Menjaga Daulat Warga di Desa Wisata Karangsalam Banyumas
Merdeka.com - Tujuh puluh delapan hektare sawah terhampar berundak-undak di Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas. Sejauh mata memandang, panorama Desa Karangsalam sebagaimana lukisan mooi indie. Gunung, pohon dan sawah menjadi trimurti. Di utara menjulang Gunung Slamet yang kebiru-biruan, gunung tertinggi di Jawa Tengah berpuncak 3.428 mdpl.
Desa Karangsalam punya riwayat panjang sebagai tujuan wisata. Di wilayah desa ini terdapat puluhan curug, sebutan untuk air terjun dalam bahasa Banyumas. Curug Tebela, salah satu air terjun di desa ini, menjadi tempat pelancongan orang-orang Eropa sejak akhir abad ke-19.
Jatmiko Wicaksono, pegiat Banjoemas History & Heritage Community (BHHC) memperlihatkan bukti 3 foto hitam putih mendokumentasikan aktivitas orang-orang Eropa berpelesir ke curug tersebut. Salah satu foto merekam momen 4 orang berpose di samping Curug Tebela yang airnya jatuh melewati jeram mengalir ke celah-celah bebatuan. Nampak samar-samar di foto, dua orang bergaun dan dua anak berdiri di depan mereka. Di sudut kiri foto terdapat tanda tulisan Tropenmuseum Royal Tropical Institute.
-
Bagaimana cara wisatawan menikmati Desa Kedungmulyo? Wisatawan bisa ikut tradisi ini dan berbaur dengan warga.
-
Apa daya tarik utama dari Desa Bantarkuning? Ciri utama dari desa ini adalah jalan kecilnya yang berada di tengah jalan dan diapit oleh area persawahan. Jalannya dibuat dari beton, dan sudah cukup rata serta nyaman dilalui. Menikmatinya cukup dengan bersepeda, berkendara motor atau lebih asyik berjalan kaki. Di ujung, deretan pegunungan juga seolah menjadi pagar yang berderet rapi.
-
Bagaimana suasana di Desa Karangjaya? 'Ya Allah....teduh banget...jadi pingin tinggal di kampung, menghabiskan masa tua,' tulis salah satu warganet di kolom komentar unggahan pemandangan Desa Karangjaya di akun @jawabarat.banget.
-
Kenapa Desa Karangjaya terlihat indah? Wilayah selatan Cianjur memang terkenal nyaman karena topografisnya yang dikelilingi sawah dan bukit. Menariknya, letak hamparan hijau itu begitu tertata rapi sehingga mencuri perhatian.
-
Bagaimana menikmati keindahan Desa Bantarkuning? 'Di sini, view-nya juara banget: sawah hijau plus Gunung Kanaga di background. Apalagi ada jalan setapak yang membelah sawah, kamu bisa nyusurin jalan setapaknya dengan bersepeda atau sekedar berjalan-jalan,' tulis keterangan tentang Desa Bantarkuning di unggahan Instagram pariwisata Jawa Barat, @smilingwestjava.
-
Apa yang terkenal di Desa Wisata Banjaroya? Desa ini menjadi salah satu tempat terbaik untuk tumbuhnya durian.
Foto lain mendokumentasikan rombongan anak-anak bertelanjang dada tengah bermain air. Di sekitaran anak-anak, tampak tiga orang Eropa dewasa berpose menatap kamera. Mereka mengenakan pantalon, jas, berdasi, dan bersepatu boots.
Hawa dingin dan pemandangan alam Desa Karangsalam, menurut Jatmiko, membuat orang-orang Eropa betah berpelisir. Desa ini diuntungkan karena berlokasi di ikon wisata Banyumas yakni Baturraden. Di masa kolonial Hindia Belanda, beberapa pegawai Suikerfbriek (Pabrik Gula) Kalibagor mulai membangun pondok wisata di Baturraden. Salah satunya JNA Van Balgoy perintis peternakan sapi perah di Baturraden. Ada pula Hotel Batoe Raden yang jadi tempat menginap bagi orang-orang Eropa.
"Desa Karangsalam bisa dikatakan desa satelit di wilayah Baturraden. Karakter turis tidak pernah bertumpu pada satu tempat saat pelesir," kata Jatmiko, Sabtu (10/8).
"Jadi wajar setelah dari Baturraden, orang-orang Eropa lantas berpelisir ke sisi lain lokasi, salah satunya Desa Karangsalam yang asri," lanjut Jatmiko sembari menunjukkan foto rombongan orang Eropa berpose di depan pintu Hotel Batoe Raden.
