Mensos heran korban penggandaan uang dari kalangan menengah atas
Merdeka.com - Fenomena penipuan dengan modus penggandaan uang makin marak terjadi di masyarakat. Ironisnya di era modern seperti saat ini, justru korbannya tak pernah habis.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pun mengaku heran dengan fenomena tersebut.
"Saya heran kasus itu terus ada dan tidak ada habisnya. Korbannya pun terus bermunculan," kata Menteri Khofifah, Kamis (20/10).
-
Mengapa jumlah orang kaya meningkat? Dijelaskan bahwa dunia telah menjadi lebih kaya secara signifikan dalam satu dekade terakhir, baik dari segi per kapita maupun karena meningkatnya jumlah jutawan.
-
Mengapa tokoh kaya berpengaruh pada masyarakat? Selain kesuksesan finansial, tokoh-tokoh berpengaruh ini juga berdampak pada bisnis dan masyarakat.
-
Bagaimana orang kaya makin kaya? Faktanya, mereka memperoleh kekayaan hampir dua kali lipat dalam bentuk uang baru dibandingkan dengan 99% total penduduk di dunia ini.
-
Kapan orang kaya mendapatkan kekayaan baru? Sejak tahun 2020, untuk setiap dollar kekayaan global baru yang diperoleh seseorang pada 90% terbawah, salah satu miliarder dunia telah memperoleh USD1,7 juta.
-
Apa yang membuat orang kaya? Menurut studi Northwestern Mutual tahun 2024, hanya 1 dari 3 jutawan yang merasa benar-benar kaya. Beruntung, rasa kaya tidak hanya tentang jumlah uang di rekening Anda, tetapi lebih kepada sikap Anda terhadap uang yang sudah dimiliki.
-
Bagaimana orang merasa kaya? Seorang perencana keuangan bersertifikat dari North Haven, Connecticut, Paul Marrone mengatakan kekayaan bergantung pada gaya hidup, kebutuhan pengeluaran, dan sumber penghasilan, yang bisa berbeda dari satu orang ke orang lain. Singkatnya, kemampuan Anda untuk merasa kaya bergantung pada pengalaman dan persepsi Anda terhadap uang.
Yang lebih mengherankan lagi, kata dia, fenomena yang menawarkan kekayaan secara instan tanpa kerja keras itu justru lebih banyak menarik korban dari warga kelas menengah ke atas. Menurutnya, ini fenomena baru karena masyarakat menengah bawah lebih berpikir rasional.
"Saya kan orangnya suka jalan, saya temui warga Program Keluarga Harapan. Mereka memang sangat butuh uang untuk keperluan sehari-hari, tapi saat saya goda tawarkan soal penggandaan uang, mereka bilang tidak mau. Mereka tahu kalau yang cetak uang itu pemerintah, Bank Indonesia," ungkapnya.
Mengenai maraknya fenomena tersebut, Khofifah menjelaskan bahwa hal yang harus dibangun di tengah masyarakat adalah proses rasionalitas.
"Yang dijanjikan sangat menggiurkan. Tanpa kerja keras, cukup bayar mahar, uang akan berlipat. Ini kan tidak rasional. Harus ada revolusi mental dan karakter," jelasnya.
Sebelumnya, kasus penggandaan uang pernah terjadi di Depok. Polresta Depok belum lama ini mengamankan seorang ibu rumah tangga berinisial SS (48).
Dia melalukan penipuan dengan menjanjikan korban dapat melipatkgandakan uang hingga miliaran rupiah. Uang korban ditaruh di dalam ember, namun setelah dibongkar ternyata isinya bukan uang melainkan pakaian bekas. (mdk/sho)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menghabiskan uang demi penampilan akan menjadi kehancuran terbesar.
Baca SelengkapnyaGenerasi milenial dan Gen Z diprediksi justru bisa semakin miskin daripada generasi sebelumnya. Ini alasannya.
Baca SelengkapnyaTekanan yang dihadapi masyarakat kelas menengah juga tercermin dari indikator penduduk berdasarkan golongan pendapatan.
Baca SelengkapnyaModus operandi penipuan terkait keuangan ilegal juga semakin lama semakin canggih meskipun sektor jasa keuangan (SJK) terus melakukan inovasi.
Baca SelengkapnyaDalam bahasa gaul atau slang words, kata flexing memiliki arti orang yang suka menyombongkan diri.
Baca SelengkapnyaPenipuan di sektor jasa keuangan, khususnya yang terkait dengan keuangan digital, semakin sering terjadi di Indonesia.
Baca SelengkapnyaGenerasi muda di Indonesia memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rendah.
Baca SelengkapnyaSebagian orang percaya, orang kaya biasanya memiliki sifat pelit. Benarkah?
Baca SelengkapnyaJika korban setor Rp1 juta dijanjikan mendapat pengembalian sebesar Rp1,2 juta.
Baca SelengkapnyaKebijakan ini memberatkan, terutama di tengah kondisi ekonomi yang masih rentan.
Baca SelengkapnyaBatasan nilai barang yang dianggap mewah sering kali tidak sesuai dengan daya beli masyarakat pada tingkat menengah ke bawah.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia, Budihardjo Iduansjah menyebut bahwa ada perubahan pola konsumsi masyarakat kelas menengah.
Baca Selengkapnya