tahanan. Informasi yang bisa diberikan hanya pada konstruksi bangunan.
Penjara tua Kema sendiri terlihat kurang terawat. Minimnya perhatian pemerintah membuat situs sejarah tersebut terlihat memprihatinkan. Tak banyak warga maupun pelajar yang berkunjung ke sini.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ternyata, di Denkav 5/BLC terdapat penjara tokoh pahlawan Indonesia Kapitan Pattimura yang membuat Kolonel TNI Edward Sitorus kagum.
Baca SelengkapnyaUntuk ke sana, wisatawan harus berjalan selama 60 menit dari dermaga Pulau Nusakambangan
Baca SelengkapnyaGoa Loyang menjadi salah satu tempat yang seru untuk dikunjungi.
Baca SelengkapnyaDiketahui bahwa terdapat tiga gua yang ditemukan dengan kondisi yang sempat terbengkalai.
Baca SelengkapnyaCalon situs cagar budaya yang dimaksud adalah Istana Mini, rumah pengasingan Bung Hatta, Benteng Belgica, Benteng Nassau, dan rumah pengasingan dr. Cipto.
Baca SelengkapnyaDi dalam goa tersebut ada sebuah lorong terlarang yang tak boleh dimasuki siapapun
Baca SelengkapnyaPerkakas kapal itu merupakan peninggalan bangsa Portugis yang datang di awal abad ke-16.
Baca SelengkapnyaBenteng Ulak Karang, aset peninggalan tentara Jepang di Padang.
Baca Selengkapnyasitus ini ditemukan secara tidak sengaja oleh kelompok transmigran pada 1957.
Baca SelengkapnyaNama air terjun ini memiliki arti tujuh tingkat. Karena memiliki tujuh undakan yang berbeda-beda ketinggiannya.
Baca SelengkapnyaBekas lautan dangkal ini terlihat dari motif gua yang memiliki guratan mirip air.
Baca SelengkapnyaBentuk arsitekturnya sekilas mirip benteng Fort Nassau yang berada di Kepulauan Banda, Maluku
Baca Selengkapnya