Miris, hidup di tengah Kota Bekasi Mbok Niti makan nasi aking
Merdeka.com - Perkembangan Kota Bekasi, sebagai kota metropolitan cukup pesat. Gedung-gedung pencakar langit mulai bermunculan di Kota Patriot tersebut. Tapi, di antara bangunan yang menjulang tinggi, masih terdapat warga yang hidup amat miskin. Untuk menyambung hidup, bahkan sampai makan nasi sisa atau nasi aking.
Itulah yang dialami oleh, Rosniah. Nenek berusia 90 tahun itu, hidup sebatang kara tanpa mengandalkan bantuan apa pun dari pemerintah. Mbok Niti, sapaan akrabnya, tetap menerima keadaan tanpa ingin menyusahkan orang lain.
"Dari pada ngemis di jalan, yang penting halal," lirih Mbok Niti di rumahnya, sebuah rumah kontrakannya di Perumahan Margahayu Jaya, RT 02 RW 18, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Kamis (9/4).
-
Mengapa Neng Intan pindah ke Sukabumi? Dia memilih pindah dari wilayah Sampora, untuk tinggal bersama sang nenek di pelosok Sukabumi, Jawa Barat.
-
Mengapa nenek Jorien tinggal di Jakarta? 'Dia bekerja di Jakarta, dan bertemu kakek saya di sini. Mereka jatuh cinta dan langsung menikah saat kembali ke Belanda pada tahun 1950,' kata Jorien dikutip dari kanal YouTube Candrian Attahiyyat.
-
Mengapa Uut Permatasari tinggal di kos? Keputusan ini diambil untuk mendukung tugas suaminya, Tri Goffarudin Pulungan di Bali.
-
Di mana Neng Intan tinggal? Dia memilih pindah dari wilayah Sampora, untuk tinggal bersama sang nenek di pelosok Sukabumi, Jawa Barat.
-
Kenapa Bu Wahyuti tinggal di kampung terpencil? Bu Wahyuti mengatakan ia terpaksa tinggal di kampung terpencil itu karena belum memiliki rumah sendiri, sehingga ia dan keluarganya harus menumpang di rumah yang disewakan pihak perhutani.
-
Siapa saja orang Bekasi yang tercatat? Keenamnya diketahui berasal dari beberapa kampung, seperti Amat Bin Amat asal Gabus, Noran Bin Miet asal Tanah Doearatoes, Sani asal Lembur Pulo Panjang, Sajian asal Rawa Bamboe, Saderi asal Bekasi dan seorang perempuan, Nyi Isah bin Ning asal Teloek Poetjoeng.
Mbok Niti tinggal di Bekasi sejak 50 tahun lalu. Tapi, kini perempuan asal Pemalang, Jawa Tengah tinggal sebatang kara. Enam anaknya sudah berkeluarga dan tinggal di kampung. Adapun, suaminya sudah meninggal pada tahun 1998 silam.
"Saya enggak mau nyusahin orang," kata mbok Niti.
Sehari-hari, mbok Niti berprofesi sebagai tukang urut. Pendapatannya pun tak pasti. Umumnya, tukang urut di Bekasi sekali ngurut diberi upah minimal Rp 35-40 ribu. Tapi, buat mbok Niti, diberi upah Rp 10 ribu pun sudah bersyukur.
"Yang penting bisa buat makan," kata dia.
Namun, sejak sepekan ini, permintaan mengurut sepi. Karena itu, dia terpaksa memakan nasi aking untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Jika nasi aking yang dimakan masih sisa, sisanya itu dibuat untuk makan esoknya lagi.
"Kadang ada yang suka ngasih makan. Tapi, saya enggak mau minta," katanya.
Meski dalam kondisi begitu, dia pantang menyerah. Apalagi mengharapkan bantuan dari orang lain atau pemerintah. Mbok Niti tak ingin ditengok oleh anak cucunya, yang ada malah dia yang ingin menengok cucunya di kampung.
"Nanti kalau sudah ada rejeki, ingin nengok cucu di kampung," kata Mbok Niti. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah pilu nenek berusia 66 tahun hidupi dua cucu seorang diri.
Baca SelengkapnyaWalau hidup serba kekurangan, ia tampak selalu tersenyum
Baca SelengkapnyaKakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaEkspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaTangisnya pecah saat Bupati Kediri datang ke rumahnya
Baca SelengkapnyaSeorang pengurus masjid mengungkap kisah wanita non-muslim yang begitu pilu.
Baca SelengkapnyaIbu Amina mengaku sudah sejak kecil tinggal di tempat ini. Bahkan ia mengatakan sudah mempunyai cucu.
Baca SelengkapnyaBegitu miris, ia hanya bisa memakan menu nasi dan micin serta tinggal di gubuk tak layak
Baca SelengkapnyaTinggal sendiri di rumah kontrakan, Nenek Nursi kesehariannya hanya berjualan sayur. Uangnya bahkan sempat diambil orang.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaWalau usianya telah renta, namun Mbah Soiman masih bekerja keras di ladang
Baca SelengkapnyaWarga Kampung Cilawang, Bandung Barat dan Kampung Buyuh Topeng, Majalengka harus minum dari penampungan air hujan.
Baca Selengkapnya