Menkes Bantah Data PeduliLindungi Bocor: Apakah Itu untuk Popularitas?
Merdeka.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membantah 3,2 miliar data PeduliLindungi diretas oleh hacker Bjorka. Menurutnya, Kemenkes dan Badan Siber Sandi Negara (BSSN) sudah mengecek bahwa tidak ditemukan adanya crash atau kebocoran data.
"Yang Bjorka itu kita sudah cek datanya, bukan data PeduliLindungi. Jadi kami tidak yakin itu data kami. Sarannya saya, saya sudah minta BSSN untuk segera cek dan kami tidak menemukan adanya crash itu," kata Budi di Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta, Jumat (18/11).
Budi merasa, apa yang diperbuat Bjorka sekadar mencari popularitas. Sebab, sejauh ini tidak ditemukan kebocoran data PeduliLindungi.
-
Apa saja tebusan terbesar hacker? Serangan ransomware WannaCry, Nilai Tebusan USD 4 Miliar Salah satu permintaan tebusan terbesar terjadi pada Serangan ransomware WannaCry pada Mei 2017 silam yang menyebar secara global melalui komputer dengan sistem windows. Serangan ini mengakibatkan 230.000 pengguna computer Windows di 150 negara tidak mengakses beberapa dokumen penting karena data dikunci peretas. Padahal, Windows telah memberikan informasi ke penggunanya untuk melakukan pembaruan perangkat keamanan bernama EternalBlue. Saat itu, permintaan tebusan yang dilayangkan kelompok WannaCry mencapai USD4 miliar.
-
Data apa yang diserang hacker? Kasus serangan hacker terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 membuka fakta lemahnya proteksi sistem di Indonesia.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Kenapa hacker meminta uang tebusan? Dalam serangan ransomware, peretas masuk ke jaringan komputer dan mengancam akan menyebabkan gangguan atau menghapus file kecuali uang tebusan dalam mata uang kripto dibayarkan.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Kenapa hacker meminta tebusan? Kelompok Mount Locker berhasil meretas dokumen kontrak kerja, laporan keuangan, catatan pinjaman hingga perjanjian kemitraan rahasia. Adapun nilai tebusan yang dimintai Mount Locker sekitar USD2 miliar.
"Jadi saya rasa, apakah itu untuk popularitas? Sejauh ini kami enggak temukan crash data yang dikeluarkan itu bukan datanya kami," kata dia.
"Kalau bicara tindakan apa, ya kami enggak ngapa-ngapain. Kami sudah cek bukan data kami," jelas Budi.
Hacker Bjorka kembali berulah. Dalam postingan di Breached Forum, Bjorka menjajakan data berukuran 48GB terkompresi dari Peduli Lindungi. Data ini dihargai USD100.000 atau sekitar Rp1,5 miliar, dan transaksinya dilakukan menggunakan bitcoin. Tak tanggung-tanggung, diduga sebanyak 3,2 miliar data pengguna aplikasi peduli lindungi dicolong.
Detail dugaan data yang diretas hacker ini ialah nama, alamat email, NIK, nomor telepon, DOB, identitas perangkat, status Covid-19, check-in history, contact tracing history, vaksinasi, dan lain-lain.
"PeduliLindungi adalah aplikasi contact tracing Covid-19 resmi yang dipakai di Indonesia. Aplikasi ini dikembangkan oleh Kemenkominfo, yang bekerja sama dengan KPCPEN, Kemenkes, Kemen BUMN, dan Telkom Indonesia. Aplikasi ini awalnya dikenal sebagai TraceTogether namun kemudian diganti karena Singapura menggunakan aplikasi dengan nama sama," tulis Bjorka dalam Breached Forum.
Menariknya, ia juga melampirkan sample data yang sudah diretas adalah Menkominfo Johnny G. Plate, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, dan Deddy Corbuzier.
"Data sampel yang ditunjukkan di bawah juga termasuk data milik Johnny G Plate, Luhut Binsar Pandjaitan dan Deddy Corbuzier," tulis Bjorka di postingan tersebut.
Sebelumnya, pengamat Keamanan Siber, Teguh Aprianto mengatakan, sebanyak 3,2 miliar data pribadi masyarakat di Peduli Lindungi bocor. Sebagai bukti pernyataannya, ia melampirkan hasil peretasan yang dilakukan oleh Bjorka.
"Kominfo dan BSSN: 'Data di Peduli Lindungi aman karena keamananya berlapis dan dienkripsi' Sekarang sebanyak 3,2 miliar data pribadi kita semua di Peduli Lindungi bocor dan ternyata tidak dienkripsi," kata Teguh dalam cuitannya di Twitter, @secgron, Selasa (15/11).
Menurutnya, pemerintah telah mengatakan tidak sesuai fakta. Pasalnya, ketika dirinya menjadi saksi ahli dari pihak Pemberi Bantuan Hukum dan Pembela Hak Asasi Manusia (PBHI Nasional), Kementerian Kesehatan menyatakan jika Peduli Lindungi telah dienkripsi.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika ditilik dari akun X @bjorkanism, Bjorka berasal dari Polandia di Kota Warsawa.
Baca SelengkapnyaTelkom kembali buka suara soal dugaan kebocoran data 36 juta pelanggan yang dilakukan Bjorka.
Baca SelengkapnyaIndonesia kembali dihebohkan kabar kebobolan 204 juta Data Pemilih Tetap (DTP) Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca SelengkapnyaBjorka diinfokan berhasil meretas enam juta data NIK, NPWP dan data penting lainnya.
Baca SelengkapnyaPelaku dapat mengakses situs resmi BKN setelah mendapatkan username dan password dalam sebuah forum darkweb.
Baca Selengkapnya"(Penyebab kebocoran) Nanti kami jelaskan setelah kami memanggil dirjen pajak hari Jumat," kata Menko Hadi
Baca SelengkapnyaSerangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaKemenkominfo mengaku segera mengecek informasi tersebut.
Baca SelengkapnyaKelompok ransomware Brain Cipher mengakui bobol data PDNS 2 tak sulit.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Buka Suara soal Kebocoran Pemilih KPU: Sekarang Data Mahal Harganya
Baca SelengkapnyaBSSN masih berkoordinasi dengan Polri terkait dugaan kebocoran data INAFIS tersebut.
Baca SelengkapnyaKirim ke Bareskrim dan KPU, Begini Hasil Investigasi BSSN soal Kebocoran Data Pemilih
Baca Selengkapnya