Menkes Dorong BRIN Bentuk Organisasi Riset Khusus Kesehatan
Merdeka.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendorong Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membentuk organisasi riset khusus kesehatan. Organisasi tersebut nantinya hanya fokus melakukan penelitian di bidang kesehatan.
"Jadi sudah ada beberapa kali diskusi dengan BRIN, kami sudah mendorong agar ada satu organisasi riset yang khusus kesehatan," ujarnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI, Senin (17/1).
Menurutnya, selama ini riset kesehatan berada di bawah organisasi Riset Ilmu Hayati BRIN. Kondisi ini membuat penelitian tidak bisa hanya fokus pada kesehatan, melainkan juga bidang lain.
-
Apa yang diteliti? Analisis terhadap lebih dari 4.000 artefak batu yang ditemukan di sebuah pulau di barat laut Australia memberikan gambaran kehidupan suku Aborigin puluhan ribu tahun yang lalu.
-
Dimana penelitian dilakukan? Studi tersebut melibatkan 1.650 partisipan dari berbagai budaya, termasuk 373 orang dari Tiongkok, 474 dari Jerman, 401 dari Meksiko, dan 402 dari Amerika Serikat.
-
Di mana penelitian dilakukan? Pada 2005, penggalian di Varnhem, Swedia, menemukan reruntuhan gereja Kristen.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian? Studi ini, yang melibatkan sekitar 1,5 juta orang dewasa dari berbagai negara termasuk Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Norwegia, dilakukan selama periode 15 tahun oleh tim peneliti dari Universitas Toronto.
-
Siapa yang melakukan penelitian? Para peneliti dari Universitas Cincinnati menangkap tiga ekor piton Burma di sekitar Taman Nasional Everglades, lalu mengukur ukuran rahang mereka. Salah satu dari ular tersebut memiliki panjang tubuh mencapai 5,8 meter, menjadikannya piton terpanjang yang pernah tertangkap di Florida, meskipun bukan yang terberat.
Jika BRIN membentuk organisasi riset khusus kesehatan, maka Kementerian Kesehatan bisa membangun kerja sama penelitian. Ke depan, BRIN bisa melakukan riset-riset dasar kesehatan.
"Sedangkan kita bisa mengkombinasikan dengan riset-riset yang dekat ke layanan kesehatan," sambungnya.
Selain membangun kerja sama dengan BRIN, Kementerian Kesehatan juga akan merangkul secara inklusif peneliti-peneliti dari perguruan tinggi. Terutama peneliti di fakultas kedokteran.
"Agar program riset kesehatannya lebih terintegrasi," tandasnya.
Sebagai informasi, realisasi anggaran penelitian Kementerian Kesehatan pada 2021 sangat rendah, hanya 58,08 persen. Berbeda dengan realisasi anggaran vaksinasi yang mencapai 97,57 persen dan rumah sakit darurat Covid-19 sebesar 96,88 persen.
Menurut Budi, ada dua penyebab rendahnya realisasi anggaran penelitian. Pertama, uji klinis vaksin Merah Putih dalam negeri mundur dari target. Baik uji klinis vaksin Merah Putih yang dikembangkan Universitas Airlangga dengan PT Biotis maupun Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dengan PT Bio Farma.
"Memang di tahun kemarin ada kemunduran dari uji klinis vaksin-vaksin Merah Putih karena yang tadinya direncanakan bisa tahun lalu tapi baru jalan tahun ini," katanya.
Kedua, aktivitas penelitian dan pengembangan pada 2021 tidak berjalan maksimal akibat peleburan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Transisi Eijkman ke BRIN menimbulkan kebingungan bagi para peneliti.
"Memang ada sedikit kebingunan teman-teman yang ada di bidang penelitian dan pengembangan karena tahun lalu ada proses di mana transisi dari kementerian lembaga ke BRIN," jelasnya.
Menurut Budi, dengan adanya peleburan Eijkman ke BRIN, proses penelitian dan pengembangan terhambat. Fokus pemerintah juga tak bisa diarahkan pada penyerapan anggaran, melainkan perpindahan aset dan peneliti dari Eijkman ke BRIN.
"Terus terang, tahun lalu yang terjadi di akhir-akhir tahun yang biasanya terjadi penyerapan anggaran adalah diskusi secara masif mengenai perpindahan dari fungsi research dan teknologi itu BRIN," ujarnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Saya akan memerintahkan kepada BRIN untuk jadi orkestrator penelitian, bersama Bappenas untuk merancang kebutuhan riset kita," kata Jokowi
Baca SelengkapnyaPerjanjian ini dibuat untuk membangun ekositem pangan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIni Arahan Megawati ke Jenderal TNI AL Wakil Kepala BRIN Baru, Singgung Riset Militer
Baca SelengkapnyaBiaya Pengobatan Penyakit Pernapasan di BPJS Tembus Rp10 Triliun, Menkes Minta Polusi Udara Ditekan
Baca SelengkapnyaDalam sejumlah survei posisi rumah sakit di dunia ditentukan jumlah penelitian dan kualitas hasil penelitian.
Baca Selengkapnya"Periset di BRIN saat ini ini minimal kualifikasinya S-3. Mengapa begitu? karena kita mengikuti standar global," katanya
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memerintahkan Mendikbudristek Nadiem Makarim menambah anggaran untuk riset, khususnya di perguruan tinggi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaAnies mengaku akan mengubah fokus kesehatan dari kuratif menjadi promotif, preventif dan kuratif.
Baca SelengkapnyaAnies menyebut, anggaran untuk riset di Indonesia sangat rendah dibanding negara-negara lain.
Baca Selengkapnya