Mi caluk, menu buka puasa wajib bagi warga Aceh
Merdeka.com - Sebuah tenda mini dengan spanduk berwarna kuning bertuliskan mi caluk dengan tinta merah, terletak di pinggir Jalan Medan-Banda Aceh, Gampong Meunasah Manyang, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar. Di bawah tenda itu, tiga pria sibuk melayani pelanggan yang berburu mi caluk jelang berbuka puasa.
Jam menunjukkan pukul 18.00 WIB, 53 menit ke depan di Aceh tiba jadwal berbuka puasa. Pembeli pun terus memadati tenda mini itu, tidak hanya di kalangan masyarakat biasa, deretan antrean sepeda motor hingga mobil-mobil mewah terparkir di dekat tenda mini itu. Dua orang membungkus mi caluk, satu lagi masih remaja memasukkan bumbu dalam kantong plastik kecil.
Mi caluk merupakan masakan khas tradisional Aceh yang mirip dengan spageti. Rasanya pun dijamin lezat dan bikin nagih.
-
Kapan Pasar Ramadan Kebon Kacang ramai pengunjung? Kedua makanan ini selalu habis, setiap waktu buka puasa tiba.
-
Apa yang menjadi favorit pengunjung di Pasar Ramadan Kebon Kacang? Menu takjil di sini super lengkap. Bakwan Pontianak sama ayam cabai hijau jadi favorit pengunjung.
-
Apa yang biasanya orang makan untuk berbuka puasa? Saat berbuka puasa, biasanya umat Islam akan mengonsumsi takjil terlebih dahulu. Sesuai namanya, takjil dalam Bahasa Arab berarti menyegerakan berbuka puasa.
-
Kenapa orang suka buka puasa dengan takjil? Menyambut waktu berbuka puasa dengan hidangan takjil yang lezat dan menyegarkan adalah salah satu kebahagiaan tersendiri bagi umat Muslim di bulan Ramadhan.
-
Kenapa Pasar Lama Serang ramai saat Ramadan? Pengunjung Pasar Lama Kota Serang selalu menanti dibukanya bazar Ramadan karena bisa mencicipi kudapan legendaris yang hanya ada di bulan Ramadan.
-
Kenapa warung ini ramai dikunjungi? Karena tempatnya yang cantik secara visual, tak jarang lokasi ini juga dijadikan sebagai spot untuk berswafoto dengan latar pemandangan hijau.
Mi caluk menjadi makanan primadona di Aceh, terlebih di bulan Ramadan banyak diburu warga. Terutama yang lebih dikenal saat ini dengan mi caluk grong-grong, Kabupaten Pidie. Karena memang kuliner tradisional Aceh ini banyak dijajakan di Pasar Grong-Grong lintasan Banda Aceh-Medan.
Selama bulan Ramadan, penjual mi caluk musiman pun tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Semua pusat pasar yang menjajakan menu berbuka puasa, mi caluk tetap tersedia. Demikian juga penjual mi caluk dari Grong-Grong turut menjajakan dagangannya di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Mi caluk ini terbuat dari mi lidi yang banyak dijual di pasar. Disebut dengan mi lidi karena mirip dengan lidi dan berwarna kuning. Kemudian mi lidi tersebut direbus hingga matang dan lembut.
Kemudian mi caluk dicampur kuah kacang yang memiliki sensasi gurih dan lezat. Kuah kacang tanah ini dibuat mirip kuah sop, tetapi ini terbuat dari kacang dan beberapa rempah lainnya.
Ada juga mi caluk ini dicampur dengan urap. Urap adalah sayuran dari daun ubi yang telah direbus, lalu dicampurkan dengan kelapa parut. Kelapa parut ini juga diberikan garam secukupnya dan juga cabai.
Mi caluk dibungkus dengan kertas di dalamnya dilapisi dengan daun pisang. Harga jual pun tidak mahal, cukup merogohkan kocek Rp 5.000 bisa mendapatkan satu bungkus.
"Selama bulan Ramadan, omzet meningkat," kata pemilik warung mi caluk, Aidil, Selasa (6/6).
Aidil mengaku sengaja datang dari Grong-grong, Pidie ke Banda Aceh untuk menjual makanan tradisonal Aceh yang banyak penggemarnya. Selama Ramadan, Aidil mengaku bisa menjual mi caluk hingga 300 kilogram per hari dari tiga warung yang dikelola.
Selama Ramadan ada banyak penjual musiman memberikan nama mi caluk Grong-Grong. Akan tetapi, Aidil mengaku dirinya memiliki ramuan khusus dalam meracik bumbu, sehingga banyak warga memburu mi caluk miliknya.
"Ada banyak memang mi caluk Grong-grong dan yang membedakannya itu adalah bumbunya itu, bumbu beda dengan mi caluk yang lain, kita resep keturunan dari nenek moyang ini, ada resep memang ini, gak ditiru-tiru," jelasnya.
Selain mi caluk yang terbuat dari mi lidi, Aidil juga menyediakan mi pilihan lainnya, yaitu mi goreng mirip dengan yang disebut dengan mi Aceh. Mi goreng ini juga banyak digemari.
Satu jenis lain yang juga disediakan oleh Aidil adalah mi hun goreng. Cara penyajian mi hun ini sama seperti mi caluk, yaitu dicampur kuah kacang.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Antrean tampak mengular sampai di gedung-gedung sekitar lapak.
Baca SelengkapnyaMenjelang berbuka puasa, Sentra Kuliner di Jalan Kramat Raya yang menyajikan Nasi Kapau dan berbagai makanan khas Sumatra Barat ini ramai diserbu pembeli.
Baca SelengkapnyaSelain menyajikan nasi kapau, berbagai makanan khas Sumatera Barat seperti Lemang Tapai, bubur kampiun, dan kue-kue lainnya pun tersedia di sentra kuliner ini.
Baca Selengkapnya"Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (Ajjalu) berbuka."
Baca SelengkapnyaKuah Beulangong Khas Aceh ini biasanya ada saat memasuki Nuzulul Quran di Negeri Serambi Mekah
Baca SelengkapnyaSejak pukul 16.00 WIB, warga hilir mudik memadati 'pasar' yang hanya tersedia selama bulan Ramadan.
Baca SelengkapnyaRoti Sele Samahani ini jadi pendamping kopi yang nikmat.
Baca SelengkapnyaAsinan ini sudah melegenda sejak 1975. Cocok untuk menu takjil di bulan Ramadan
Baca SelengkapnyaBahan takjil yang dijual sendiri mulai dari kolang kaling, berbagai jenis jeli sampai cincau. Harganya murah
Baca SelengkapnyaMakanan ini begitu digemari dan diburu oleh banyak masyarakat Minangkabau sebagai menu untuk berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaTakjil menjadi salah satu bagian yang paling identik dengan bulan puasa saat Ramadan.
Baca Selengkapnya