Menolak lupa kasus penyiraman Novel Baswedan yang masih jalan di tempat
Merdeka.com - Enam bulan sudah kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Novel Baswedan berlalu. Namun, hingga kini siapa pelaku dan otak penyiraman belum juga diketahui.
Penyelidikan yang dilakukan kepolisian pun seakan jalan di tempat. Meski Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian beberapa waktu lalu sempat merilis sketsa wajah terduga penyerang Novel, nyatanya hingga kini belum ada yang ditangkap. Sampai saat ini upaya pengungkapan pelaku masih sebatas penyelidikan dan pemeriksaan saksi-saksi.
Polisi beralasan, belum ditemukannya pelaku karena sketsa wajah masih harus disempurnakan. Dari pemeriksaan, dua saksi memiliki pendapat berbeda soal sketsa wajah terduga pelaku.
-
Bagaimana Kejagung mengusut kasus ini? “Iya (dua penyidikan), itu tapi masih penyidikan umum, sehingga memang nanti kalau clear semuanya kita akan sampaikan ya,“ tutur Kapuspenkum Kejagung Ketut Sumedana di Kejagung, Jakarta Selatan, Senin (15/5/2023). Direktur Penyidikan (Dirdik) Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Kejagung, Kuntadi mengatakan, dua kasus tersebut berada di penyidikan yang berbeda. Meski begitu, pihaknya berupaya mendalami temuan fakta yang ada.
-
Apa kasus yang sedang diselidiki? Pemerasan itu berkaitan dengan penanganan kasus dugaan korupsi di Kementan tahun 2021 yang tengah ditangani KPK.
-
Siapa pelaku pembunuhan NKS? Polisi berhasil menangkap pelaku inisial IS, pelaku pembunuhan dan pemerkosaan terhadap NKS (18), seorang gadis penjual gorengan yang merupakan warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Siapa yang terlibat dalam kasus ini? Terdakwa Fatia Maulidiyanti menjalani pemeriksaan dalam sidang kasus dugaan pencemaran nama baik Menko Luhut Binsar Pandjaitan pada hari ini, Senin (28/8).
"Jadi ada dua saksi yang mempunyai pendapat yang berbeda. Wajahnya berbeda makanya tetap kita sinkronisasi untuk sketsa," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, Selasa (3/10).
Jalan di tempatnya kasus Novel menuai reaksi dari masyarakat. Koalisi Masyarakat Sipil Peduli KPK mendatangi Gedung Merah Putih KPK di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (11/10) kemarin. Mereka mempertanyakan kelanjutan kasus penyiraman Novel Baswedan yang hingga kini masih mandek. Mereka menolak lupa pada kasus penyiraman Novel.
Novel Baswedan ©2017 merdeka.com/istimewa
Mereka tidak hanya menagih kepada pimpinan KPK tapi juga Presiden Joko Widodo agar segera menuntaskan kasus ini. Mereka tidak melihat adanya respons yang cepat dari pimpinan KPK atas kasus tersebut.
"Dan kita belum tahu perkembangan terkini seperti apa. Sudah banyak informasi yang ditemukan dan diketahui baik oleh aparat penegak hukum dan publik terkait penyiraman Novel," kata perwakilan koalisi, Lalola Esther di Gedung KPK, Jakarta, kemarin.
Dia menegaskan publik tak boleh dibiarkan lupa terhadap apa yang menimpa Novel. Menurut Lalola, enam bulan merupakan waktu yang sangat lama dalam menuntaskan kasus pidana umum penyerangan terhadap seseorang.
"Ini sebetulnya tindak pidana yang sifatnya sangat umum dan jadi aneh Bareskrim Polri yang sangat cepat dalam menangani tindak pidana umum tapi dengan perkara ini berlarut-larut sampai bulan keenam," katanya.
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Simandjuntak menyayangkan sikap pimpinan KPK yang dinilainya tidak serius dalam membantu upaya pengungkapan penyerangan terhadap Novel.
"Saya sayangkan sikap pimpinan KPK yang absen dan tidak terlalu serius dalam kasus ini. Ini baru kasus Novel Baswedan. Saya enggak tahu kalau yang lain-lain yang diserang apakah pimpinan KPK membela karyawan-karyawan ini. Pimpinan KPK harus terang dan jelas dalam bersikap," katanya di lokasi yang sama.
