Menkes Jelaskan Alasan Penyintas Covid-19 Tidak Menjadi Penerima Vaksinasi
Merdeka.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap alasan penyintas Covid-19 tidak menjadi penerima vaksinasi. Sebabnya, para penyintas Covid-19 masih memiliki imunitas sehingga tidak termasuk target penerima vaksin.
"Penyintas Covid-19 sampai sekarang tidak kami masukkan sebagai target vaksinasi karena mereka masih memiliki imunitas sehingga nanti tidak dimasukkan ke prioritas vaksinasi saat ini," kata Budi dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (14/1).
Selain penyintas, orang berumur di atas 60 tahun pun tidak menjadi target penerima vaksin. Budi menuturkan, sebabnya uji klinis vaksin Sinovac di Bandung hanya sebatas umur 19-59 tahun.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Siapa yang cocok menerima vaksin DBD? Vaksin ini terutama direkomendasikan untuk individu yang telah mengalami infeksi dengue sebelumnya, karena efektivitasnya lebih tinggi pada orang-orang yang telah memiliki kekebalan terhadap setidaknya satu serotipe virus dengue.
-
Siapa yang butuh vaksin cacar api? Vaksin ini terbukti mengurangi risiko terkena cacar api dan mengurangi tingkat keparahan gejala jika infeksi tetap terjadi.
"Kami sudah jelaskan bahwa batas usia 19-59 itu digunakan berbasis uji klinis tahap tiga dari Sinovac di Bandung. Sinovac sendiri di negara lain seperti Brazil melakukan uji klinis di atas 60 tahun. Demikian juga vaksin-vaksin lainnya seperti Pfizer dan AstraZeneca juga bisa diberikan untuk usia di atas 60 tahun," jelas Budi.
Begitu juga dengan alasan anak-anak tidak mendapat vaksin Covid-19. Uji klinis vaksin Covid-19 hanya dilakukan untuk anak paling rendah berumur 16 tahun. Hanya AstraZeneca dan Sinovac yang mulai melakukan uji klinis di bawah 16 tahun. Namun, uji klinis untuk anak-anak masih terlalu dini prosesnya.
"Jadi uji klinis yang ada itu baru mulai di atas 16 tahun, yang selesai. Sudah ada yang mulai melakukan uji klinis usia di bawah 16 tahun yaitu AstraZeneca dan Sinovac, tapi tahapnya masih tahap sangat dini. Tahapnya masih tahap sangat dini," kata Budi.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Maxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaMulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaDia lalu mengatakan vaksin dengue dapat diberikan kepada masyarakat berusia 6 hingga 45 tahun.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan akan mulai melakukan vaksinasi Mpox pada sejumlah kelompok masyarakat berisiko tinggi.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyebut, pihaknya telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin Mpox.
Baca Selengkapnya