Menjelajah empat kawasan Museum Sangiran
Merdeka.com - Koleksi penemuan di Museum Purbakala Sangiran kian hari semakin banyak. Baik yang dilakukan oleh tim peneliti maupun masyarakat. Alhasil, beberapa daerah itu dibuatkan klaster baru.
Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba, Sangiran, Sukronedi mengatakan, ada empat klaster dibuka untuk umum. Yaitu Klaster Bukuran, Manyarejo, Dayu, dan Ngebung. Seluruh klaster itu terpusat di Museum Purbakala Sangiran.
"Museum Sangiran ini merupakan situs fosil manusia purba paling lengkap. Mewakili 65 persen dari jumlah seluruh fosil manusia purba di Indonesia, dan 50 persen dari jumlah fosil sejenis di dunia ada di sini," kata Sukronedi, saat dijumpai merdeka.com di kantornya, Minggu (19/4).
-
Apa yang ditemukan di Situs Sangiran? Di sana ditemukan banyak peninggalan purba yang diperkirakan telah berusia jutaan tahun.
-
Dimana letak situs Sangiran? Situs Sangiran memiliki luas sekitar 56 km² dan meliputi dua kabupaten, yaitu Sragen dan Karanganyar. Situs ini terletak di lembah Sungai Bengawan Solo, yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa. Lembah ini dikelilingi oleh pegunungan dan bukit-bukit, yang membentuk lanskap alam yang indah.
-
Apa yang ditemukan di Sangiran? Situs Sangiran merupakan situs manusia purba terbesar dan terpenting di dunia, karena telah ditemukan lebih dari 100 fosil manusia purba di sini. Fosil-fosil ini mencakup 50% lebih temuan fosil Homo erectus di dunia, dan lebih dari 60% yang ditemukan di Indonesia. Fosil-fosil ini berasal dari berbagai periode zaman prasejarah, mulai dari 1,6 juta tahun yang lalu hingga 150 ribu tahun yang lalu.
-
Di mana situs arkeologi ditemukan? Di pinggiran kota Canterbury, Inggris, arkeolog menemukan bukti penduduk paling awal di negara tersebut sekitar 950 ribu tahun lalu.
-
Dimana letak Situs Sangiran? Letak Situs Sangiran begitu strategis karena diapit Gunung Lawu di timur, Gunung Merapi dan Merbabu di barat, Pegunungan Kendeng di utara, dan Pegunungan Sewu di selatan.
-
Apa keunikan Situ Sangiang? Konon, ikan-ikan di danau tersebut bukanlah hewan asli melainkan jelmaan. Kemudian, terdapat larangan untuk memancing apalagi mengonsumsi ikan dari Situ Sangiang.
Klaster Krikilan merupakan lokasi utama memberikan informasi secara lengkap tentang situs Sangiran. Pameran di klaster ini dibagi menjadi 3 ruang. Yakni ruang pamer "Kekayaan Sangiran", ruang pamer "Langkah-langkah Kemanusiaan" dan ruang diaroma "Masa Keemasan Homo Erectus".
Di ruang pamer "Kekayaan Sangiran" menampilkan informasi temuan fosil terbaik. Berupa flora dan manusia serta hasil budaya di situs Sangiran. Di ruang pamer "Langkah-langkah Kemanusiaan" disajikan informasi tentang awal pembentukan tata surya menurut teori Big Bang dalam bentuk film pendek dan perkembangan bumi.
"Ruang animasi ini didukung dengan koleksi fosil dari Sangiran, artefak, patung-patung, duplikat temuan, audio visual dan diorama untuk menjelaskan pengunjung," ujarnya.
Sementara ruang diaroma "Masa Keemasan Homo Erectus" merupakan ruang diorama berukuran besar yang menggambarkan kehidupan Homo Erectus, lingkungan, dan kehidupan binatang-binatangnya. Selain itu, dihadirkan manekin tengkorak S17 dari Sangiran dan manusia Liang Bua dari Flores.
Pada Klaster Bukuran akan disuguhkan dengan fosil-fosil manusia purba. Sebagian besar temuan sisa-sisa manusia purba jenis Homo Erectus dari Sangiran.
"Museum ini berisi tentang teori-teori evolusi dan faktor-faktor yang memengaruhi. Semua materi disajikan menarik dengan desain visual dan grafis, berwarna, dan berteknologi tinggi," ucap Sukronedi.
Tak jauh dari Klaster Bukuran, terdapat Museum Manyarejo. Sedangkan kawasan paling muda, Klaster Dayu, dibangun pada 2013. Terletak di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Dayu merupakan situs paling penting di Sangiran yang banyak menyimpan memori kehidupan sejak jutaan tahun silam.
"Di sini banyak menyimpan kekayaan memori kehidupan sejak jutaan tahun silam, baik itu kehidupan flora, fauna, maupun manusia dan budayanya, serta merekam perubahan lingkungan yang pernah terjadi di Sangiran jutaan tahun silam," imbuh Sukronadi.
Klaster Ngebung memiliki nilai sejarah paling tinggi. Sebab di sanalah lokasi pertama kali dilakukan penggalian secara sistematis. Di Klaster Ngebung ini, ditampilkan para peneliti saat menggali Situs Sangiran. Kegiatan tokoh-tokoh seperti Raden Saleh, J.C. van Es, Eugene Dubois, G.H.R von Konigswald, dipaparkan. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Situs manusia purba Sangiran telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu dari empat situs warisan budaya dunia di Indonesia pada tahun 1996.
Baca SelengkapnyaMalang memiliki destinasi wisata yang sangat lengkap, cocok untuk tujuan liburan keluarga.
Baca SelengkapnyaAda yang memiliki koleksi terbesar di Asia Tenggara, ada pula yang menyuguhkan poin edukasi dengan cara paling interaktif.
Baca SelengkapnyaUngaran merupakan ibu kota Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang banyak memiliki tempat wisata yang indah dan memesona.
Baca SelengkapnyaMulai dari wisata pantai, gunung, hutan, hingga sejarah, Purworejo menawarkan berbagai macam daya tarik yang bisa memuaskan para wisatawan.
Baca SelengkapnyaAmbarawa memiliki objek wisata alam dan wisata sejarah yang menarik.
Baca SelengkapnyaMuseum itu memiliki luas lahan sekitar 25 hektare dengan luas bangunan 300 meter persegi sehingga sering disebut sebagai museum karst terbesar se-Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaTempat wisata di Medan yang gratis bisa dijadikan pilihan saat berkunjung ke Sumatera Utara.
Baca SelengkapnyaSejarah, budaya, alam, maupun kuliner, Cirebon menawarkan berbagai macam daya tarik yang akan membuat Anda terpesona.
Baca SelengkapnyaSemarang semakin memperkuat reputasinya sebagai tujuan wisata yang tak boleh terlewatkan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerikut rekomendasi wisata Palembang yang sayang jika dilewatkan ketika sedang berkunjung.
Baca SelengkapnyaSemarang adalah ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang memancarkan keindahan unik dan memikat.
Baca Selengkapnya