Miras jadi salah satu penyebab utama konflik di Sultra
Merdeka.com - Kebiasaan mengonsumsi minuman keras menjadi penyebab seringnya terjadi aksi kenakalan remaja dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
"Orang-orang di sini suka minum, jadi mudah berselisih," kata Kapolres Muna, AKBP A Ramos Sinaga di Muna, Rabu (17/5).
"Tak hanya dikonsumsi oleh kalangan pria dewasa, miras juga dikonsumsi oleh kalangan remaja yang membuat mereka mudah tersinggung dan sebuah konflik kecil bisa menjelma menjadi tawuran antarkelompok yang bertikai," kata AKBP Ramos Sinaga dilansir Antara.
-
Dimana keributan terjadi? Seorang anggota TNI Koramil 01/Purwodadi mengalami nasib yang kurang baik saat bertugas mengamankan acara hiburan solo organ di Dusun Tanjungan, Desa Ngembak, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.
-
Siapa yang terlibat keributan? 'Minggu (7/7), terjadi perselisihan antara saudara MK dan DN di salah satu acara hajatan di wilayah hukum Polsek Majalaya,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Kenapa SARA sering jadi penyebab konflik? Konflik horizontal terbentuk antara individu atau kelompok yang memiliki identitas SARA yang berbeda, sedangkan konflik vertikal terbentuk antara kelompok yang memiliki perbedaan status atau kekuasaan.
-
Kenapa konflik terjadi? Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
-
Di mana kesenjangan terjadi? Masalah kesenjangan ini tidak hanya terjadi dalam aspek sosial masyarakat, tetapi juga berbagai aspek lainnya. Mulai dari kesenjangan ekonomi, pendidikan, kesehatan, hingga kesenjangan digital.
-
Siapa yang sering berantem? Gracia & Gisella pantas disebut sebagai sister goals oleh netizen karena kekompakan mereka yang tak pernah berkurang.
Pihaknya mengakui sulit mengurangi kebiasaan warga dalam mengonsumsi miras di wilayahnya. Sebab, miras diproduksi di daerah tersebut dan warga sudah biasa sehari-hari mengkonsumsi minuman tersebut.
"Kameko dan arak yang sudah dikemas jadi minuman di sini," kata AKBP Ramos Sinaga.
Ramos mencatat terjadi kasus aksi pelemparan di Desa Lagasa, Desa Palangga dan Desa Rambutan. Warga Kecamatan Duruka, Waute (45) membenarkan atau mengamini hal tersebut.
"Antardesa di sini suka bakuparang, bakutusuk. Lalu kalau di keluarga, suami suka bakupukul istrinya lantaran mabuk," katanya.
Waute menceritakan banyak remaja yang terlibat tawuran antarkelompok. Tetapi kemudian menjalar ke orangtua mereka karena tidak terima anak mereka menjadi korban tawuran, sehingga orangtua korban melakukan pembalasan kepada orangtua pelaku tawuran.
Sementara Bhabinkamtibmas Polres Muna, Bripka Ilham Jaya mengatakan di wilayah binaannya tercatat kasus KDRT dan kasus kenakalan remaja banyak terjadi.
Meski demikian, pihaknya berupaya mencari solusi dengan memberikan pemahaman kepada orang tua siswa.
"Anak yang terlibat kasus kenakalan remaja, tidak sepenuhnya anak yang salah. Tapi pola asuh orang tuanya bagaimana. Nah kami berupaya membina orang tua untuk mendidik anak mereka dengan benar," katanya.
Selain itu, Ilham juga mengajak para remaja di daerahnya untuk menyalurkan bakat mereka di galeri padepokan seni miliknya.
"Kami alihkan konsentrasi mereka ke hal-hal positif," katanya.
Untuk mengurangi konsumsi warga terhadap minuman keras, Ilham berinisiatif membuka peluang usaha untuk mengolah air nira menjadi gula aren.
"Bahan baku miras kan ada di sini. Kami alihkan untuk produksi pembuatan gula," katanya. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketiganya mendapat sanksi korve atau bersih-bersih lingkungan sekitar sebagai bentuk pembinaan.
Baca SelengkapnyaVideo itu beredar di media sosial salah satunya diunggah akun instagram @dian_nusantara58.
Baca SelengkapnyaDari data Polda Sumut untuk jumlah pemberantasan pada 2023, pihaknya mengungkap 5.225 kasus narkoba dengan jumlah tersangka 6.570 orang.
Baca SelengkapnyaSituasi ini makin memanas saat para desertir dari TNI/Polri yang bergabung dengan kelompok-kelompok yang bertikai.
Baca SelengkapnyaSehari sebelumnya, para ulama di Serang, Banten juga bersatu menolak adanya industri minuman keras dalam bentuk Penandatanganan Petisi Dukungan Para Ulama.
Baca SelengkapnyaAipda AL ditetapkan sebagai tersangka bersama seorang warga inisial AS.
Baca SelengkapnyaLokasi itu selama ini tempat warga mabuk-mabukan. Kondisi itu membuat masyarakat setempat menjadi tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaPolisi menemukan 256 botol ukuran kecil, dan 32 jerigen berisi 35 liter
Baca SelengkapnyaPabrik miras itu mampu memproduksi 900 botol plastik ukuran 600 mili liter setiap kali produksinya.
Baca SelengkapnyaKetiga pelaku miras oplosan terancam hukuman seumur hidup.
Baca SelengkapnyaBanyaknya kios-kios yang menjual obat tipe G dan sangat terang-terangan transaksinya mengakibatkan banyak berjatuhan korban.
Baca SelengkapnyaMinuman keras (miras) oplosan kembali memakan korban.
Baca Selengkapnya