Miris, tinggal di gubuk keluarga ini malah dicoret di daftar miskin
Merdeka.com - Seorang Pemangku (pemimpin upacara sembahyangan di Pura) di Pura Dadia Pekomelan, Jero Mangku Putu Tunas Darmada (43) hanya bisa pasrah ketika ternyata namanya dicoret dari daftar warga miskin. Dia hanya diam menatap kosong gubuknya yang hancur dan compang camping, di dusun Tetelan, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali.
Tunas yang termasuk KK miskin ini sudah dicoret dari daftar warga miskin, sehingga tidak mendapatkan bedah rumah padahal sejak dahulu rumahnya sering di foto dan disurvey.
"Dari dulu pihak pemerintah datang hanya data dan foto-foto gubuk saya. Saya kira mau dibedah rumah, ternyata justru dicoret dari daftar jatah penerima bantuan untuk keluarga miskin," aku Jero mangku Tunas, Sabtu (28/2) di Jembrana, Bali.
-
Bagaimana kondisi rumah di permukiman terbengkalai? Rata-rata, rumah di permukiman padat tersebut masih berbentuk utuh, dan tak jauh dari pinggir jalan.Semakin dalam masuk ke dalam gang, beberapa rumah yang awalnya masih layak ditinggali, perlahan-lahan berganti menjadi rumah yang tampak rusak karena tidak terurus lama.
-
Kenapa rumah dinas bupati terbengkalai? Dilansir dari kanal YouTube Bucin TV, istana putih itu dari awal direncanakan akan menjadi rumah dinas bupati. Namun setelah selesai dibangun pada tahun 2013, rumah itu tidak pernah digunakan sama sekali.
-
Mengapa Gua Gembyang tidak dibuka untuk wisata? Pemilik gua menegaskan tidak akan membuka gua peninggalan leluhurnya untuk objek wisata.
-
Apa yang ada di rumah terpencil itu? Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga. Mereka tergabung dalam keluarga Bapak Wiyono.
-
Kenapa jumlah Rumah Gadang di Desa Adat Sijunjung tidak bertambah? Angka ini terus bertahan sejak tahun 1950 atau lima tahun setelah pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setiap pembangunan rumah adat ini harus melewati izin dari Pangulu atau pimpinan dalam adat Minangkabau.
-
Di mana letak rumah terpencil itu? 'Kalau membangun rumah di sini bahan materialnya diusung pakai motor,' kata salah satu penghuni rumah itu. Perkampungan itu hanya terdapat dua rumah. Para pemilik rumah di sana masih satu keluarga.
Dikatakan ayah dua orang anak ini, dulu dia memang menumpang di tanah orang lain. Namun dari kegigihannya bekerja sebagai tukang panjat kelapa, dan istrinya membuka warung kecil-kecilan sehingga mereka mampu membeli sepeda motor.
Akan tetapi, sejak beberapa tahun ini, Tunas hanya membantu istrinya berjualan kecil-kecilan di gubuknya. Karena dia sudah tidak diperkenankan memanjat pohon kelapa karena menjadi pemangku.
"Setelah jadi pemangku, tidak diperkenankan lagi oleh warga untuk melakukan kegiatan manjat pohon. Saya hanya bantu istri di warung kopi," ungkapnya.
Bahkan anak pertamanya yang sekolah di SMKN 2 Negara, harus membuka tambal ban di pinggir jalan sambil berbekal buku pelajaran. Setidaknya bisa membantu beban dirinya dan bisa bantu untuk uang sekolah adiknya.
Dengan kondisi sekarang ini, dirinya hanya bisa berserah pada kuasa leluhur dan Tuhan. "Kepada siapa saya berserah, kepada pemerintah hanya difoto saja. Saya syukuri masih bisa sembahyang," ungkapnya tegar.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaBanyak rumah di kompleks tersebut sangat tidak terurus. Tak sedikit bangunan yang hancur karena tidak berpenghuni.
Baca SelengkapnyaPerumahan tersebut sangat tidak terurus. Mayoritas bangunan rumah-rumah itu hancur karena tidak berpenghuni.
Baca SelengkapnyaSetiap hari, sang istri mengasuh anaknya sambil bersabar menunggu suami pulang berburu ke hutan untuk makan sore ini.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2021, rumahnya terbakar. Sehingga dibangunlah gubuk reyot yang kundisinya sangat tidak layak itu.
Baca SelengkapnyaSeorang anak bernama Gibran menjerit kelaparan. Kondisi ekonomi keluarga membuat Gibran tidak bisa menikmati makanan.
Baca SelengkapnyaTidak ada yang tahu alasan Grace sama sekali tidak berinteraksi dengan lingkungan.
Baca SelengkapnyaPria ini tinggal di gubuk yang terletak di tengah kebun jati milik seorang warga bersama anaknya.
Baca SelengkapnyaAda seorang warga kampung yang hilang dan keberadaannya belum diketahui hingga kini.
Baca SelengkapnyaTetangga Grace, Toto menuturkan, ibu dan anak tewas tinggal tulang itu tidak pernah berkomunikasi dengan tetangga sekitar.
Baca SelengkapnyaSudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca Selengkapnya