Minyak Goreng di Solo Masih Langka
Merdeka.com - Sejumlah pasar tradisional di Kota Solo masih mengalami kelangkaan minyak goreng. Jika pun ada harga pasaran masih cukup mahal dan belum sesuai dengan ketentuan pemerintah. Di Pasar Gede Solo, misalnya, sejumlah pedagang hingga agen minyak goreng mengaku jika kelangkaan minyak goreng sudah dialami sejak sepekan terakhir.
Guna mengurai permasalahan tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Solo, Senin (7/2) melakukan pemantauan harga di tiga pasar tradisional yakni Pasar Gede, Pasar Legi dan Pasar Nusukan. Ikut serta dalam rombongan Perum Bulog Cabang Solo.
Pimpinan Cabang Bulog Solo, Sri Muniati mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan pendataan seluruh distributor dan pengecer di Solo Raya. Sehingga distribusi minyak murah bisa segera dilakukan.
-
Dimana Kemendag genjot pasar minyak goreng? Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan (Atdag) Kairo terus berupaya menggenjot potensi pasar pengemasan minyak goreng Indonesia di Timur Tengah dan Afrika.
-
Dimana harga sembako masih tinggi? Harga sejumlah bahan pokok masih terpantau tinggi di beberapa daerah. Di Pasar Induk Rau, Serang, kondisi tersebut masih terjadi hingga Kamis (13/7) siang.
-
Bagaimana Kemendag dorong pasar minyak goreng? Kementerian Perdagangan melalui Atase Perdagangan (Atdag) Kairo terus berupaya menggenjot potensi pasar pengemasan minyak goreng Indonesia di Timur Tengah dan Afrika.
-
Kenapa Kemendag genjot potensi pasar minyak goreng? 'Kunjungan lapangan tersebut menghasilkan tawaran kerja sama di bidang industri pengemasan minyak goreng Indonesia. Industri pengemasan minyak goreng Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dipasarkan di pasar regional Timur Tengah dan Afrika,' ungkap Syahran.
-
Bagaimana kondisi Pasar Seketeng? “Pasarnya bagus, keren,“ kata Mendag yang juga Ketua Umum PAN itu.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
"Kami dari Perum Bulog Cabang Solo mendata seluruh distributor dan pengecer. Kami butuh data berapa banyak sarana dan prasarana yang dimiliki mereka sehingga bisa bisa mengukur kapasitas yang dimiliki dan berapa yang akan kita distribusikan," ujar Muniati.
Muniati yang ditemui di sela pemantauan di Pasar Gede menyampaikan, setelah pendataan, pihaknya siap mendistribusikan minyak bersubsidi dari pemerintah untuk keperluan rumah tangga. Kendati demikian, pihaknya masih menunggu arahan dari Bulog pusat.
"Kami lihat minyak goreng di sini harganya masih Rp17.000 sampai Rp18.000 per kg. Sesuai dengan sasaran pemerintah kalau pakai ukuran per liter harganya Rp11.500 untuk minyak goreng curah atau kemasan sederhana," katanya.
Agen Tak Jualan
Pemilik agen minyak goreng Sumber Cahaya Pasar Gede Solo, Yuswito mengemukakan, sejak tiga hari yang lalu, pihaknya tak memiliki stok minyak alias kosong. Sehingga dirinya terpaksa tidak berjualan.
"Saya nggak jualan hari ini. Karena saya beli di grosir besar saat ini juga gak ada stok. Habis semua, karena di distributor juga langka kalau harganya masih hargaa lama karena dari distributor juga belum menentukan harga baru," terang dia.
Dia mengatakan, dalam sehari rata-rata dirinya bisa menghabiskan 5 drum minyak goreng curah, setiap drumnya berisi 180 kg. Minyak tersebut dibelinya dari distributor minyak goreng di Pasar Legi. Untuk harga jual minyak goreng curah masih dijual dengan harga Rp18.000 per kg.
"Banyak pembeli yang datang tanya ada gak minyak yang harganya Rp11.500, ya saya jawab gak ada. Karena memang dari distributornya gak ada," tandasnya.
Seorang pedagang sembako di Pasar Gede Solo, Wiwin mengatakan, saat ini pasokan minyak goreng kemasan masih langka.
"Kalau curah hari ini turun jadi Rp18.000 dari kemarin Rp19.000. Kalau yang kemasan merek Bimoli 2 liter harganya Rp42.000, merek Kunci Rp21.000 kemasan 1 liter," katanya.
Sementara itu, untuk merek Hemat kemasan setengah liter dijual Rp8.000, merek Fitri kemasan 1 liter dijual Rp16.000. "Kalau harganya sebenarnya masih harga lama, tapi stoknya juga tidak ada," tutupnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat ini, banyak masyarakat terpaksa menggunakan tabung gas non subsidi 12 Kg seharga Rp200.000. Sehingga harus mengeluarkan dana lebih.
Baca SelengkapnyaWarga berharap pasar beras murah itu lebih sering digelar
Baca SelengkapnyaDia menyebut, kelangkaan gas subsidi itu akibat diborong orang kaya hingga restoran.
Baca SelengkapnyaStok beras di sejumlah mini market, seperti Alfamart, Indomaret hingga Alfamidi kawasan Cilangkap, Jakarta Timur langka.
Baca SelengkapnyaWali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menemukan harga cabai masih tinggi setelah meninjau Pasar Jatingaleh, Semarang, Rabu (20/12).
Baca SelengkapnyaKondisi ini menyebabkan daya beli turun dan omzet berkurang.
Baca SelengkapnyaInfrastruktur pasar yang masih tampak sederhana itu sudah dibiarkan selama bertahun-tahun
Baca SelengkapnyaKenaikan harga beras bisa ‘menular' atau merambat ke berbagai komoditi bahan pokok penting lainnya.
Baca SelengkapnyaTernyata, Ini Penyebab Sebenarnya Beras Sulit Ditemukan di Alfamart dan Indomaret
Baca SelengkapnyaAda beberapa penyebab terjadinya lonjakan harga beras ini, termasuk molornya musim tanam dan musim panen.
Baca SelengkapnyaMasyarakat berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Baca SelengkapnyaSepanjang melakukan rangkaian peninjauan harga di sejumlah pasar berada di kondisi stabil.
Baca Selengkapnya