Mirisnya kehidupan tiga saudara bermental terbelakang di Medan
Merdeka.com - Begini jadinya ketika tiga bersaudara berkekurangan mental ditinggal meninggal dunia oleh semua anggota keluarganya. Mereka terpaksa bergantung pada belas kasih warga.
Itulah yang dialami tiga kakak beradik Muhammad Rizal (26), Sri Wahyuni (45), dan Suryani Fitri (49). Ketiganya berkebutuhan khusus, mentalnya terbelakang. Sehari-hari mereka hidup di rumah darurat di Gang Melati, Jalan Young Panah Hijau, Labuhan Deli, Medan Marelan.
Kakak beradik berkebutuhan khusus ini bahkan tak punya tempat tidur, sehingga harus tidur di lantai rumah. Jika hujan turun, air masuk dari berbagai arah karena bocor di sana-sini.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Siapa yang terdampak banjir di Rumah Tigo Ruang? Salah satu warga di Rumah Tigo Ruang, Kecamatan Kuranji, Suci Ramadani mengatakan, air mulai masuk ke dalam rumah sekitar pukul 02.00 WIB.
-
Dimana warga terdampak kekeringan? BPBD Kabupaten Cilacap mencatat jumlah warga yang terdampak kekeringan di wilayah tersebut mencapai 9.153 jiwa dari 3.011 keluarga.
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Siapa yang terdampak dari broken home? Dampak dari broken home dapat terasa pada anggota keluarga, terutama anak-anak.
"Di rumah itu mereka tinggal bertiga ya kurang akal gitu ya," kata Itawati, perempuan yang tinggal di sebelah rumah itu.
Rumah papan dan tepas berukuran sekitar 2,5x2,5 meter itu dibangunkan warga sekitar Mei 2018 lalu. Tak ada jendela, yang ada hanya pintu.
"Rumahnya dibangun dari sisa bangunan rumah mereka yang rubuh waktu itu," sebut Itawati.
Rizal dan kakak-kakaknya tak bisa mencari nafkah. Setelah ditinggal mati ketua orang tuanya, Mansyur Yusuf dan Nursamsiah, beberapa tahun lalu, penghidupan mereka bergantung pada seorang saudaranya, Mala. Perempuan ini satu-satunya yang normal di keluarga ini.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Mala meninggal sebulan lalu, saat bekerja sebagai pengupas kerang.
"Untuk makan ya kami tetangga yang memberi, kakaknya yang cari nafkah meninggal pula," sebut Itawati.
Kondisi ketiga saudara ini menjadi perhatian warga dan Kodim 0201/BS Medan. Personel TNI pun dikerahkan untuk membangun kembali rumah mereka agar layak huni.
Rumah ketiga bersaudara itu mulai dibongkar, Rabu (12/9). Hari itu juga, personel TNI membangun fondasinya.
"Arahan Komandan Kodim agar kita langsung membangunkan rumah untuk keluarga yang hidupnya memprihatinkan ini. Kita akan buatkan rumah yang layak dihuni, rumahnya model rumah panggung karena di sini ada air pasang, kerja pun sebelum air pasang datang," kata Kapten Agus Miadi, Danramil/11 Medan Deli.
Selama rumahnya direhabilitasi, Muhammad Rizal dan kedua kakaknya sementara ditempatkan di rumah tetangga. Tak banyak barang yang dipindahkan. Hanya terlihat beberapa piring dan sendok.
Bukan hanya membangunkan rumah, pihak TNI juga sudah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk membantu penghidupan ketiga bersaudara itu. "Kita sudah berkoordinasi dengan Camat Medan Marelan. Nanti pemerintah kota yang akan mengurus masalah kesehatan dan logistik untuk mereka," jelas Agus.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua kakak beradik itu pun bertahan hidup dengan memprihatinkan.
Baca SelengkapnyaDitinggal orangtua, dua bocah ini harus tinggal sebatang kara. Aksi kakak rawat adik seadanya begitu menyayat hati.
Baca SelengkapnyaSetelah tak ada kabar, keluarga melapor ke polisi. Mereka mengirim pesan singkat agar orangtua tidak mencari karena mengaku sudah bahagia.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaDi tengah-tengah masyarakat yang hidup berkecukupan, ada sebuah perkampungan dengan kondisi begitu miris.
Baca SelengkapnyaYadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Baca SelengkapnyaTerjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaHN mengajak kabur kedua adiknya lantaran kesal diputus sekolah oleh orang tuanya. Hal ini karena kondisi ekonomi keluarga.
Baca Selengkapnya