Mensos Khofifah ajak masyarakat santun di media sosial
Merdeka.com - Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh masyarakat santun dalam bermedia sosial. Menurutnya, hal tersebut penting guna menghindari permusuhan yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
"Gunakan media sosial untuk menyambung silaturahmi dan menambah wawasan, bukan untuk menyebarkan berita Hoax, hasutan, ujaran kebencian, maupun pesan-pesan bernada provokatif yang membuat gaduh bangsa," ungkap Khofifah, Selasa (10/1).
Khofifah mengatakan, di tengah arus informasi yang begitu deras, netizen dituntut lebih cerdas dalam menerima berita dan informasi. Perlu dilakukan verifikasi atau cek ulang setiap kali menerima berita dan informasi dari media sosial.
-
Bagaimana orang mengakses berita? Di Inggris, hampir tiga perempat orang (73%) mengatakan mereka mendapatkan berita secara daring, dibandingkan dengan 50% untuk TV dan hanya 14% untuk media cetak.
-
Siapa yang berpendapat dewasa harus bijak dalam media? Yalda T. Uhls, PhD, seorang profesor pendamping asisten di UCLA, memiliki pandangan yang berbeda. Dia berharap orang dewasa lebih memikirkan cara positif untuk menggunakan media dan tidak terlalu keras pada batasan waktu layar.
-
Mengapa penghindaran berita meningkat? Para penulis laporan ini memperkirakan kenaikan angka ini disebabkan oleh berita perang di Ukraina dan Timur Tengah. Saat ini, penghindaran berita berada pada tingkat rekor tertinggi.
-
Bagaimana Kemkominfo mendorong penggunaan internet yang bijak? Sosialisasi penggunaan ruang digital yang bijak perlu terus dilakukan, pasalnya, pengunaan internet bijak menjadi tanggung jawab bersama.
-
Bagaimana cara Kemkominfo meningkatkan literasi digital? Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo RI), Samuel Abrijani Pangerapan berharap melalui seminar ini masyarakat lebih cerdas dalam menggunakan internet.
-
Informasi apa yang disebarluaskan? Diseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh kelompok target atau individu.
Saat ini, lanjutnya, banyak sekali situs-situs yang menampilkan berita bohong alias hoax. Tujuannya bermacam-macam mulai dari mengejar trafik kunjungan hingga memecah belah persatuan hingga menebarkan kebencian satu sama lain.
"Sekalipun masyarakat bebas berekspresi lewat media sosial namun tetap harus ada etika yang dijunjung. Hendaknya pilih terlebih dahulu semua informasi yang diterima, benar atau salah, tidak asal bagikan," imbuhnya.
Khofifah berharap keberadaan media sosial mampu ikut mendorong percepatan pembangunan bangsa dan menyelesaikan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan. Ia mencontohkan beberapa waktu lalu di mana kasus Sony dan Marcel, dua anak terlantar di Tangerang, Banten, mampu dengan cepat tertangani setelah menjadi viral di media sosial.
Tahun 2016 lalu, Aura Nurusyifa (18), remaja penderita malnutrisi atau gizi buruk asal Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran, segera memperoleh penanganan setelah sebelumnya menjadi viral di jejaring sosial Facebook.
(mdk/ibs)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ruang digital harus diisi dengan konten-konten yang positif dan karya yang baik.
Baca SelengkapnyaMasyarakat harus memiliki pemikiran kritis dalam membaca berita.
Baca SelengkapnyaSelain literasi digital, Khofifah mengatakan upaya yang bisa ditempuh dalam rangka melawan ujaran kebencian adalah melakukan filter.
Baca SelengkapnyaDi tahun politik, semua pihak diajak untuk lebih bijak dalam menyebarkan informasi terutama melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaHoaks dapat memecah belah persatuan bangsa, mengganggu stabilitas politik.
Baca SelengkapnyaBerpikir kiritis dan logis mutlak dalam mencerna dan menyimpulkan konten yang tersebar luas di media sosial.
Baca SelengkapnyaGen Z diingatkan agar bijak dalam menggunakan media sosial, jangan mudah mempercayai informasi sebelum mengetahui kebenaran
Baca SelengkapnyaDia ingatkan, agar menghindari fitnah demi mendukung capres tertentu
Baca SelengkapnyaHal ini juga membuat media konvensional memiliki redaksi menjadi terdesak, sebab semua orang dapat melaporkan dan mendapatkan informasi melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaHal ini bisa dilihat langsung di media sosial, banyak yang melakukan framing pihak lawan dengan citra negatif.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menyebut masih banyak media online yang tidak memiliki dewan redaksi.
Baca SelengkapnyaBurhanuddin mengingatkan kepada seluruh jajaran Kejaksaan RI untuk menjaga netralitas.
Baca Selengkapnya