Menkes Sebut Alat Pendeteksi Covid-19 GeNose Terkendala Kapasitas Produksi
Merdeka.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Kementerian Kesehatan telah menyetujui GeNose, alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia berharap sudah bisa diproduksi pada bulan Januari ini.
"GeNose itu sebenarnya sudah diapprove oleh Kemenkes, kita harapkan bisa produksi di bulan Januari," ujar Budi saat rapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (14/1).
Namun untuk produksi secara massal masih terkendala kapasitas. Budi mengatakan, telah menyampaikan kepada PT Bio Farma untuk mencarikan jalan keluar.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Apa tujuan Kementan menggandeng UGM? Kerjasama ditandai dengan 'Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Pengujian Alat dan Mesin Pertanian Alsintan dalam rangka Mendukung Sertifikasi Produk' di Fakultas Teknik Pertanian, UGM, Sleman, DIY, Selasa (8/8).
-
Siapa Menteri Kesehatan Pertama RI? Presiden Soekarno menunjuk langsung Boentaran sebagai Menteri Kesehatan Pertama RI Kabinet Presidensial. Itu karena Soekarno melihat latar belakang dan kemampuan intelektualnya di bidang kesehatan.
"Saya juga bilang teman-teman di Bio Farma masalahnya adalah pada saat sudah diapprove mau produksi karena ini proyek perguruan tinggi tidak ada kapasitas produksinya," kata Budi.
Budi meminta kepada Bio Farma untuk melakukan pendekatan kepada sejumlah perusahaan seperti PT Len Industry dan PT Pindad yang bisa membantu produksi GeNose. Perusahaan swasta pun turut didekati untuk memproduksi alat skrining Covid-19 ini.
"Saya sempat bicara dengan Pak Doni (Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo), Pak Doni juga semangat mau beli tapi begitu mau beli susah mengejar kapasitas produksinya. Jadi itu yang nanti kita akan lakukan supaya ada yang membantu lah dari sektor produksinya," kata Budi.
"Jadi kami akan minta tolong teman-teman Kementerian BUMN untuk dicarikan mitranya supaya bisa dibantu," pungkasnya.
Diberitakan, alat pendeteksi Covid-19 berbasis embusan napas, GeNose buatan tim riset Universitas Gadjah Mada (UGM) telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan RI dan siap dipasarkan. Izin edar GeNose dengan nomor Kemenkes RI AKD 20401022883 telah terbit pada Kamis (24/12).
"Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan luar biasa dari banyak pihak GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes, dalam membantu penanganan Covid-19 melalui skrining cepat," kata Ketua tim pengembang GeNose, Kuwat Triyana di Yogyakarta, Sabtu (26/12).
Menurutnya, setelah izin edar diperoleh, tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai oleh Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan. Dia berharap dengan jumlah GeNose C19 yang masih terbatas mampu memberikan dampak maksimal.
Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, Kuwat berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan napas.
"Sehingga, satu jam dapat mengetes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam," ujarnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Metode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaData itu terungkap setelah Pemprov Jakarta memiliki alat lengkap.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengungkap ingin menjadi menteri penerangan di tengah kabar menjadi kandidat menteri keuangan kabinet Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaNilai proyek yang mencapai nilai triliunan Rupiah tersebut untuk pengadaan 5 juta set APD.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi memberikan arahan agar disiapkan karantina khusus berdekatan dengan lokasi di mana tuberkulosis itu terjadi.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaSATRIA-1 diluncurkan demi menjangkau fasilitas publik di wilayah 3T, termasuk Puskesmas.
Baca SelengkapnyaKasus dugaan korupsi tersebut telah naik ke tahap penyidikan dan KPK telah menetapkan tersangka.
Baca Selengkapnya