Menristek Sebut Sel Punca Berguna untuk Terapi Pasien Covid-19 Berat
Merdeka.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan sel punca (stem cell) berguna untuk terapi pasien COVID-19 kategori berat.
"Untuk mesenchymal stem cell yang dikembangkan Prof Ismail dari Universitas Indonesia saat ini statusnya sudah melakukan uji klinis dan diajukan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan izin pemanfaatan," kata Bambang dilansir Antara, Jumat (5/2).
Bambang menuturkan dalam uji klinis tersebut, bisa dibuktikan bahwa sel punca mesenkimal (mesenchymal stem cell) bermanfaat untuk pasien yang masuk kategori berat.
-
Siapa yang memimpin penelitian stem cell? 'Untuk mengetahui efektifitas terapi stem cell dalam meredakan gejala parkinson, kami melakukan penelitian terhadap 12 orang pasien parkinson yang dipantau secara intensif oleh dokter syaraf berpengalaman. Dalam 12 bulan, kami melakukan terapi stem cell kepada para pasien sambil mengukur tingkat keparahan gejala parkinson yang mereka alami, seperti skala motorik, non-motorik dan kognitif dari pasien, dengan menggunakan barthel index scale dan modified Rank Scale,' ujar Dr. Purwati, dr., Sp.PD, K-PTI, FINASIM selaku ketua penelitian.
-
Siapa yang menjalani terapi stemcell? Sulaiman telah menjalani terapi stemcell yang kelima. Oki mengucapkan terima kasih kepada Prof Vinski Deby dan tim yang telah mendampingi Sulaiman selama proses ini,' tulisnya.
-
Bagaimana cara penelitian stem cell dilakukan? Dalam 12 bulan, kami melakukan terapi stem cell kepada para pasien sambil mengukur tingkat keparahan gejala parkinson yang mereka alami, seperti skala motorik, non-motorik dan kognitif dari pasien, dengan menggunakan barthel index scale dan modified Rank Scale,' ujar Dr. Purwati, dr., Sp.PD, K-PTI, FINASIM selaku ketua penelitian.
-
Mengapa penelitian stem cell dilakukan? Hal ini karena stem cell diketahui merupakan sel yang multifungsi dan bisa menstimulasi pertumbuhan sel-sel baru untuk menggantikan sel yang rusak karena penyakit parkinson.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Dimana tim khusus Kemenkes mengambil sampel? Dikutip dari ANTARA, tim peneliti itu mengambil sampel darah penderita DBD, kemudian mengambil sampel nyamuk dan jentik nyamuk di lima lokasi penelitian.
Menurut dia, terapi dengan sel punca bisa melengkapi terapi yang sudah ada selama ini untuk perawatan pasien COVID-19 yakni terapi plasma konvalesen. Dari uji klinis tahap pertama, plasma konvalesen dinyatakan efektif untuk penderita COVID-19 kategori ringan sampai sedang.
"Jadi untuk yang berat barangkali stem cell, sedangkan untuk yang ringan ke sedang itu adalah plasma konvalesen," ujarnya.
Menristek menuturkan riset dan pemanfatan sel punca harus terus diperkuat sehingga lama kelamaan selain sudah dijamin keamanannya, yang paling penting juga adalah terjamin efektivitasnya.
"Artinya bisa meningkatkan tingkat kesembuhan dan paling penting menurunkan tingkat kematian dan ini adalah hal penting di dalam 'treatment' (perawatan) bagaimana caranya kesembuhan meningkat dengan mengurangi kematian secara signifikan," tutur Bambang.
Ketua Konsorsium Sel Punca PRN Ismail Hadisoebroto Dilogo mengatakan sel punca memiliki fungsi untuk melakukan reparasi atau perbaikan jaringan. Sel punca diimplantasikan ke daerah sel yang rusak sehingga dapat melakukan proses untuk menggantikan sel yang rusak.
Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi Bambang Darwono menuturkan penggunaan sel punca dan eksosom dilakukan dengan cara penyuntikan melalui pembuluh darah vena. Sel punca dan eksosom masuk ke sirkulasi darah kecil menuju jantung kanan dan dipompa menuju paru sampai di alveolus.
Eksosom berfungsi sebagai mediator komunikasi antar sel yang sangat penting untuk mengatur pertukaran protein dan material genetik antara donor dengan sel di sekitarnya sehingga mendorong perbaikan sel. Eksosom harus berasal dari sel punca mesenkimal yang sehat.
Bukti klinis menunjukkan antara lain seorang perempuan berumur 60 tahun diberikan terapi sel punca, dan sembuh dari COVID-19 setelah 12 hari perawatan.
Kemudian, seorang anak laki-laki berusia dua tahun sembuh dari COVID-19 setelah diberikan terapi sel punca dan menjalani perawatan selama lima hari.
Setelah diberikan terapi sel punca, seorang pria berusia 65 tahun sembuh dari COVID-19 setelah 23 hari menjalani perawatan, dan seorang pria berusia 39 tahun sembuh dari COVID-19 setelah 17 hari perawatan.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Temuan dan hasil inovasi sejumlah warga negara Indonesia ini mendapatkan pengakuan ilmiah di kancah internasional.
Baca SelengkapnyaMomen Kapolres Klaten bantu berikan terapi salah satu anggotanya yang mengalami sakit stroke.
Baca SelengkapnyaGanjar berharap RSUD Dr. Moewardi yang memiliki sumberdaya bagus bisa mengembangkan sisi ilmu kedokteran dan fasilitas yang dimiliki.
Baca SelengkapnyaMetode PCR sebelumnya juga digunakan untuk mendeteksi virus corona.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan BMN ini digunakan untuk usaha yang lebih produktif.
Baca SelengkapnyaProduksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaUU Kesehatan diyakini bakal mendorong investasi dan pengembangan obat termasuk untuk hepatitis.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.
Baca SelengkapnyaSATRIA-1 diluncurkan demi menjangkau fasilitas publik di wilayah 3T, termasuk Puskesmas.
Baca SelengkapnyaSebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, UGM tak pernah berhenti berinovasi. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah di bidang penanganan penyakit kanker
Baca Selengkapnya