Menkes Budi Sebut Obat Remdesivir, Actemra, Gammaraas akan Tiba Juli dan Agustus
Merdeka.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan terdapat tiga jenis obat terapi Covid-19 yang akan didatangkan dari negara lain. Tiga obat tersebut yaitu remdesivir, actemra dan gammaraas.
"Ini adalah obat-obatan yang di seluruh dunia juga sedang short supply karena semua orang sedang membutuhkan obat-obat ini. Saya sampaikan bahwa rencananya remdesivir Juli ini akan datang, kita bisa impor 150.000, dan Agustus kita akan impor 1,2 juta," kata Budi dalam konferensi pers di chanel Youtube Sekretariat Presiden, Senin (26/7).
Sementara itu, kata Budi, saat ini Indonesia sedang berusaha memproduksi remdesivir di dalam negeri. Dia berharap upaya tersebut dapat dilakukan.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang mengembangkan obat ini? Ahli biologi molekuler dan dokter gigi, Takahashi Katsu, telah mengembangkan obat sejenis ini untuk pertama kalinya setelah bekerja dalam bidang regenarasi gigi selama 20 tahun.
-
Mengapa obat ini dikembangkan? Kehilangan gigi sering kali menjadi masalah bagi orang-orang yang mengidap kondisi ini, mulai dari masalah penampilan hingga masalah fungsional, seperti berkurangnya kemampuan menggigit.
-
Di mana obat buatan luar angkasa tersebut diproduksi? Proses produksi obat ini dilakukan di satelit W-Series 1 yang terpasang pada Rocket Lab's orbital Photon platform setelah diluncurkan dengan roket SpaceX Falcon 9 pada bulan Juni di tahun yang sama.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Bagaimana obat dibuat di luar angkasa? Proses produksi obat ini memanfaatkan lingkungan luar angkasa yang bebas gravitasi untuk mempromosikan pembentukan struktur kristal protein yang lebih berkualitas secara lebih cepat daripada yang mungkin terjadi di bumi.
"Ya doakan mudah-mudahan itu bisa segera terjadi," ujar dia.
Kemudian untuk Actemra, ujar dia, pada Juli ini Indonesia akan kedatangan 1.000 vial. Lalu pada Agustus akan mengimpor 138.000 (vial) dari negara-negara yang tidak membahayakan akan impor.
"Kita cari ke seluruh pelosok dunia mengenai Actemra ini," ungkapnya.
Selanjutnya Gammaraas, pemerintah akan impor 26.000 pada Juli dan akan impor lagi 27.000 di Agustus. Dia menjelaskan obat-obatan tersebut akan datang secara bertahap Agustus.
"Kita harapkan sudah lebih baik distribusinya kita bekerjasama dengan GP farmasi, terima kasih dengan teman-teman GP Farmasi mereka juga sudah sadar ini bukan masalah harga lagi, ini adalah masalah distribusinya dan mereka akan membantu kita mendistribusikan ke sekitar 12 ribu Apotek aktif di Indonesia," kata dia.
Sebelumnya, pemerintah terus mengusahakan kebutuhan obat untuk menangani pasien Covid-19. Terdapat tiga obat yang hingga kini stoknya menipis yaitu Remdesivir dari India, Gammaraas, dan Actemra produksi perusahaan farmasi Roche di Swiss.
"Jadi 3 obat impor itu yang sekarang sedang kita terus kejar agar bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Jumat (16/7).
Dia menjelaskan, untuk mengejar kebutuhan obat Remdesivir pihaknya perlu melakukan impor dari India, Pakistan, dan China. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat ini sudah berusaha agar bisa membuka kembali kran ekspor. Sehingga minggu ini Indonesia akan kedatangan 50 ribu vial untuk mencukupi kebutuhan obat Remdesivir.
"Minggu ini akan datang sekitar 50 ribu vial dan nantinya akan bertahap setiap minggunya," ujarnya
Kementerian Kesehatan juga akan mendatangkan obat Gammaraas dari China sebanyak 30 ribu vial. Tetapi kebutuhan tersebut belum bisa tercukupi, sehingga Kementerian Luar Negeri akan melakukan lobi-lobi dengan China.
"Kita juga mencari obat yang namanya Gammaraas itu merek dagang dari kategori obat yang dikenal dengan grup IV IG ini produksinya ada di Cina, kita juga membutuhkan cukup banyak dan sekarang kita sudah bisa mendatangkan sekitar 30 ribu vial," ungkapnya.
Kemudian untuk Actemra, kata Budi, pemerintah juga sudah melobi CEO Roche. Walaupun kata dia, hingga saat ini kebutuhan global suplai sangat ketat, sehingga dengan stok yang ada saat ini masih jauh dari yang diharapkan.
"Kita mencari beberapa alternatif obat yang mirip dengan produk Actemra ini dari Amerika Serikat karena kebetulan AS pada saat gelombang I dan kedua memiliki stok obat yang cukup banyak. Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita bisa membawa ke Indonesia alternatif yang mirip dengan Actemra," tutupnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaUU Kesehatan diyakini bakal mendorong investasi dan pengembangan obat termasuk untuk hepatitis.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaPenyiapan tempat karantina ini untuk mencegah penularan TBC di Indonesia.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi siap jadi 'endorser' kepada masyarakat yang menderita TBC agar tidak lupa minum obat.
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaBantuan kemanusiaan ini akan didistribusikan ke daerah terdampak di Palestina oleh lembaga resmi PBB UNRWA.
Baca SelengkapnyaNathan menuturkan kedua obat tersebut adalah terapi target lini pertama untuk kanker payudara.
Baca SelengkapnyaSATRIA-1 diluncurkan demi menjangkau fasilitas publik di wilayah 3T, termasuk Puskesmas.
Baca SelengkapnyaMetode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca Selengkapnya