Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Menkes: Virus Zika tidak mematikan, beda dengan demam berdarah

Menkes: Virus Zika tidak mematikan, beda dengan demam berdarah pengasapan zika di singapura. ©2016 REUTERS/Edgar Su

Merdeka.com - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek mengatakan, virus Zika tidak mematikan dan berbeda dengan penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia.

"Saya kira seorang penderita Zika di Malaysia yang meninggal dunia itu bukan disebabkan virus Zika, namun mereka mengalami komplikasi dengan penyakit penyerta lainnya," kata Nila saat mendampingi kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Lebak, Minggu (11/9) dikutip dari Antara.

Sebetulnya, kata dia, penyakit Zika masuk kategori penyakit ringan dan tidak mematikan kepada penderitanya. Namun berbahaya jika terkena ibu hamil bayi yang dilahirkannya berisiko mengalami cacat lahir mikrosefali (kepala kecil).

Karena itu, pihaknya membantah penderita Zika di Malaysia dapat mengakibatkan kematian.

Kemungkinan penderita tersebut mengalami komplikasi dengan penyakit penyerta, seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal kronis, batu ginjal, sakit otot dan rematik.

"Kami yakin pasien di Malaysia itu kematiannya bukan dari infeksi Zika itu," katanya menjelaskan.

Menurut dia, virus Zika itu tidak berbahaya jika dibandingkan dengan penyakit DBD di Indonesia yang bisa mematikan bagi penderitanya. Penyebaran DBD tentu sangat mematikan bila tidak cepat mendapat pertolongan tenaga medis.

Selama ini, infeksi Zika tidak menunjukkan gejala khas, mirip gejala DBD. Gejala yang muncul, seperti demam mendadak, ruam kemerahan di kulit, nyeri otot dan sendi, mata merah, pusing, serta lemas.

Penyebaran penyakit Zika tersebut ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes. Nyamuk itu membawa virus saat ia menggigit seseorang yang terinfeksi Zika.

Untuk itu, jika satu warga terserang infeksi Zika, maka satu lingkungan harus mewaspada penyebaran penyakit menular tersebut.

Untuk memutus mata rantai penyebaran zika sama dengan pencegahan DBD, yakni melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan menguras penyimpanan air dan mengubur atau menutup wadah yang bisa menampung air. Pengasapan efektif dilakukan pada malam ketika angin tidak kencang.

"Kami minta warga agar mengoptimalkan kebersihan lingkungan agar tidak tertular penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk itu," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah mengatakan, hingga saat ini di daerahnya tidak ditemukan penderita virus Zika.

Namun, dirinya tetap mewaspadai penyebaran penyakit tersebut, meskipun belum ditemukan jenis virus Zika tersebut.

"Kami meminta warga mengoptimalkan PSN dan 3M (mengubur, menutup dan menguras) agar tidak berkembangbiak nyamuk Aedes," katanya.

(mdk/rnd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Jawab Dugaan Kasus DBD Naik Akibat Penyebaran Nyamuk Wolbachia
Kemenkes Jawab Dugaan Kasus DBD Naik Akibat Penyebaran Nyamuk Wolbachia

Banyak yang menduga, kenaikan kasus DBD ini akibat penyebaran nyamuk mengandung wolbachia.

Baca Selengkapnya
Peneliti UGM Bantah Nyamuk Wolbachia Jadi Senjata Pembunuh Manusia
Peneliti UGM Bantah Nyamuk Wolbachia Jadi Senjata Pembunuh Manusia

Nyamuk wolbachia diyakini bisa menekankan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Baca Selengkapnya
Satu Pasien Cacar Monyet Meninggal Dunia, Ini Penyebabnya
Satu Pasien Cacar Monyet Meninggal Dunia, Ini Penyebabnya

Satu pasien cacar monyet Mpox meninggal dunia saat menjalani isolasi di rumah sakit

Baca Selengkapnya
Kemenkes: Nyamuk Wolbachia Tak Timbulkan Penyakit Baru
Kemenkes: Nyamuk Wolbachia Tak Timbulkan Penyakit Baru

Menurut Nadia, hasil penelitian menunjukkan bakteri wolbachia tidak menginfeksi manusia atau vertebrata lain.

Baca Selengkapnya
Ramai Kabar Warga Solo Meninggal akibat Leptospirosis, Ini Penjelasan Dinkes
Ramai Kabar Warga Solo Meninggal akibat Leptospirosis, Ini Penjelasan Dinkes

Ramai Kabar Warga Solo Meninggal akibat Leptospirosis, Ini Penjelasan Dinkes

Baca Selengkapnya
Menkes Klaim Cacar Monyet di Indonesia Masih Terkendali
Menkes Klaim Cacar Monyet di Indonesia Masih Terkendali

Hingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya
Peneliti Ungkap Dampak Gigitan Nyamuk Wolbachia
Peneliti Ungkap Dampak Gigitan Nyamuk Wolbachia

Peneliti menegaskan, nyamuk wolbachia tidak berubah menjadi bionik atau transgenik.

Baca Selengkapnya
Apakah Nyamuk Wolbachia Penyebab Radang Otak Japanese Encephalitis? Ini Kata Peneliti
Apakah Nyamuk Wolbachia Penyebab Radang Otak Japanese Encephalitis? Ini Kata Peneliti

Kasus radang otak Japanese Encephalitis disebut-sebut meningkat di tengah penebaran nyamuk mengandung bakteri wolbachia.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI

Penularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.

Baca Selengkapnya
Heboh Virus Nipah di India, Sudahkah Masuk Indonesia?
Heboh Virus Nipah di India, Sudahkah Masuk Indonesia?

Virus Nipah menggegerkan warga negara bagian Kerala, India, dan menelan dua korban jiwa.

Baca Selengkapnya
Mulai Disebar ke Alam, Ini Fakta-Fakta Nyamuk Wolbachia yang Bisa Bikin Aedes Aegypti Mandul
Mulai Disebar ke Alam, Ini Fakta-Fakta Nyamuk Wolbachia yang Bisa Bikin Aedes Aegypti Mandul

Nyamuk mengandung bakteri wolbachia mulai disebar ke lima kota di Indonesia.

Baca Selengkapnya