Ratusan tahun berlalu, Desa Karangsalam tak lekang jadi lokasi pelesir. Setiap akhir pekan, para pelancong bercengkrama bersama teman atau keluarga meriung di saung bagian dari fasilitas camping ground. Selama dua tahun terakhir, lokasi berkemah marak didirikan di kawasan wisata desa ini.
Pelesir ke Desa Karangsalam, sebagian pengunjung tak jarang membagi pengalamannya di aplikasi berbagi foto dan video. Unggahan foto di jejaring sosial disertai tagar semisal #curugtelu, #warungtendakarangsalam, #caub, atau #karangsalambaturaden menjadi penanda lokasi pelesir. Teknologi informasi dan komunikasi berbasis digital di kalangan milenial ikut serta membantu promosi kawasan Desa Wisata Karangsalam lebih dikenal oleh masyarakat luas dan masuk daftar tujuan jalan-jalan.
Daya tarik Desa Wisata Karangsalam, terkait erat dengan kreativitas warga setempat mengelola kekayaan alam. Sejumlah curug yang mengalirkan air jernih dari tebing-tebing batu menuju sendang, kedung maupun sungai dikelola jadi bagian pengembangan ekonomi pedesaan. Sedang areal persawahan adalah pergulatan hidup masyarakat agraris yang intim dengan alam, bersuasana teduh, mencitrakan tempat peristirahatan yang jauh dari kebisingan kota.
Sisworo (53), Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tirta Kamulyan bercerita pengembangan ekonomi pedesaan di Desa Wisata Karangsalam tak bisa lepas dari pengelolaan Curug Telu pada tahun 2015. Ia mengenang, warga Desa Karangsalam berpeluh keringat membuat jalur tangga di kawasan terjal untuk akses menuju Curug Telu. Di balik proses fisik itu, juga terdapat perjuangan perundingan oleh berbagai pihak untuk meyakinkan delapan orang pemilik lahan kawasan Curug Telu.
"Curug Telu hasil swadaya warga," kata Sisworo pada merdeka.com.
Saat ini, pembukaan Curug Telu telah berbuah manis. Data kunjungan berkisar 2000-3000 wisatawan perbulan. Pendapatan diterapkan dengan cara pembagian hasil keuntungan bersih. Rinciannya 20% untuk pemilik lahan, 30% untuk Pokdarwis dan Desa mendapat 50%.
Eksistensi Curug Telu membawa efek domino bermunculannya obyek wisata buatan di sekitar kawasan wisata. Warga setempat mendirikan camping ground dan kedai makanan pedesaan yang membuat wisata desa menjadi lebih berwarna. Sisworo menyebut Warung Tenda yang dikelola warga setempat jadi perintis. Lantas hadir pula Camp Area Umbul Bengkok (CAUB) yang didirikan oleh investor lokal dengan menyewa lahan milik Desa Karangsalam.
"Kurang lebih ada 100 warga yang terberdayakan dengan munculnya objek wisata baru. Desa wisata membantu peningkatan taraf hidup warga. Bagi saya ada 3 pilar penggiat wisata di Desa Karangsalam, yakni warga, pokdarwis dan investor," kata Sisworo.
Efek domino pengelolaan Curug Telu juga terasa pada kemunculan obyek wisata alam, seperti Taman Wisata Bambu Baturraden yang memiliki daya tarik Green Stone Waterfall dan Kedung Benda. Di sisi akomodasi, mulai bermunculan guesthouse milik warga dan sebagian lain dibangun oleh investor sebagai opsi tempat menginap.
Selain itu, Pokdarwis Tirta Kamulyan juga mengembangkan program live in di desa. Program ini menyasar pelajar dan wisatawan luar negeri untuk tinggal dan hidup di desa mengikuti segala aktivitas tuan rumah saat bertani. Kegiatan dilakukan saat musim tanam atau panen padi.
"Kami terus berupaya menemukan keunggulan potensi diri dan lingkungan. Warga selalu kami tempatkan sebagai subjek terpenting pengembangan desa wisata," ujar Sisworo.
Slamet Setiawan, pegiat wisata di Desa Karangsalam, mencoba merenungi enam tahun silam. Ketika itu, jalan di kawasan wisata Desa Karangsalam masih setapak. Suasana sepi. Bahkan, saat Slamet pertama kali mendirikan kedai makan menyajikan kuliner pedesaan di pinggiran sawah, ada sebagian orang berkomentar dengan nada mengejek.
"Tetapi sekarang berbeda sekali," kata Slamet yang tergolong salah satu pelopor pengembangan ekonomi pedesaan di Desa Karangsalam.
