Mereka menyebut ada settingan dalam fenomena Jokowi

Merdeka.com - Sejak terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, hujatan dan pujian datang silih berganti kepada Joko Widodo alias Jokowi . Dua hal itu semakin membuat nama Jokowi populer dan memunculkan 'fenomena Jokowi' di masyarakat.Beberapa pihak menuding ada settingan di dalam munculnya fenomena Jokowi . Mereka mencurigai, Jokowi tidak bisa sepopuler sekarang jika tidak diatur sedemikian rupa.
Berikut 3 pernyataan soal tudingan settingan Jokowi seperti dirangkum merdeka.com, Sabtu (2/11):
Akun palsu pendukung Jokowi
Praktisi Teknologi Informasi Chafiz Anwar mengatakan banyak akun palsu pembela Jokowi di sosial media, seperti Facebook. Ini bisa dengan mudah diamati, sebab banyak hal tidak masuk akal.Menurutnya, ciri-ciri akun palsu yang digunakan adalah dari segi jumlah komentar melalui media sosial yang serentak menyerang ataupun membela Jokowi habis-habisan."Kalau komentarnya muncul dalam waktu yang kurang lebih bersamaan dengan komentar yang senada seperti di komando baik untuk menyerang maupun membela orang-orang yang mereka jaga, maka bisa dipastikan akun-akun itu palsu. Tidak mungkin komentar ribuan sekaligus dilakukan oleh pemilik akun asli," jelas Chafiz saat dihubungi wartawan, Jumat (1/11).Ciri lainnya juga mudah dianalisa menurut Chafiz adalah dengan membandingkan jumlah pembaca dan jumlah komentarnya. Untuk berita Jokowi misalnya jika ada yang mengkritiknya di sebuah media online dan kemudian langsung ada serangan dari ribuan orang di komentar pembaca.
Serangan caci maki tidak alamiah
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengaku menerima banyak caci maki setelah mengkritik Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi ). Namun Mubarok menyebut bahwa caci maki tersebut tidak alamiah dan dilakukan oleh tim khusus untuk menghantam balik jika ada pihak yang mengkritik Jokowi dengan bantuan teknologi."Sudah banyak orang yang mengatakan bahwa Jokowi tidak bisa dikirik, karena akan ada serangan balik caci maki. Serangan caci maki ini tidak alamiah dan dilakukan oleh tim dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial. Masyarakat Indonesia yang cerdas lambat laun juga akan tahu bahwa semua itu tidak lebih dari rekayasa saja," ujar Mubarok saat dihubungi wartawan, Jumat (1/11).Mubarok meyakinkan kondisi Jokowi menjadi media darling saat ini tidak akan selamanya terjadi. Menurut Mubarok, selain karena tidak alamiah, juga ada kemungkinan munculnya kepentingan-kepentingan politik jaringan media besar terkait pemilu presiden 2014 nanti.
Rekayasa fenomena Jokowi
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok berkomentar tentang fenomena Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ( Jokowi ) yang selalu dielu-elukan media. Menurut dia hal itu hanya sebuah settingan belaka.Mubarok mengaku pernah ditegur oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kala dirinya mengkritisi Jokowi . Dia mengatakan, SBY melarang karena jika mengkritik Jokowi bakal dikritik ribuan orang."Media darling itu ada usianya, karena itu tidak alami. Itu di-setting. Saya pernah ditegur SBY karena mengkritik Jokowi , dia bilang, jangan karena nanti akan dikritik ribuan orang," ujar Mubarok di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (31/10).Dia menilai, settingan media darling Jokowi akan membuat orang bosan. Terlebih lagi, kata dia, seseorang yang tidak mau dikritik bakal mudah jatuh. (mdk/ded)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya