Menko Polhukam ungkap sulitnya deteksi bom di Sarinah
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Luhut Pandjaitan memaparkan kendala dalam mendeteksi aksi terorisme di Sarinah, Thamrin kemarin. Dalam aksi itu, 7 orang tewas, lima di antaranya pelaku teror.
Meski sudah mendapat laporan rencana aksi terorisme sejak dua bulan lalu, namun data yang ada masih sulit untuk diolah guna mendapatkan waktu dan lokasi aksi terorisme akan dilakukan. Hingga akhirnya aksi tersebut terjadi di Sarinah, Thamrin, Kamis (14/1).
"Begini kalau itu, intelijen yang secanggih apapun akan sulit atau hampir tidak mungkin menduga pikiran orang dan pikiran hatinya. Jadi yang tidak kita bisa duga adalah kapan, dimana dan bagaimana mereka melakukan. Kita cuma bisa menduga-duga," jelas Luhut di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (15/1).
-
Dimana bom itu diyakini berada? Hal ini diduga karena nuklir ini berada di sebuah pantai lepas di pulau Tybee, Georgia, sebab selama beberapa waktu di daerah ini tercatat memiliki tingkat radioaktif yang tinggi.
-
Apa yang paling sulit ditebak dari semua tebak-tebakan? Banyak sekali pertanyaan yang memiliki jawaban menjebak dan susah ditebak.
-
Bagaimana bom itu hilang? Pada tanggal 5 Februari 1958, dua pesawat jet milik Angkatan Udara, bertabrakan. Salah satu pesawat tersebut membawa bom termonuklir Mark 15, karena peristiwa ini kemudian bom tersebut hilang dan belum ditemukan sampai sekarang.
-
Kenapa bom nuklir bawah tanah sulit dideteksi? Seringkali, gerakan-gerakan bawah tanah malah dianggap terjadinya gempa bumi.
-
Siapa yang punya sifat unik dan sulit ditebak? Golongan darah AB sering kali dianggap sebagai yang paling unik dan misterius. Mereka memiliki kombinasi sifat dari golongan darah A dan B, membuat mereka sulit ditebak.
-
Apa yang meledak di Bekasi? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak. Api membumbung tinggi. Ledakan juga terjadi berkali-kali.
Luhut membandingkan kondisi aksi terorisme yang hanya dilakukan segelintir orang dengan aksi operasi militer yang melibatkan personel dalam jumlah besar. Menurut Luhut, operasi militer yang masif lebih mudah terdeteksi ketimbang aksi terorisme yang hanya melibatkan 5 orang pelaku.
"Kalau gerakan lima orang tanpa alat komunikasi hanya dengan kurir itu sungguh sulit untuk melakukan operasinya," ujar Luhut.
Luhut pun mencontohkan, kondisi yang terjadi di perbatasan antara Israel dan Palestina. "Kalau saya contoh di Israel misalnya, tidak pernah bisa menduga kapan rakyatnya dibunuh kan, berkali-kali atau seperti peristiwa di Paris, mereka pakai telegram, sehingga tidak bisa diketahui kapan mereka bermain," papar Luhut.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia bahkan mewanti-wanti intelejen negara harus untuk mengantisipasi gangguan
Baca SelengkapnyaTKN Prabowo-Gibran mengatakan bahwa data pertahanan adalah bersifat rahasia.
Baca SelengkapnyaJokowi mengingatkan kepada penyelenggara pemilu untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan detail.
Baca SelengkapnyaMestinya Kominfo dan BSSN mengakui kegagalan dalam perlindungan PDNS.
Baca Selengkapnya