Sejak tiga tahun lalu, jalanan di kawasan wisata Desa Karangsalam beraspal. Lampu-lampu dari deretan kedai makanan dan bangunan penginapan membuat kawasan wisata berbinar saat malam hari. Kini, Slamet pun boleh berbangga. Kedai makanan yang ia kelola serta tiga rumah bambu yang ia dirikan untuk opsi tempat menginap selalu penuh di akhir pekan.
Ayah dua anak ini pun terus mengembangkan kreativitasnya. Ia mengelola Taman Wisata Bambu Baturraden dengan memadukan wisata alam dan buatan. Sendang yang kerap dijadikan lokasi cliff jumping dan water sliding dipadukan dengan kolam renang anak-anak sebagai wahana bermain air. Menyadari karakteristik pengunjung yang gemar berfoto, Slamet mengkreasikan rumah miring dari anyaman bambu sebagai spot mengabadikan momen unik.
Modal pengembangan taman bambu tersebut, hasil patungan bersama warga setempat dengan perjanjian bagi hasil keuntungan dengan pemilik lahan. "Pegangan saya mengembangkan desa wisata mesti mempertahankan kearifan lokal. Saya senang memanfaatkan bambu sebab ramah lingkungan," kata Slamet.
Tetapi, Slamet juga dilanda gusar. Desa Wisata Karangsalam yang tengah hit berada dalam intaian sejumlah investor dari luar Kabupaten Banyumas. Investor menanamkan modal besar membangun kedai makan dan rumah penginapan berdinding tembok.
Investor dikabarkan pula mulai membeli lahan pertanian warga setempat. Di satu sisi, Slamet tak bisa menyalahkan warga yang menjual lahan garapan pertanian. Di sisi lain, ia juga tak ingin, warga di kemudian hari justru berposisi seakan tamu di desanya sendiri.
Perkembangan tersebut membuat Slamet khawatir, lahan pertanian yang jadi kekhasan Desa Karangsalam di kemudian hari akan semakin menipis. Untuk mengantisipasi persoalan itu, Slamet berpandangan perlu aturan main pemanfaatan lahan yang dirancang dalam Peraturan Desa (Perdes). Ia mencontohkan, fasilitas pelengkap wisata, lokasi kuliner maupun penginapan idealnya didirikan ramah lingkungan.
"Mestinya mulai ada pengendalian. Sebelum terlambat menjadi problem," kata Slamet.
Slamet mengakui pengelolaan Desa Wisata Karangsalam relatif berusia muda, masih perlu banyak bekal pengetahuan dan tempaan pengalaman. Satu pedoman pengelolaan, kekayaan alam dan kekhasan persawahan yang punya riwayat panjang sebagai tujuan wisata mesti dijaga kelestariannya. Tak kalah penting, perhatian pengembangan Desa Wisata Karangsalam mesti menjaga daulat warga agar lebih berdaya secara ekonomi serta membawa dampak baik peningkatan taraf hidup. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengintip eksotisme desa wisata terbaik di Indonesia, ternyata suasananya bener-bener bikin betah
Baca SelengkapnyaDesa Bantarkuning punya daya tarik jalan yang diapit sawah dengan pemandangan bukit yang instagenik.
Baca SelengkapnyaDesa Ketapanrame jadi wisata yang tak boleh terlewat saat berkunjung ke Mojokerto.
Baca SelengkapnyaDesa ini disebut-sebut bak AC alami yang cocok untuk kabur dari hiruk-pikuk perkotaan.
Baca SelengkapnyaKabupaten Solok tak hanya terkenal dengan produksi beras unggulannya saja, akan tetapi potensi pariwisata di daerah ini juga tak kalah menarik untuk dikunjungi.
Baca SelengkapnyaMenparekraf Sandiaga Salahuddin Uno melakukan kunjungan kerja ke Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang wisata di Banyuwangi yang hits dan terbaru, sangat cocok untuk memanjakan mata di akhir pekan.
Baca SelengkapnyaDesa Wisata Bira Tengah cocok jadi obat penat dari hiruk pikuk perkotaan.
Baca SelengkapnyaSelain menyaksikan keindahan alam khas pedesaan Sunda, berwisata ke Desa Baros juga memberikan pengalaman pengunjung untuk merasakan menjadi warga setempat
Baca SelengkapnyaWalau di musim kemarau, kampung ini tetap hijau dan indah.
Baca SelengkapnyaSetiap sudut di Dusun Butuh menyajikan sensasi tersendiri bagi wisatawan.
Baca SelengkapnyaKampung ini berada di ketinggian dan dikelilingi sawah, sungai, serta bukit.
Baca Selengkapnya