Koalisi Masyarakat Sipil Peduli KPK dukung Novel Baswedan ©2017 Merdeka.com/Dwi Narwoko
Dia juga menagih janji Presiden Joko Widodo untuk mengungkap siapa dalang di balik penyerangan Novel. Jika memang Presiden serius ingin memberantas korupsi, maka kasus penyiraman Novel juga harus diusut tuntas. Karena itulah TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) harus segera dibentuk.
"Kenapa harus TGPF? Karena saya pesimis polisi mau menuntaskan kasus ini sehingga TGPF menjadi penting," katanya.
"Yang paling dibutuhkan political will dari Presiden dan Komisioner KPK," tambah Dahnil.
Dia kecewa kepada kepolisian yang tak kunjung menuntaskan kasus ini. Pelaku penyerangan belum juga tertangkap sampai enam bulan sejak kejadian.
"Apabila kita lihat model kasus ini sebenarnya mudah saja untuk diungkap. Clue-clue sudah banyak disampaikan," katanya.
Harapan pelaku penyerangan segera ditangkap juga datang dari para pegawai lembaga antirasuah yang tergabung dalam Wadah Pegawai KPK. Mereka juga menyayangkan lambannya penuntasan kasus ini.
"Kami tidak pernah meninggalkan Novel. Novel tak pernah sendirian. Kita selalu berhubungan dengan beliau, dengan keluarga beliau. Kami juga selalu meng-update kondisi kesehatan dan tidak pernah letih meminta kepada Presiden sesuai janjinya akan mengusut tuntas pelaku penyerangan ini," kata perwakilan Pengurus Wadah Pegawai KPK, Aulia.
Novel Baswedan usai operasi mata di Singapura ©2017 Merdeka.com
Menurutnya, jika kasus ini tak segera dituntaskan maka ancaman yang sama juga bisa menimpa para pegawai KPK dan aparat penegak hukum lainnya. Sebab pelaku penyerangan masih berkeliaran dengan bebas di luar sana.
Novel pun 'hadir' dalam aksi itu melalui video call. Novel berpesan kepada pimpinan dan pegawai KPK agar tidak kehilangan keberanian dalam mengungkap kasus korupsi. Korupsi adalah permasalahan sangat besar di negeri ini yang harus terus diperangi.
"Kepada semua pihak yang konsen dengan kasus ini kita semua tetap harus semangat, tetap harus berani untuk melawan korupsi," kata Novel saat melakukan video call dengan wartawan di Gedung Merah Putih KPK.
Novel Baswedan meminta polisi segera menangkap pelaku penyiraman. Dia berharap Presiden Joko Widodo membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta untuk mengungkap dalang di balik kejadian yang menimpanya enam bulan lalu. Aksi penyerangan terhadapnya disebut sebagai aksi barbar yang mengancam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Dia berterima kasih kepada semua pihak yang ikut mendukung dan memberinya semangat. Saat ini Novel masih berada di Singapura. Dalam waktu dekat dia akan menjalani operasi tahap dua untuk mata kirinya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut 2 sosok eks Kapolres Cirebon di awal kasus pembunuhan Vina yang belakangan disorot.
Baca SelengkapnyaHotman menemukan sejumlah kejanggalan dalam proses penanganan perkara
Baca SelengkapnyaJasad Iwan ditemukan dalam keadaan terbakar pada 8 September 2022 di Pantai Marina Semarang. Kondisinya tanpa kepala.
Baca SelengkapnyaKasus pembunuhan seorang wanita di Batubara sampai saat ini belum menemui titik terang.
Baca SelengkapnyaKasus dugaan penyuapan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri tak kunjung menunjukkan perkembangan signifikan.
Baca SelengkapnyaSaat itu, T menyuruh saksi S untuk menguras bak mandi di TKP tanpa berkoordinasi dan seizin tim Inafis.
Baca SelengkapnyaSigit pun berjanji Polri akan menindaklanjuti sejumlah laporan yang masuk.
Baca SelengkapnyaPolda Jabar memastikan upaya pengungkapan kasus pembunuhan Vina Cirebon dan Rizki atau Eky masih berjalan. Semua prosesnya diawasi Kompolnas dan Komnas HAM.
Baca SelengkapnyaSeperti diketahui, kini polisi masih memburu dua pelaku pembunuhan Vina dan Eky yang ditetapkan sebagai DPO.
Baca Selengkapnya