Menkes: Tak Ada Efek Samping Khusus Dialami Lansia yang Disuntik Vaksin Covid-19
Merdeka.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan vaksin Sinovac untuk lansia atau kelompok usia di atas 60 tahun. Namun, BPOM mewanti-wanti agar vaksinasi kepada lansia di atas 70 tahun harus dengan prinsip kehati-hatian.
Selain itu, BPOM menyatakan, vaksin Sinovac untuk orang lanjut usia (lansia) di atas 60 tahun memiliki efek samping. Temuan ini berdasarkan hasil uji klinik fase 1 dan 2 di China serta fase 3 di Brasil. Efek samping umum yang terjadi adalah ringan yaitu nyeri, ruam, demam, bengkak, merah pada kulit dan sakit kepala.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin justru menyatakan tidak ada efek samping khusus yang ditimbulkan oleh para lansia setelah disuntikkan vaksin Sinovac.
-
Siapa yang menyatakan bahwa mpox bukan efek samping vaksin? Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menjelaskan bahwa mpox dan Covid-19 merupakan dua penyakit yang berbeda.
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
"Sama saja, tidak ada (efek samping khusus yang ditimbulkan). Lalu terkait pendampingan khusus saat divaksin, tidak perlu ada pendampingan khusus selama yang bersangkutan masih sehat. kalau tidak bisa jalan, ya perlu ada yang bawakan tongkatnya atau bawakan kursi rodanya," kata Budi saat konferensi pers virtual terkait Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia, Minggu (7/2).
Menkes melanjutkan, lansia yang memiliki riwayat diabetes ataupun penyakit komorbid lainnya tidak perlu kembali melakukan pengecekan kondisi kesehatan sebelum disuntik vaksin. Sebab, para lansia yang akan divaksin itu tentunya sudah mengetahui terkait riwayat penyakitnya.
"Nanti bisa di-share langsung ke dokternya di meja 2 (di lokasi vaksinasi)," kata Budi.
Meskipun kelompok lansia saat ini menjadi sasaran vaksinasi, jumlah sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia tidak berubah. Tetap 181 juta orang, tepatnya 181.554.465.
"181 juta itu dihitungnya di atas 18 tahun, jadi angka 181 juta sudah termasuk usia di atas 60 tahun," ujarnya.
Untuk saat ini, target pertama penyuntikan lansia memang dikhususkan bagi tenaga kesehatan. Namun setelah tuntas menyuntik 11.600 tenaga kesehatan lansia, Kemenkes akan mengusahakan menyuntik vaksin ke warga lansia.
"Prinsipnya, berdasarkan izin BPOM, kita akan langsung memvaksinasi semua orang Indonesia di atas 60 tahun. Kita bersyukur sesudah BPOM mengeluarkan UEA Sinovac untuk usia di atas 60 tahun. UEA dikeluarkan berdasarkan uji klinis negara di luar Indonesia dan menganalisis datanya," jelasnya.
Sebelumnya, 10 persen penyumbang kasus positif Covid-19 di Indonesia adalah lansia. Angka kematian lansia menyumbang hampir 50 persen dari seluruh kasus kematian di Indonesia.
Penerbitan izin vaksinasi untuk lansia dilakukan setelah mendapat data hasil uji klinik fase 1 dan 2 vaksin Sinovac untuk lansia di China serta uji klinik fase 3 di Brazil.
Data hasil uji klinik fase 1 dan 2 di China menunjukkan, kadar antibodi atau imunogenisitas lansia berada pada angka 97,96 persen setelah dilakukan dua kali penyuntikan vaksin Sinovac dengan rentang waktu 28 hari. Uji klinis dilakukan kepada 400 lansia.
Sedangkan hasil uji klinik fase 3 di Brasil menunjukkan lansia berada dalam kondisi aman dan tidak menimbulkan efek samping serius derajat ketiga setelah dilakukan dua kali penyuntikan. Uji klinik fase 3 di Brasil melibatkan 600 lansia.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMaxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.
Baca SelengkapnyaDia lalu mengatakan vaksin dengue dapat diberikan kepada masyarakat berusia 6 hingga 45 tahun.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca Selengkapnya